Share

Ibnu mau dibawa

Tara diam, mendengar lagi suara Dena membuatnya membeku di tempat. Ia begitu merindukan suara itu, dakam lubuk hati terdalamnya, penyesal tumbuh subur dan itu sangat menyiksa.

"Dena, terima kasih untuk kirimannya, Argi udah sampaikan ke aku." Telapak tangan Tara berkeringat, ia grogi.

"Oh, iya, sama-sama. Semoga Ibu cepat pulih. Maaf, aku harus tutup teleponnya, assalamualaikum," ujar Dena buru-buru.

"Waalaikumsalam," balas Tara. Ia mengetuk tanda merah di layar ponsel, kemudian duduk perlahan di kursi. Syifa mengusap bahu Tara, tampak sekali adiknya begitu tak bisa berkata-kata apa pun lagi.

***

Ningsih--ibu--hanya bisa tergeletak lemah di atas ranjang. Baru saja bapak selesai memberikan makanan melalui selang yang didorong dengan suntikan besar tak berjarum. Beberapa kali ibu menolak makan, hingga Tara membujuk dan akhirnya ibu mau. Lagi pula, ma

Rianievy

Halo teman-teman pembaca, terima kasih sudah mampir di karya saya, semoga menghibur dan bisa mengambil point penting dari kisah ini, terima kasih sekali lagi ya, salam, Buthor. šŸ˜ŠšŸ™

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Raisa Ayunda
yang sperti ibu ningsih itu bnyak, tapi yg sperti bapaknya tara itu jarang... penuh kasih banget..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status