Share

7. Dipaksa Menerima

"Cukup Ches," kata Ben begitu tenang dan pelan, "Ann nggak akan nolak jadi perawatmu, kita bujuk pake cara halus dulu, kalau dia nggak mau, lakukan semaumu," ucapnya lagi.

Bak paham apa yang Ben bicarakan, Chester langsung duduk dan menopang dagunya. Pupil matanya sudah kembali normal, ia menjilat kaki depannya dan sengaja bersikap sangat imut. Sementara Ann tak berani menampakkan diri, nyaman di tempat yang sangat terlindungi.

"Jangan pernah nolak Chester atau dia yang bakalan maksa kamu buat nerima dia," ucap Ben menoleh gadis yang masih bersembunyi di punggungnya sembari memeluknya itu. "Dia yang memilihmu, jadi jangan berani-berani buat bikin dia jadi pilihan," katanya ambigu.

"Ah," tersadar, Ann segera melepas pelukannya. Ia pura-pura menegakkan dagu, tak ingin diremehkan oleh Ben. "Masa hewan ngeri begini disuruh ngerawat kucing rumah kayak aku. Mas, kamu nggak serius kan?"

"Kadang hewan justru lebih manusiawi ketimbang manusia itu sendiri."

"Tapi tetep, dia bisa aja nyerang aku dong. Kalau aku dimakan gimana? Kamu mau tanggung jawab?"

"Udah kubilang, dia nggak doyan dagingmu. Yang dia lakuin tadi adalah bentuk protes karena kamu nolak buat ngerawat dia," jelas Ben sesekali berdehem. Ada sesuatu bergerak di perutnya saat Ann memeluknya barusan dan ia enggan mengakui itu.

"Ini terlalu tiba-tiba dan aku jelas nggak bisa nerima gitu aja!" sangkal Ann terbata. "Ngerawat macan kumbang? Kamu mau ngebunuh aku ya Mas?" desisnya tak habis pikir.

"Ada asuransi jiwa yang kamu dapet, Chester juga punya dokter pribadi dan pawang sendiri yang tau banget tabiatnya dia. Tugas kamu cuma mastiin jadwal yang tadi udah kusebutin," ucap Ben memberi penjelasan rinci.

"Aku juga punya kegiatan sendiri yang udah terjadwal!" geram Ann berusaha membuat Ben memahami situasinya. "Aku nggak akan punya waktu buat bolak-balik ke sini juga! Jadwal kuliah sama karier modelku padat banget! Belom lagi jalanan Jakarta yang sering banget maxet di jam-jam krusial. Aku nggak akan sanggup ya Mas"

"Aku nggak minta kamu bolak-balik ke sini. Kamu harus tinggal di sini," sebut Ben begitu enteng.

"Nggak! Kamu pikir aja! Siapa yang mau tinggal satu rumah sama macan kumbang? Ini bukan Wakanda ya! Nggak mau! Siapa yang berani jamin kalau pas malam dia nggak bakalan nyelinap masuk ke kamar dan nyeret aku keluar buat dimakannya!" jerit Ann kalut. "Aku punya kontrakan dan baru aja kubayar, mana bisa aku tinggal di sini juga. Nggak akan!" ucapnya denial.

Chester yang tadinya asik menjilati tubuhnya seketika bangun, ia menggeram hebat, mendekati Ann. Tahu bahwa teriakannya memicu reaksi marah dari hewan buas itu, Ann tidak memiliki waktu untuk menyesali sikapnya.

"Kamu bikin Chester beneran marah kali ini," gumam Ben mendesah lirih, pura-pura masa bodoh.

"Aku harus gimana? Mana mungkin aku nerima kerjaan beginian! Melihara kucing aja nggak pernah, ini suruh ngerawat macan. Bercandanya jangan kelewatan dong Mas! "

"Tinggal pilih," ucap Ben mengedikkan bahunya sementara Chester terus mendekat dan menggeram pada Ann. "Balikin pinalti kontrak atau terima tawaranku tanpa banyak protes."

"Mas, please! Aku nggak takut sama apapun, tapi jangan macan kumbang juga dong," mohon Ann panik, ia remas kerah jas Ben saking bingungnya. "Big Ben!!" pekiknya spontan memeluk Ben dan menyusup ke dada bidang lelaki di depannya karena ia bisa merasakan embusan napas Chester menyibak dress mininya. "Mas, aku takut beneran lho ini, nggak bohong!"

"Dia nggak suka ditolak," jelas Ben.

"Kita bisa obrolin, tapi tolong jauhin dulu dia dari aku Mas. Mas Ben ih!" gemas Ann semakin mempererat pelukannya. Ia tenggelamkan wajahnya di dada Ben, enggan menoleh hewan buas yang mengintainya itu.

Ben reflek memeluk balik pinggang Ann dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mengusap kepala Chester. Ia biarkan Ann meminta perlindungan padanya. Di sisi lain, Ben tengah membiarkan hatinya merasa tenang untuk sebentar saja. Benar, pelukan Ann memberinya afirmasi yang asing tapi hangat.

###

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status