Share

Kebakaran Cafe

"Mau kemana?" tanya Radit nongol di jendela mobil.

"Mau ke cafe," jawabku jutek, memutar kunci kemudi.

"Nggak mau balik lagi ke kantor Bu Wida, sekalian aku kenalin?" ujarnya.

Aku melirik dengan mata malas. Radit malah tersenyum mengejek dengan mata berkedip menggoda. Menyebalkan.

"Titip salam aja. Bilangan sama Bu Wida kalau gantiin baju bujang lapuk kaya gini jangan ditempat umum, bikin senewen yang lihat," balasku.

"Ah, kamu aja yang otaknya mesum," tukasnya tak mau kalah.

"Apa?" Aku melirik sinis, menaikkan kaca jendela.

"Aw ... aw ... aw ... Halwa nanti aku kejepit," pekiknya setengah berteriak.

"Rasain," ujarku sembari menginjak gas.

"Jangan lupa makan siang," teriaknya melambaikan tangan.

Mataku menyipit, mengintip melalui kaya spion. Bibir bergerak perlahan menyunggikan senyum.

Ada-ada saja ulahnya itu.

Sampai di depan cafe terlihat banyak orang berkerumun, aku segera turun untuk melihat situasi.

Rini berlari tergesa mencari bantuan.

"Rini ada apa?" Aku mencegatnya.

"Gas kompo
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Marsiti Sarbini Dwi Atmaja
kayaknya ndak rela juga ya kalau Rian dg Riana.... tetap semangat thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status