Share

63. Candaan Arif

"Sar, Sariii!" Mas Arif memanggil nama sang istri. Namun, napas Sarita terus saja tersengal.

"Nyebut, Mbak." Aku berbisik di telinga wanita itu.

Sarita tampak menggerakkan mulut. Namun, tidak jelas dia bicara apa. Hanya terdengar seperti racauan belaka.

"Sar, kamu harus tahan! Harus kuat demi anak-anak," bisik Mas Arif mulai terlihat cemas. Dia menggenggam erat jemari Sarita.

Jujur aku pun ngeri lihat pemandangan ini. Rasanya ingin segera hengkang saja. Untung aku teringat call nurse.

Aku langsung bergegas mendekat tombol yang terletak dekat headbed ranjang Sarita. Bel yang menempel di dinding itu lekas kupencet.

Beberapa selang kemudian, seorang perawat datang dengan tergopoh-gopoh. Perempuan muda berseragam putih itu langsung memeriksa kondisi Sarita. Wajah suster tampak cemas.

"Saya panggil dokter dulu," pamit perawat itu membuat keputusan. Dirinya terburu-buru keluar lagi.

Keadaan Sarita seperti orang sedang sekarat. Aku menjadi takut melihatnya. Lebih tepatnya tidak tega.

"Suruh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status