Share

47. Pak Ustadz

"Alhamdulillah." Aku bersyukur lega mendengar kesediaan dari bibir Galang.

Padahal kupikir akan ada drama penolakan atau sejenisnya. Ternyata Galang hanya syok saat kubeberkan bukti rekaman percakapan Nona. Air mata yang menetes menjadi pertanda jika Galang teramat sedih dengan kenyataan yang ada.

"Kamu sudah siap untuk diruqyah Pak Ustad, Lang?" tanyaku memastikan.

Galang hanya mengangguk dengan tangan mengelap buliran bening yang membasahi pipinya.

"Anak saya sudah mau diruqyah, Pak Ustad," laporku pada ustad muda di hadapan.

"Oh nggih." Ustad muda itu menganguk. "Sekarang sebelum prosesnya dimulai, Mas Galang sebaiknya pergi wudhu dulu, monggoh," suruh ustad mempersilakan.

"Ayo, Lang!" ajakku lembut.

Lagi-lagi Galang hanya mengangguk. Perlahan ia bangkit. Anak itu melangkah lesu menuju kamar mandi di rumah neneknya ini.

Kisaran tujuh menit menanti, Galang kembali. Wajah dan beberapa anggota tubuh lainnya tampak basah. Anak itu duduk di sampingku.

Kami semua duduk lesehan di lantai.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status