Share

67. Tangis Bunga

"Saya gak bersalah, Pak," rengek Bunga tampak ketakutan.

"Anda bisa menjelaskannya di kantor," sahut Pak Polisi terdengar bersahabat.

"Tapi bukan saya yang mendorong ibu. Saya cuma--"

"Iya, Anda jelaskan semuanya di kantor, ya," sela Pak polisi tegas.

"Mas Gading ...." Air mata Bunga mulai berurai.

Gading memandang istrinya dengan iba. "Mas akan temani kamu, jadi tenanglah," janjinya sembari menggenggam kuat jemari Bunga.

"Kalo begitu mari kita ke kantor segera!" ajak Pak polisi dengan tangan menyilakan.

Gading menggandeng Bunga.

"Kamu yang tenang," pesanku saat Bunga akan keluar, "pasrah saja sama Gusti Allah, ya." Tanganku mengelus rambut bungsunya Mas Arif.

Bunga mengangguk pasrah. Langkahnya berat meninggalkan rumah. Kami semua mengantar kepergian mereka hingga ke halaman depan.

"Nona, ikut ayah!" titah Mas Arif begitu mobil polisi dan Gading berlalu.

Suara Mas Arif yang terdengar tegas membuat nyali Nona terlihat menciut. Perempuan itu menggigit bibir bawahnya sebentar. Setelah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status