"Pak, kamu pasti bisa kalahin Kevan." Nulla berkata dengan yakin. Dia memberikan semangat untuk Miguel.Kevan duduk bersebelahan dengan Miguel di meja bartender. Orang-orang berdiri di belakang mereka. Sorak sorai teman-teman sesama SMA Cendrawasih justru mendukung Miguel, dan bukan Kevan. "Ayo, Pak Miguel! Kalahin Kevan!""Kalahin si miskin itu, Pak!"Beberapa orang berseru. Namun, Kevan terlihat santai dan tidak ambil pusing.'Nggak masalah mereka dukung Miguel! Aku senang melihat dia akan kalah!' seru Kevan sambil menoleh ke belakang. 'Sial! Kenapa aku harus lihat kemesraan Nulla dan Miguel?'Seorang bartender menuangkan Brandy, calvados, dan anggur putih manis ke dalam sebuah wadah gelas ukur bening. Kemudian, campuran tersebut diaduk dengan es."Perfect!" seru si bartender sambil senyum. Setelah menuangkan campuran tadi ke sebuah gelas koktail, bartender itu memberikannya kepada Kevan dan Miguel."Dua gelas Corpse Reviver sudah siap!"Miguel menatap gelas miliknya dengan senyum
"Ini kartu apaan? Aku baru lihat ada kartu macam ini!"Kevan mengambil sebuah kartu hitam dengan logo naga merah pada bagian atas kanan. Background pada kartu tersebut pun bergambar seekor naga yang sedang mengeluarkan api. "Ini kartu hitam Naga Merah tanpa batas limited, Tuan Muda." Penjelasan singkat Ziyad membuat Kevan memiliki banyak pertanyaan. "Kartu hitam itu apaan? Semacam kartu debit? Kartu kredit? Atau kartu keanggotaan Hotel Grand Picasso?"Pertanyaan Kevan direspon Ziyad dengan cepat. Ziyad geleng-geleng. "Bukan, Tuan," balasnya. "Kartu hitam itu semacam kartu debit yang bisa dipakai sesuka hati."Kevan membalikkan kartu tersebut. Dia membaca keterangan nama bank yang tertulis di sana. "Bank Golden Orion," kata Kevan mengeja nama bank pembuat kartu hitam Naga Merah."Di negara Nexterra, hanya terdapat 5 buah kartu hitam Naga Merah. Kartu debit ini dimiliki oleh keluarga kaya raya."Kevan melongo mendengar penjelasan Ziyad. Dia meletakkan kartu itu sambil menatap asisten
"Apa itu, Tuan? Anda buat saya penasaran aja."Kevan terkekeh. Dia teringat video syur Nulla dan Miguel yang masih tersimpan rapi di flashdisk."Aku belum pernah coba rasanya perawan," jawab Kevan, lalu dia meneguk minumannya.Ziyad kembali menepuk jidat. "Anda serius belum pernah ML, Tuan? ML itu Making Love. Jangan bilang, Anda nggak tahu artinya!" Ziyad memelankan suaranya saat bertanya. Dia menunggu Kevan selesai menghabiskan minumannya. "Hemm! Asisten brengsek!" Kevan berdeham dan memaki Zoyad. "Selama ini, nggak ada orang yang percaya kalau aku jawab belum pernah!""Jadi, Anda udah pernah atau belum?"Kevan meletakkan gelasnya yang sudah kosong. "Menurut kamu?!""Anda yang bebas dan liar gini, mana mungkin belum pernah ML sama cewek! Rasanya nggak masuk akal!""Dan ternyata, anak buahku sendiri kurang ajar!"Ziyad tertawa. "Ha! Ha! Ha! Maaf, Tuan. Saya cuma takjub. Ternyata di zaman sekarang masih ada pria kayak Anda yang belum pernah merasakan surga dunia!""Aku cuma akan ML
"Tuan, mau ke mana?" Omar mengikuti langkah Kevan menelusuri jalan bersemak. Mereka berdua membawa kantong plastik berisi berbagai makanan, snack dan minuman."Udah ikutin aja!"Penerangan jalan yang baik membuat Kevan dengan mudahnya mengenali sebuah tempat. Ya, tempatnya yang dulu. Sekarang, mereka sudah tiba di sebuah daerah kumuh pinggir rel kereta api di kota Tango. Beberapa gerbong kereta api usang dibiarkan begitu saja sehingga merusak pemandangan. "Tunggu, Tuan!" Omar menghentikan langkah Kevan. "Ini terlalu bahaya buat Anda!""Udah ikutin aja!"Lagi-lagi, Kevan hanya melontarkan kalimat yang sama. Tidak ada ekspresi apapun yang Kevan tunjukkan pada Omar. Hanya emosi yang muncul berkali-kali.Kevan menghempaskan lengan besar Omar dari pundaknya. Dia terus berjalan menuju salah satu gerbong usang tersebut."Bener-bener duplikat Tuan Christian!" seru Omar. "Sikap mereka berdua mirip banget."Omar mempercepat langkahnya menyusul Kevan. "Ayo cepet!"Kevan melompat ketika menai
"Tapi, aku nggak ada komputer di sini, Van! Kamu kan tahu, aku diusir dari rumah sama Ibuku.""Kasihan banget, kamu!" Kevan meledek Deyan. "Kamu ikut aku dan Omar. Kamu akan langsung kerja sama aku.""Kamu serius, Van?""Iya, aku serius," jawab Kevan. "Kalian jangan ada yang saling iri. Karena gaji kalian aku pukul rata."Semua orang angguk-angguk setuju dengan ucapan Kevan. "Dari dulu, Kevan memang selalu adil," ujar Martin. "Aku ngapain, Van?" tanya pria dengan mata sipit dan berkulit paling putih diantara kelima pria itu."Putra, kamu awasi kantor Dreamland di kota Baubau!""Buset! Kantor punya orang kaya raya di pulau Orion? Buat apaan, Van?"Putra terkejut. Namun, dia tidak berani membantah Kevan."Udah awasi aja!""Dan terakhir, Santo." Kevan menunjuk pria tinggi kurus dengan rambut panjang sebahu. "Aku mau kamu awasi kantor cabang perusahaan Wijaya Corp di kota Baubau!""Siap, Bos Kevan," sahur Santo. "Aku hapal jalanan di kota Baubau.""Mereka semua, siapa kamu, Van? Mereka
"Deyan, bangun!"Minggu pagi. Kevan sudah rapi bersama Omar dan Ziyad. Dia membangunkan Deyan yang masih tertidur di sofa panjang."Hmm? Jam berapa, sih? Dingin banget, Van."Deyan tidak juga membuka matanya. Lalu, Kevan duduk di sofa single."Sekarang mulai kerja! Udah jam 6 pagi, oii!"Deyan terbangun dengan mata sembab. Kevan terkejut melihatnya. "Kamu abis nangis? Cih! Cowok kayak kamu bisa nangis juga!""Nggak gitu, Van," ujar Deyan. "Semalem abis kamu kasih HP, aku langsung telepon Ibuku. Dia kan nggak tahu nomorku, jadi diangkat tuh, Van.""Terus?"Kevan menyilangkan kakinya. Dia menyeruput kopi hitam sambil menikmati pisang goreng."Ibuku bilang, kalau Bapakku sakit. Kakinya bengkak dan nggak bisa jalan.""Terus?""Terus, aku akhirnya pulang sebelum ke sini. Aku minta maaf, Van, nggak ngomong dulu ke kamu. Abisnya, mobil kamu udah jalan aja. Tapi, aku chat kamu dan sampai sekarang belum kamu baca."Kevan mengaktifkan ponselnya. Dia melihat pesan masuk dari nomor Deyan. "Oh,
"Kalau pertanyaan saya buat Anda risih, abaikan aja, Coach! Saya nggak bermaksud untukー"Kevan merasa telah salah bicara. Dia melihat perubahan sikap dan wajah Adnan. "Saya mantan Penembak Jitu pasukan elit khusus negara tetangga, Van," jawab Adnan datar. "Sekali membunuh, harga saya mahal."Kevan tertegun hingga kesulitan menelan ludahnya. Kevan menatap Adnan tanpa berkedip."Astaga! Saya nggak sangka belajar menembak langsung dari ahlinya!""Kamu tahu 3 hal yang paling utama untuk jadi seorang sniper?"Kevan sejenak berpikir keras. "Paham menentukan arah mata angin, fokus, dan kecepatan," jawabnya menggebu-gebu.Adnan tertawa, "Ha! Ha! Ha! Masih nggak tepat."Kevan bingung. Dia merasa kecil di hadapan Adnan. 'Ah, ngapain aku insecure?! Aku ini kan pewaris pertama keluarga Hanindra!' Jiwa sombong Kevan mulai muncul. Selama hidupnya, dia tidak pernah merasa kecil di hadapan siapapun."Tiga hal paling utama untuk jadi seorang sniper yang hebat tak terkalahkan adalah kesabaran, cara me
"Tuan, pesawat kita udah mendarat di Bandar udara internasional Shipyard," Ziyad berbisik. Senin pagi. Kevan sekarang berada di dalam pesawat jet pribadi milik keluarga Hanindra. Pesawat jet itu merupakan hadiah dari kakek dan neneknya atas kembalinya Kevan ke keluarga Hanindra. Namun, tentu saja Kevan tidak tahu. 'Andaikan Tuan Kevan tahu kalau pesawat jet ini hadiah dari Tuan Christian dan Nyonya Cinta, dia pasti minta aku kembaliin ke mereka,' gumam Ziyad di dalam hati. Diam-diam, Ziyad terkekeh. Masih di dalam hati, Ziyad berseru, 'Kapan lagi Tuan Kevan punya barang mahal, selain HP dan apartemen? Itupun berdebat dulu sama aku!' "Meeting-nya mulai jam berapa?""Jam 8:00, Tuan," jawab Ziyad. Kevan melirik jam tangan yang harganya tidak seberapa itu. "Masih 45 menit," ujar Kevan. Dia melepaskan kacamata hitamnya. "Ngomong-ngomong, Tuan Muda pakai kacamata hitam agar mata Anda nggak silau?" tanya Ziyad."Kira-kira begitu," jawab Kevan sambil cengengesan. "Omar, apa mereka ada