Share

BAB 3

Deg!

Kayra ingat tentang kejadian tadi siang dan itu membuatnya takut. Kayra takut mantan suaminya datang kerumah ini, ia takut Nabastala akan merebut kedua putrinya. Sungguh, tidak ada perasaan lain selain takut.

"Semoga itu bukan Nabastala." Gumamnya.

Kayra tidak beranjak dari tempat itu, bahkan setelah siluet orang tadi menghilang Kayra tetap disana. Sedangkan kedua anaknya kini sudah tertidur.

"Permintaanku tidak banyak, Tuhan. Aku ingin anakku bahagia. Setidaknya cukup sampai aku luka itu, anak ku jangan." Kayra menatap ke arah langit yang begitu gelap pekat malam ini.

Kemudian ia beranjak dari sana menuju ranjang yang sudah diisi anak-anaknya.

Ia duduk di antara kedua anaknya. Ia usap rambut keduanya, air mata itu kembali menghiasi pipi mulusnya.

"Nak, maafkan mama. Mama belum bisa menjadi ibu yang baik untuk mu. Maaf jika mama selama ini belum bisa membuat mu bahagia dan bangga. Tapi, perlu kalian tahu sayang, mama sayang sekali pada kalian." Ucapnya.

Sakit sekali rasanya setiap Kayra menatap anaknya yang tengah lelap tertidur. Ada sedikit rasa bersalah dalam dirinya, walaupun Kayra sendiri tidak tahu apa kesalahannya.

***

Hari Minggu adalah hari libur, hari untuk menghabiskan waktu bersama keluarga untuk sebagian orang. Kayra pun tidak mau kalah, ia mengajak kedua anaknya untuk pergi ke taman kota pada minggu pagi ini.

"Mama, kenapa mama ajak kita ke sini?" Tanya Reana.

Kayra menatap anak di sampingnya sembari mengernyit dahi. "Lho, kakak gak suka ya. Kalo gak suka mama bisa lho ajak kalian kemana pun."

Reana menggeleng, ia tersenyum, "Enggak kok. Kakak suka."

Kayra kembali berjalan bersama anaknya. Satu disebelah kiri dan satunya lagi di sebelah kanan.

Namun, baru saja Kayra akan mendudukan bokongnya di salah satu bangku taman, samar-samar Kayra mendengar ucapan dari orang di dekatnya.

"Oh, jadi ini janda yang suka goda suami orang itu?" Ucap salah seorang wanita kepada temannya.

"Iya. Suami teman saya pun dia goda." Ucap wanita itu dengan sinis ke arah Kayra

"Amit-amit ya buk. Kok ada sih wanita pelacur di sekitar kita."

"Stt.. ah nanti dia dengar."

"Baper."

"Hahaha...." Kedua ibu-ibu tertawa.

Kayra menatap sekeliling, tidak ada siapa-siapa lagi disana selain Kayra dan anak kembarnya juga seorang wanita dan temannya yang berbicara tadi.

Kedua anaknya menatap wajahnya yang seketika berubah.

Kayra sadar perkataan ibu-ibu tadi adalah untuk dirinya.

"Menjadi seorang janda bukan ingin ku. Tapi kenapa semua seolah adalah salah ku?" Rintihnya dalam hati kecilnya.

"Mama, Reana laper." Rengek si sulung.

"Reina juga sama."

Kayra menatap putrinya. Ia jadi gemas sendiri melihat dua putrinya yang mengeluh lapar, padahal ini baru pukul sembilan, lagi pula di rumah mereka sudah makan. Tapi, itu bukan masalah. Kayra mengajak keduanya ke stand penjual makanan disana.

"Kakak sama adek mau apa?"

Mata mereka menelisik menatap seluruh penjual disana, tapi tidak ada satupun yang menarik perhatian si kembar. Sampai matanya menatap seorang penjual dengan gerobak di pinggir jalan.

"Aku mau itu aja, Ma!"

"Reina juga."

Kayra menatap ke arah dimana anak-anaknya menunjuk. Ternyata itu adalah penjual gerobak.

"Gak mau yang ini?"

Kedua anaknya menggeleng. 

Mereka berjalan menuju abang penjual makanan gerobak itu yang ternyata berjualan cilok. Sesampainya disana Kayra langsung memesan untuk kedua putrinya.

"Mas dua ya, tanpa pedas."

"Baik, Nyonya."

Kayra menunggu di trotoar jalan yang cukup terik juga cuacanya pagi ini.

"Sayang sini berteduh nak." Ucapnya pada kedua anaknya yang asik memperhatikan Abang penjualnya.

"Gak mau ma. Mau lihat ini." Teriak si sulung yang diangguki adiknya.

Kayra ini tipikal ibu yang tidak bisa menolak permintaan anaknya apa pun itu. Ia khawatir, tapi lebih khawatir lagi jika anaknya kecewa.

"Nyonya, ini sudah pesanannya. Dua tanpa pedas."

Kayra menghampiri Abang pedagangnya lalu membayar makanan anak-anaknya itu, tanpa melihat wajah si abang penjualnya.

"Nyonya saya tidak ada kembalian." Ucap Abang penjualnya, karena uang yang di berikan Kayra adalah ia merah sedangkan yang perlu di bayar hanya dua puluh ribu.

"Tidak apa, ambil saja." Ucapnya sambil tersenyum.

"Tapi–-"

Kayra menggeleng.

"Baiklah, terimakasih nyonya."

"Sama-sama."

Setelah membelikan anaknya makanan yang diinginkan, Kayra kembali ke tempat duduknya bersama kembarnya.

***

Sesampainya dirumah, mereka berdua malah menceritakan Abang penjual cilok gerobak itu.

"Kakak tahu tidak, abangnya ganteng lho." Ucap si bungsu antusias.

"Iya adek, kakak lihat."

Kayra yang mendengar itu menyahut. "Tahu dari mana kamu ganteng?"

"Mama harus tahu. Abangnya ganteng." Ucap si sulung.

Kayra menggelengkan kepalanya, rasanya geli saja mendengar anak-anaknya mengatakan kata ganteng, di usianya yang masih kecil ini.

Kayra ikut duduk, "Menang kenapa mama harus tahu?"

"Biar jodoh. hihi..." ucap Reina.

Kayra menatap anak-anaknya.

"Memang kakak sama adek tahu apa itu jodoh?"

"Tahu." jawab Reina. "Jodoh itu takdir untuk Mama."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status