Share

6. A New Job

"Kalian bisa makan bareng sama hewan yang matanya aja udah siap nerkam kalian gini?" bisik Ann saat Ben menggiringnya masuk ke ruang makan.

"Kamu lupa tadi sebelom masuk kusuruh kamu buat apa?" gumam Ben melirik Ann yang duduk di sebelahnya.

Ann segera memanyunkan bibir dan membuat gerakan tengah mengunci bibir dengan jemarinya. Ia tak melepas tatapan dari macan kumbang di sebelah lelaki seram itu.

"Aku Taka," sebut lelaki seram bertato di seberang Ben ini. "Semua hidangan di meja ini, aku sendiri yang mengolahnya, kamu boleh mencicipinya," tambahnya dengan senyum misterius ke arah Ann.

"Makasih, Om," jawab Ann memaksa senyum.

"Barang bagus," gumam Taka manggut-manggut, ia menatap Ben tak berkedip.

"Namanya Joanna," sebut Ben. Ia mengambil sesendok salad sayur di mangkok besar, "masih kuliah," terangnya.

"Jurusan apa?" tanya Taka beralih pada Ann.

"Keperawatan, Om," desis Ann singkat. Ia takut akan tiba-tiba diterkam si macam kumbang jika salah bicara atau membuat gerakan yang tiba-tiba.

"Chester nggak akan gigit," bisik Ben seolah memahami kekhawatiran Ann. "Dia nggak doyan daging perawan," ledeknya tertawa meremehkan.

"Kalian bertiga mirip, nggak tuannya, nggak kucingnya!" sungut Ann mendumal, ia ikut mengambil hidangan di meja. Terlihat sekali bahwa semua yang dimasak oleh Taka adalah hidangan dengan gaya Jepang.

"Aku harus pergi," Taka tiba-tiba berdiri, "sengaja meluangkan waktuku untuk ngeliat siapa yang Ben bawa ke sini. Selamat datang di rumah besar, semoga betah," katanya lantas berlalu tanpa berucap lagi.

Sepi. Ann kembali mengitarkan pandangannya dan ia masih enggan bergerak karena si macan kumbang tak beranjak dari tempatnya meski Taka sudah hilang dari pandangan. Sementara Ben tampak asik menikmati makanannya, tak terlalu memedulikan Ann yang kebingungan.

"Jadi kamu mau ngejual aku lagi ke Om-Om bangkotan tadi?" tanya Ann tak tahan juga untuk bertanya.

Ben menghentikan kunyahannya dan meletakkan sumpit di tangannya. Ia tatap Ann tajam, penuh perhitungan.

"Karena aku nggak bisa kamu tidurin terus kamu jual aku ke Om Taka itu?" sengal Ann tak sabar menunggu jawaban.

"Papa kandung, ada darahnya yang ngalir di tubuhku dan dia biasa kupanggil Papa," jawab Ben tenang sekali. "Dia punya istri yang pantang buat diselingkuhin apalagi buat ditinggal nidurin perawan kayak kamu!" lanjutnya membungkam Ann seketika.

Suasana sepi lagi. Ben tampak melanjutkan aktivitas makannya, sebelah tangan kirinya melambai pada Chester. Macan kumbang besar itu beringsut dari posisinya dan mendatangi sang pemanggil, ia menjulurkan kepala begitu manja seperti seekor kucing. Ann di sebelah Ben sudah menahan napas ketakutan sejak awal Chester bergerak mendekat.

"Biar kamu berguna dan nggak ngerugiin perjanjian kita, kamu punya tugas buat ngerawat dia," tukas Ben melanjutkan ucapannya setelah ia benar-benar selesai makan.

"Dia udah punya istri, udah gede juga, kenapa harus aku yang ngerawat?" sangkal Ann merasa aneh.

"Bukan dia Papa Taka, tapi dia ini!" Ben sengaja mendorong Chester lebih dekat pada Ann, "kewajibanmu cuma mastiin makanannya, jadwal makannya, kesehatannya, dan jadwal dia periksa kesehatan. Masalah kotoran dan kandang, itu ada orang laen yang urus," terangnya.

"Kamu pasti lagi bercanda!" terdengar Ann tertawa gamang. Ini lelucon, bukan?

"Apa mukaku keliatan lagi ngelawak? Aku serius dan aku nggak mau ada penolakan!"

"Jelas aku nolak!" sengal Ann spontan, ia lupa bahwa di sebelahnya ada dua predator gila yang siap menerkam. "Aku lagi mau mulai berkarir, aku juga harus kuliah, sementara kamu maen nyuruh-nyuruh aku buat ngerawat hewan yang sedetik ke depan bisa aja nerkam dan nyabik-nyabik badanku? Kamu gila! Aku masih sayang sama nyawaku sendiri!" cecarnya.

"Kalau gitu, kamu bayar penalti pelanggaran kontrak. Selesai!" sahut Ben tak acuh. 'Duit bukan gue yang butuh ini.'

"Ini penyiksaan namanya! Pemaksaan!"

"Kamu yang mutusin buat terjun ke duniaku, dunia di mana kamu nggak punya hak buat nolak sedikitpun."

"Diktator!" cerca Ann emosional.

Teriakan Ann memicu geraman Chester, membuat hewan buas ini menatap Ann dengan pupil matanya yang menipis, sangat mengancam. Tentu saja Ann membeku langsung, bibirnya bergetar hebat menahan marah, tapi juga dilanda ketakutan yang susah-payah diatasinya.

"Dia mau ngapain?" bisik Ann berusaha untuk tidak bergerak, ia melirik bergantian Ben dan Chester yang perlahan mendekatinya.

Ben terdiam, matanya yang bergerak mengawasi pergerakan Chester. Sedangkan macan kumbang kesayangan keluarga besar itu terus mengincar Ann, kumisnya bergerak-gerak mengendus aroma perawan yang Ben bawa sebagai calon perawatnya.

"Mas!" pekik Ann tak bisa lagi menahan ketakutannya, ia bangun dari duduknya, mendekati Ben dan berlindung di belakang punggung lelaki tinggi menjulang ini. "Do something! Kamu seneng ngeliat dia nyabik-nyabik gue di depan mata kepalamu?" protesnya bingung dan secara tanpa sadar, ia sudah memeluk erat pinggang Ben.

###

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status