Share

Kuntinana Merah Bercerita

Bab 38

Kuperhatikan juga para mahluk gaib yang semakin ramai menunggu di luar salon. Mereka ramai mengobrol, tapi mulut mereka tak bergerak.

Bahkan badan mereka tak saling berhadapan, mata tak saling kontak, sebagaimana layaknya manusia saat berkomunikasi.

"Tidak ada pesta. Anak-anak gaib saya hanya kepengin dirias." Bapak tertawa cengengesan.

Tatapan si perias gaib beralih memandang dua kunti, dua Uwo dan tuyul-tuyul.

"Sok gayanya kalian, hahaha ...." Terdengar suaranya tertawa geli. Namun lagi-lagi, wajahnya tak membentuk ekspresi tertawa. Tetap kaku dan serius.

"Di rumah saja tapi ingin tampil keren, ya?" tanyanya.

Dua kunti mengikik malu-malu. Dua Uwo tertawa cengengesan dan tuyul-tuyul merajuk gembira.

"Hahaha, sabarlah! Saya siapkan dulu bahan-bahan." Tawa si pemilik salon gaib semakin meninggi. Beda dengan mimiknya yang stabil kaku.

Ia mencabut beberapa helai buluh ayam putih pemberian Bapak. Dilanjutkan dengan membunuh ayam itu, menampungkan darah ayam ke wadah khusus, lal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status