Share

BAB 4

Kayra memandang putrinya sekejap. Ia bertanya dalam hatinya. Jika ia menikah lagi itu adalah jodoh, lantas ayah dari kembarnya siapa.

Tapi Kayra tidak memperdulikan itu, yang ia pedulikan sekarang adalah kebahagiaan putrinya. Setidaknya walau tidak ada ayah mereka harus bahagia. Kayra berjanji akan menjadi ibu yang baik sekaligus melengkapi peran ayah. Lelah itu nomor dua kebahagian dua kembarnya adalah yang utama.

"Mama  tidak perlu itu sayang, yang Mama harapkan sekarang adalah kebahagiaan kalian. I love you."

"I love you too, Mama." Balas keduanya.

Kayra mencium kening putrinya bergantian.

***

Pagi harinya, Kayra beserta putri dan kedua orang tuanya tengah bersiap untuk sarapan di meja makan.

Setelah selesai dengan acara sarapannya, Kayra kembali pada aktivitasnya seperti biasa. Anak-anak ada mama.

Saat sedang fokus bekerja, pintunya terbuka. Awalnya Kayra was-was takut laki-laki kemarin datang lagi, tapi ternyata itu adalah papa dan itu membuatnya bernafas lega.

"Tegang banget mukanya? Kerjaan banyak ya?" Tanya papa yang kini mendudukan bokongnya di sofa ruangan Kayra.

"Hehe iya pa lumayan." Jawab Kayra seadanya.

Dalam hatinya Kayra meminta maaf. Sungguh dirinya telah berbohong.

"Papa datang karena ada sesuatu yang akan papa bicarakan Kayra."

Kayra menutup laptopnya dan menatap papa-nya.

"Sebaiknya dikunci dulu pintunya pa, takut ada yang ngintip." Ucap Kayra sembari berjalan kearah pintu dan menguncinya.

Ia duduk disebelah papa dan siap mendengar apa pun yang dikatakan papa.

"Nak apa kamu tahu jika Nabastala sudah kembali?"

Kayra memalingkan wajahnya. Ia menghela nafas panjang lalu kembali menatap papa dan mengangguk.

"Kemarin dia datang ke kantor papa. Tapi papa tidak bilang pada mama karena kamu juga pasti tahu kan?"

Kayra mengangguk lagi dan akhirnya mengeluarkan suaranya.

"Kemarin dia juga datang kesini pa. Dia meminta ku kembali. Tapi, papa pun jika jadi aku pasti akan melakukan hal yang sama kan? Papa juga akan menolaknya kan?"

"Iya sayang. Keputusan kamu memang tepat. Jika kamu menerima lagi, papa tidak mau."

Kayra menatap papa-nya. Dapat dilihat di dimatanya ada kilatan amarah dan kecewa yang papa simpan. Kayra mengerti itu.

"Papa tenang saja. Kayra tidak akan kembali padanya." Kayra menggenggam tangan papa dja tersenyum meyakinkan yang dibalas papa.

"Kita rahasiakan ini dari mama ya Ra." Ucap papa diangguki Kayra.

Papa menarik anak didepannya ini dan memeluknya erat.

"Nak papa itu cinta pertama mu dan papa pun sadar akan hal itu. Anggap saja kamu hanya anak kecil papa di dunia ini. Anak yang tidak pernah papa biarkan terluka dan kecewa, anak yang selalu papa jaga perasaannya. Terimakasih sudah bertahan sejauh ini ya sayang." Ucapnya mengecup puncak kepala Kayra.

Papa tahu anaknya lelah, papa tahu anaknya rapuh. Di mata papa sungguh Kayra ini hanyalah putri kecilnya yang sampai kapan pun akan seperti itu.

Dalam dekapan erat papa Kayra menangis, ia meluapkan segala sakit yang selama ini ia tahan. Hanya papa yang mengerti itu, hanya papa yang akan membuat itu terjadi. Jika mama, ia cerita sedikit saja mama akan menangis dan marah.

"Papa terima kasih sudah menjadi ayah yang hebat untuk Kayra."

"Terimakasih juga dari papa karena Kayra sudah menjadi anak yang kuat."

Dalam heningnya ruangan Kayra anak dan papa saling berpelukan.

Jika ditanya apa kesalahan Kayra sesungguhnya. Maka jawabannya adalah, Kayra sudah salah memilih pasangan. Seharusnya kurang lebih yang seperti papa. Kasihan anaknya tidak merasakan kasih sayang hebat seorang ayah seperti dirinya.

***

Siang hari, setelah pulang sekolah, Reana dan Reina bermain di taman yang kemarin bersama Oma. Itu tentu sudah atas izin Kayra.

"Oma aku sama kakak mau jajan itu." Si bungsu menunjuk penjual gerobak.

Mama berpikir, apa boleh anak-anak itu diberi jajan. Tapi persetan dengan ijin, mama juga tidak mau menolak permintaan cucunya, alhasil ia mengajak cucu-cucunya membeli apa yang diinginkan.

Saat sampai, dua anak itu terkejut. Ternyata penjual itu adalah abang-abang yang pernah ia temui bersama mommynya.

"Lho Abang?" Ucap keduanya.

Abang itu tersenyum, ia juga ingat anak didepannya ini.

"Adek yang kemarin ke sini sama mama-nya ya?"

Keduanya mengangguk lucu. Oma heran benarkah anaknya yang overprotektif itu mengijinkan anaknya jajan. Ah, tapi itu bukan masalah besar, yang penting adalah cucunya bahagia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status