Share

Part 68

Suara mobil terdengar di dari halaman depan. Aku dan Paman saling menoleh dari tempat duduk masing-masing.

"Ada apa dengan kalian?" Ayah dan Om Dimas sudah berada di hadapan kami. "Kalian bertengkar lagi?" tuduh Ayah.

Mataku berkedip, kemudian bangkit dan menyalami Ayah juga Om Dimas. Aku seperti salah tingkah karena tuduhan Ayah.

Paman juga melakukan hal yang sama. Mempersilahkan Ayah, dan tamunya untuk segera duduk.

"Bikinkan minum," perintah Paman seraya menoleh ke arahku.

Gegas aku menuju ke dapur tanpa menyahut. Kenapa hubungan ini terasa begitu canggung. Aku tak lagi bisa bersikap layaknya keponakan nakal seperti biasanya.

Aku memanaskan air di dalam panci bertangkai membentuk seperti gayung. Lalu menuangkan ke dalam dua cangkir berisi kantongan teh dengan aroma melati. Tak lama Paman menyusul ke arahku.

Debaran di dada kian bergetar. Langkahnya semakin dekat menuju ke arahku.

"Wajah mu memerah," ucapnya sambil memandangku. Aku menepuk-nepuk pelan kedua pipiku. Biasanya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status