Share

272. Ada Harga yang Harus Dibayar

Kevan berdiri di bawah jendela yang terbuka. Dia menikmati senja di kota kelahirannya sambil menghisap rokok. Kepulan asap rokok tipis mengelilingi wajah tampan Kevan.

Melihat Kevan yang begitu tenang, Ziyad tidak berani mengganggu. Dia hanya bisa berdiri dan menunggu perintahnya.

Suasana ruang kantor Kevan mulai redup. Ziyad mengambil inisiatif untuk menyalakan lampu.

"Kamu ke luar dulu!"

Awalnya, Ziyad kebingungan. Karena selama bekerja dengan Kevan, tuannya itu tidak pernah menyuruh dia untuk pergi. Tetapi, Ziyad tidak membantah. Mungkin saja, Kevan memang butuh waktu sendirian untuk mengurusi hal-hal pribadinya.

Ziyad membungkuk. "Ya, Tuan."

Kevan mendengar langkah kaki Ziyad yang berat. Pintu tertutup rapat. Kevan segera menekan ikon telepon berwarna hijau, lalu menempelkan handphone di daun telinga.

Baru saja Kevan membuka mulutnya ingin menyapa si penelepon, tetapi dia kalah cepat.

"Kevan Hanindra!" panggil suara pria serak di ujung telepon. "Kamu mau nganterin undangan perni
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status