Share

Part 35

Aku kembali menyandarkan diri di kursi kebanggaanku. Alih-Alih memberikanku jabatan yang layak, Hana lebih memilih memberikan kursi kasir setara kursi direktur di perusahaan-perusahaan besar. Setidaknya kursi ini sama persis dengan yang dia pakai di ruangannya.

Teringat wajah kecewa Nenek, saat Ayah menolak untuk ikut pulang ke kampung bersama mereka. Pun Nenek tidak akan mempermasalahkan biaya, karena di kampung biasanya perobatan akan dibayar seikhlas hati. Tidak dipatokkan seperti biaya rumah sakit pada umumnya.

Begitu juga dengan Om Juar. Tak pernah sekalipun dia memasang tarif jika ada pasien yang baru saja ditanganinya. Bahkan pernah ada yang hanya memberi sekarung beras sebagai upah, saking tidak adanya uang untuk ucapan terima kasih.

Aku juga tak bisa memaksakan kehendaknya terhadap Ayah. Ayah hanya merasa tak ingin merepotkan dan juga meninggalkanku.

"Nantilah sesekali aku dan Sarah berkunjung ke rumah Uwak," tutur Ayah dengan lembut. Mungkin takut Nenek tersinggung karen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status