"ASTAGFIRULLAH, Bayuu, Syafira... Apa yang kalian berdua lakukan dikamar ini?"
Teriakan Inara mengagetkan Bayu dan juga Syafira, mereka tidak mengira hal ini akan terjadi juga. Inara berlari kekamar, rasa sebak dan sesak di dada bersatu padu, kaki dan sekujur tubuhnya lemas melihat hal yang tidak pernah sama sekali dia bayangkan. Syafira yang telah dianggapnya lebih dari adik kandungnya sendiri ternyata tega menikam, menghujam dan menghianatinya dari belakang. Inara tidak kuasa menahan emosinya, dia terus berteriak, dia terus melempar barang-barang yang ada dikamar, dia benar-benar kalut dan merasa perih yang tidak bisa digambarkannya dengan kata-kata. Bayu segera berlari setelah memakai baju yang telah berserakan dikamar Syafira, dengan sedikit berlari Bayu langsung menuju kamar melihat Inara yang mengamuk membabi buta. Bayu bersujud dan meminta maaf kepada Inara, dia beralasan kalau dirinya silap dan tergoda rayuan syaitan. "Dengan semua yang sudah aku korbankan untuk mu, baktiku, waktuku semua ku serahkan dengan ikhlas dan juga sukarela. Dan,dan, dan ini balasan kamu? ucap Inara dengan suara terbata-bata yang hampir tidak terdengar sama sekali." "Bukan sayang, bu...bukan, jawab Bayu." "Bukan apa? Bukan apa? Apa yang bukan? Balas Inara dengan suara memekik." "Aku tidak sengaja inara, aku tidak sengaja, aku khilaf, aku khilaf, aku benar-benar khilaf, ujar Bayu dengan suara sendu dan air mata yang telah tumpah ruah dipipinya. Inara terdiam, dia menyuruh Bayu untuk keluar dari kamar itu, Inara ingin sendiri, Inara ingin memikirkan apa yang akan diperbuatnya selanjutnya. Sebelum Bayu keluar kamar, Inara tidak lupa memberikan Bayu satu tamparan keras dipipinya. Bayu hanya terdiam sambil meringis kesakitan dan memegang pipi bekas gampar tangan istrinya, Inara. Bayu hanya bisa menjambak rambutnya tanpa berucap sepatah katapun. Dia hanya bisa pasrah, tidak mengerti dengan apa yang telah diperbuatnya, kenikmatan dan hawa nafsunya telah membutakan mata dan juga hati nuraninya. Semenjak kejadian malam saat dia menjemput Syafira, hubungannya dengan Syafira semakin dekat dan semakin intim, yang jelasnya mereka berdua sama-sama tida memiliki perasaan dan hati nurani. Mereka berdua hanya memikirkan kebahagian mereka saja tanpa sedikitpun memikirkan bagaimana perasaannya Inara. Mereka berdua benar-benar bejat melebihi bajingan. Bayu yang sudah terlanjur sayang dan sangat menikmati hubungannya dengan Syafira tidak perduli dengan sebab dan juga akibat jika hubungan mereka nanti ketahuan. Bagai pucuk dicinta ulam pun tiba, Syafira yang hanya bermodalkan kemolekan tubuhnya dengan mudah mendapatkan hati dan juga raga Bayu, Abang iparnya. Setiap hari dia selalu meminta jatah bak suami yang meminta haknya kepada istrinya, dan begitu juga dengan Syafira, setiap Bayu datang kepadanya dia tanpa pikir panjang selalu memberikan apapun yang dimintai oleh Bayu. Setiap selesai menggarahi Syafira, Bayu selalu merasakan rasa perasaan bersalah melihat wajah lelah Inara, tapi mengingat rasa yang dinikmati dan ditawarkan oleh Syafira membuat rasa bersalah itu hilang begitu saja tanpa bekas seperti malam yang berganti dengan pagi yang cerah. Hari-harinya hanya penuh dengan rasa bersalah tanpa mau berubah dan kembali menjadi suami yang baik untuk Inara, dia tidak mau dan tidak bisa jauh dari rasa nikmat yang tidak pernah didapatkan dia dari Inara, istri sahnya yang dinikahi dia 7 tahun silam. Seperti biasa, pagi itu juga tetap berjalan dengan seperti biasa, seperti tidak terjadi apa-apa, Bayu dengan kesibukannya yang setiap pagi membereskan perlengkapan bengkelnya, Syafira dengan kesibukannya yang selalu riuh berdandan setiap mau pergi sekolah, dan Inara perempuan polos yang selalu sibuk dengan segudang pekerjaan yang tidak pernah habisnya. "Mbak, Fira berangkat yah, ucap Syafira sambil mengecup punggung tangan Inara tanpa ada rasa bersalah sedikitpun dihari dan benaknya. Inara tersenyum sambil mengangguk, tidak lupa dia selalu mengucapkan hati-hati dijalan. Selepas kepergian Syafira dan Bayu, Inara melanjutkan aktifitasnya, beres-beres rumah sebelum berangkat kerja, mencuci gosok menjadi pilihannya, karena dengan mencuci gosok Inara tetap bisa menjaga anaknya yang memang masih berumur 2 tahun. Meskipun penghasilannya minim, Inara tetap saja bekerja untuk keperluan dan kebutuhan Syafira, Inara tidak ingin membebankan Syafira kepada suaminya, apalagi mengingat usaha suaminya yang masih merintis. Bengkel merupakan pilihannya, dengan bermodalkan tabungan dan juga pinjaman dari majikan Inara jadilah usaha yang selama ini di idam-idamkan oleh Bayu. Dengan keahlian dan juga kepandaian dia yang bekerja di showroom bengkel selama ini membuat dia lihai dan paham dengan semua Selak beluk yang namanya mesin motor dan mobil. *********************************** Pov Syafira 24 April, pas malam dimana abang angkat ku menjemput ku, sudah lama dia menjaga jarak dari ku, aku benar-benar frustasi dibuatnya. Sudah berbagai cara aku buat untuk menggodanya, dan berbagai cara juga dia terus menghindari ku. Suasana mendung ditambah hujan deras, membuat aku leluasa menggodanya diatas kereta. Kupeluk dia dari belakang, dan sesekali ku colek bagian sensitifnya dibawah yang membuat nafasnya tidak beraturan yang membuat aku yakin kalau birahi dan gairahnya sudah naik. "Tinggal mencari celah." Ucapku dalam hati sambil terkekeh-kekeh di belakangnya. Nama ku Syafira, lebih tepatnya Syafira Wahyudi. Aku tidak tahu keberadaan orang tuaku sekarang, yang aku tahu aku dirawat dilingkungan keluarga yang sangat harmonis dan yang terutama keuarga yang begitu sayang dan juga peduli padaku. Abang angkat ku, Bayu Samudera merupakan sosok laki-laki yang selama ini aku impikan, laki-laki yang pengertian dan ayah yang bisa tempat untuk bermanja, dia laki-laki yang nyaris sempurna dimataku. Mbak ku, Inara Saraswati, sosok perempuan idolaku, perempuan tangguh, perempuan yang tidak pernah membedakan aku dengan adik ku Adnan yang notabenenya merupakan anak kandung mereka satu-satunya. Semakin hari aku semakin iri melihat Mbak ku yang begitu bahagia, punya suami seperti Bayu, laki-laki yang selalu ada untuknya. Rasa iri ini lama-kelamaan menjadi rasa benci, ingin rasanya aku keluar dari rumah ini, ingin rasanya aku pergi dari situasi yang sangat mencekam ku, tetapi aku harus kemana, aku tidak punya tujuan lain selain bertahan disini sampai tiba waktunya aku akan keluar dari keluarga yang membuat aku selalu menahan emosi karena tidak tahan melihat kerukunan dan keharmonisan mereka. Setiap hari aku harus berpura-pura bahagia, aku selalu berusaha tersenyum padahal hatiku perih melihat Inara, Mbak ku yang selalu dimanja dan di puja-puji Bayu, suaminya. Tetapi setelah malam itu, aku yakin kalau sebentar lagi Bayu pasti akan jadi milikku, Bayu pasti akan bertekuk lutut di hadapan ku. Aku yakin kalau dia tidak akan mau, dan tidak akan bisa lepas dari genggaman ku. Meskipun dengan perjuangan keras dan pengorbanan yang lumayan besar, memberikannya keperawanan ku secara cuma-cuma akhirnya Bayu benar-benar jadi milikku. Bayu berjanji selama aku melayaninya, selama itu juga dia tidak akan mwnyentuh Inara, istri sahnya yang merupakan Kaka angkat ku. Dengan menjadi perempuan yang benar-benar liar dan juga gatal, Bayu sangat terpesona dan sangat menikmati dengan semua pelayananku. Aku puas, aku bahagia, aku bangga menjadi diriku yang telah menang dalam permainan yang telah lama kurancang. Tega bukan? Menurut saya tidak, hahaha. Lebih tega takdir yang membuat saya tidak mendapatkan kasih sayang dari ke-dua orangtua yang sebenarnya sangat aku butuhkan.Pov Bayu.Tidak ada niat ku sedikitpun untuk melukai perasaan istriku, Inara.Aku sangat mencintainya, tetapi rasa yang ditawarkan Syafira begitu menggiurkan dan sangat-sangat berbeda dari rasa yang disuguhkan oleh Inara, seperti kata pepatah kalau Inara eskrim cokelat sementara Syafira cokelat yang ada campuran strawberry nya yang membuat aku ketagihan terus meneguk manis rasanya. Kalau Inara hanya manis sedangkan Syafira manis dan ada asam-asamnya.Dengan janji-janji manis yang selalu kuberikan kepada Syafira membuat dia semakin diam dan memuluskan jalan untuk ku yang terus-menerus menikmati peran sebagai laki-laki yang memiliki dua tambatan hati.****************************************"Fira masih sakit tititnya, ujarku sambil memandang dia yang berjalan sedikit kesusahan."Dia mengangguk tanpa menoleh sedikitpun kearah yang sedikit membuat aku khawatir.Aku memeluknya, memberi sedikit penghiburan agar dia semakin nyaman dan tidak akan berani megadukan kepada siapapun dengan semua
"Dari kapan bunda disini? Tanya Bayu penasaran dengan wajah yang terlihat pucat pasi. Inara heran dengan kelakuan suaminya, dia semakin merasa yakin kalau ada yang lagi. disembunyikan oleh suaminya. "Baru saja mas, ucap Inara yang langsung pamit ke dapur mau memotong buah semangka. Inara beranjak kedapur yang disusul oleh Bayu. "Semangka Bun, ucapnya dengan satu tangan mengambil potongan semangka yang telah tertata rapi di piring." "Iya mas, sengaja bunda belikan untuk Syafira biar demamnya cepat turun, mungkin dia kecapekan karena terus-menerus belajar tidak berhenti, ujar Inara. Bayu hanya mengangguk. "Hmmm, mas teringat nya kok tumben siang-siang seperti ini dirumah? Tanya Inara. "uhuk,uhuk,uhuk" Bayu sedikit kelabakan, dia memutar otak mencari alasan agar Inara, istrinya tidak curiga dengan apa yang telah terjadi diantara mereka berdua. "Pelan-pelan mas makannya, apa yang di buru-buru, ucap Inara dengan lembut sambil memberikan segala air putih kepada suaminya.
"Kok cepat sekali Adnan diantarkan Inara, ucap Bu Khadijah.Inara hanya bengong, tatapannya kosong yang membuat Bu Khadijah yakin kalau menantunya lagi menyimpan beban."Nara, panggil Bu Khadijah dengan lembut.Melihat tidak ada reaksi dari Inara, Bu Khadijah membuang nafas panjang dan menggenggam tangan Inara yang sontak mengagetkan Inara."Kamu kenapa nak?"Inara menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya pertanda kalau dia baik-baik saja.Seperti biasanya, Bu khadijah tau betul sikap dan perilaku menantunya.Bu Khadijah makin mempererat genggaman tangannya.Inara diam, dia tidak tau harus mengawali darimana menceritakan masalah yang lagi dipendamnya.Inara menimbang-nimbang dalam hati, perlu kah dia cerita kepada mertuanya, bagaimana kalau apa yang dicurigainya ternyata salah, bagaimana kalau dugaannya hanya sekadar dugaan belaka yang tidak jelas pastinya."Ujian hidup orang itu berbeda-beda, tergantung bagaimana kita menyikapinya, ibu tau kamu lagi banyak pikiran, ibu tau kamu
Inara mengambil pisau, dengan gemetar dan airmata yang terus mengalir dari pipinya membuat dia seperti ingin mengakhiri hidupnya. Inara putus asa, dia tidak menyangka kalau jalan hidupnya harus seperti ini.Tanpa sengaja dia memandang foto anaknya yang yang tergantung rapi di dinding, dan seketika itu dia tersadar dan membuang pisau itu.Inara menangis semakin kencang, dia tidak kuasa lagi menahan sebak didadanya, dia terus beristigfar guna menenangkan hati dan pikirannya.Hampir 2 jam dia didalam kamar, dan 2 jam juga Bayu terus memgedor pintu dan mengucapkan kata permintaan maaf."Bun, bunda maafin mas, mas benar-benar silap, mas salah Bun, mas benar-benar salah, keluar lah sayang, kita perlu bicara, kita perlu menyelesaikan masalah ini, jangan seperti ini Bun, please.."Bayu terus merayu dan membujuk i Inara tanpa capek dan bosan.Melihat pemandangan yang sepertinya Bayu takut kehilangan Inara, membuat Syafira dongkol dan semakin membuat rasa bencinya terhadap Inara lebih besar lag
Jatuh cinta merupakan anugerah dari yang kuasa yang perlu kita syukuri, dan kalaupun kita jatuh cinta kepada orang yang tidak tepat seperti suami orang juga merupakan suatu anugerah cinta, tergantung bagaimana kita menyikapi cinta itu, dipendam sendiri demi tidak ada yang sakit hati atau terus melanjutkan mengejar cinta itu tanpa perduli dengan pasti ada hati yang akan terluka nantinya. Syafira adalah salah satunya, gadis yang dianugerahi cinta oleh sang Illahi yang tidak bisa memposisikan letak cintanya. Dia jatuh cinta kepada suami dari kakanya sendiri yang telah merawat dan membesarkannya meski tidak ada ikatan darah diantara mereka. Tanpa berpikir panjang, tanpa memikirkan perasaan Inara yang merupakan kakanya, dia terus memamerkan dan menggoda sang Abang ipar. Dimana saja pun tempatnya dia selalu mencuri-curi pandang dan juga mencari-cari perhatian Bayu, Abang iparnya. Sering bahkan selalu dia memamerkan lekuk tubuhnya kepada Bayu jika Inara lagi tidak dirumah. Banyak trik d
Waktu terus berjalan, hari berganti hari, Minggu berganti Minggu, Bayu merindukan aksi yang tidak sengaja mereka lakukan, dia benar-benar tersiksa dengan rinndunya yang terlarang. Pondok usang itu seperti kenangan dan bayangan indah yang selalu ingin diulanginya kembali. Gelisah dan risau setiap hari dirasakannya setelah memutuskan untuk menjauhi dan menjaga jarak dari Syafira yang telah menjadi candunya. Semakin dia menjauhi Syafira semakin besar rasa rindu dihatinya. Dia hanya bisa menyibukkan dirinya sampai larut malam, bekerja tidak mengenal rasa lelah hanya untuk menghindari Syafira. Semakin dia menghindar dan semakin besar rasa rindu kepada Syafira. Rindu yang semakin besar tidak kuasa ditahannya lagi, Bayu tidak perduli dengan apapun yang akan terjadi nantinya, yang di inginkan nya sekarang hanya ingin bertemu melepas rasa rindu yang hampir saja meledak "booomm" meletus. Sore itu Bayu memutuskan untuk menjemput Syafira tanpa memberi kabar. Rasa rindu didadanya telah
Bukan diam seperti itu yang Inara harapkan dari suaminya, bukan membisu tanpa memberi kejelasan apapun yang di inginkannya, tetapi untuk memaksa Bayu Inara sama sekali tidak mau. Dia pun ikut diam, diam seperti suaminya, mereka sama-sama mendiamkan masalah tanpa ingin mencari solusinya bersama-sama. 3 hari kepergian Bu khadijah dan Syafira, 3 hari itu juga mereka berdua saling diam tanpa interaksi apapun. Inara bosan menunggu Bayu untuk memulai obrolan antara mereka berdua, dia jenuh dan akhirnya membiarkan permasalahan itu seperti itu saja. Inara menyibukkan dirinya mengurus Adnan dan bekerja. Selama mereka diam-diaman, selama itu juga Inara tidak melakukan apapun pekerjaan rumah, dia membiarkan baju kotor Bayu menumpuk, dia juga tidak mengurus makan minum Bayu, dia hanya mengurus dirinya dan juga anaknya. Dan Bayu, diperlakukan seperti itu dia tidak bisa mengeluh, dia hanya diam, menikmati hari-hari seperti duda memiliki istri. Bayu meradang, dia sangat mencintai Inara tetapi
Bu khadijah dan Ardi langsung membopong tubuh Inara kedalam rumah meski mereka juga dalam suasana panik dan bertanya-tanya kenapa dengan Inara. Bu Khadijah tau betul bagaimana kuatnya seorang Inara, bisa dipastikan kalau beban yang dipikulnya saat ini benar-benar sudah berat sekali sampai dia terkulai lemah pingsan tak sadarkan diri. Bu Khadijah merasa sangat cemas melihat kondisi Inara ditambah lagi dengan Bayu yang tidak ada kabar meskipun sudah berulangkali di telepon oleh Ardi. Dia mondar-mandir seperti gosokan tidak sabar menunggu Inara membuka matanya dan bertanya dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Adnan, suara Inara mengejutkab Bu Khadijah dan Ardi yang dari tadi menungguinya. Bu Khadijah langsung mendekat dan memeluk Inara, menantunya. Pecah sudah tangis Inara dipelukan ibu mertuanya, dia terus-menerus menangis mengeluarkan sebak yang ada dihatinya. Setelah sedikit reda, dia melepaskan pelukannya, ditatapnya Bu Khadijah dan Ardi saling bergantian. Dengan suara serak