Share

Bab 5- Festival Olahraga datang~

“Saya akan bekerja keras sebaik mungkin!!”

“Hehe, mohon bantuannya ya, Yuuki..”

Setelah kemarin datang dan mengajukan diri untuk bekerja di sebuah toko buku, hari ini aku berangkat full dua shift. Toko buku ini bukan toko yang besar, tapi banyak hal yang berharga ada disini. Kalau bukan demi uang, aku beli buku-buku ini.

Barusan saja, aku berkenalan dengan karyawan yang akan kugantikan selama libur. Aku diajari berbagai hal dari sebelum toko buka sampai solusi-solusi dalam menghadapi pelanggan yang ada.

“Pekerjaan apapun itu bagian dari kehidupan. Tak akan lepas dari masalah. Jadi, siapkan mental dan percaya saja bahwa nantinya, semua masalah yang kamu hadapi akan berlalu.” Imbuhnya.

Aku terus berkeringat karena gugup, tapi untunglah aku bisa mengaturnya dengan baik. Sekuat tenaga mengontrol suara dan kalimat bicaraku dengan pelanggan.

Pintu toko terbuka, kuucapkan sapaan selamat datang namun terhenti. Karena orang itu adalah Michio, ia juga kaget saat melihatku. Biar begitu dia hanya diam mendekat dan ia letakkan tasnya di dekat tasku.

Aku terus melihatnya karena bingung, ia berkata, “Aku juga karyawan sini.”

Wah, enak sih ternyata aku kenal siapa teman kerjaku, tapi ini terlalu canggung karena bukan sekolah latarnya, hehe.

“Jadi, kamu yang gantiin kak Midori ya?”

“Iya, selama liburan aja sih.”

“Oh gitu, baguslah. Daripada banyak bingung di rumah dan waktu terbuang gitu aja kan.”

Aku setuju dengan apa yang dia ucapkan. Setelahnya dia mulai memberitahukan beberapa pelanggan yang aneh, pemarah, atau yang lainnya.

Karena terbiasa di kelas, kerja sama kami cukup kompak di tempat kerja jadinya. Waktu terus berlalu, saatnya tutup toko. Usai menutup pintu, Michio menawarkan dirinya untuk mengantarku pulang dan aku pun menyetujui hal itu.

POV AUTHOR

Tesss.. tess.. sisa es krim ditangan mungil seorang siswi menetes mengenai lengan tangannya. Pandangan matanya mengarah ke arah Yuuki dan Michio yang jalan bersama. Tak teralihkan, ia pergi setelah dua orang tadi tak terlihat lagi.

“Maaf ya sayang, mama kelupaan.”

“Gapapa ma.”

Di sisi lain, Yuuki sudah sampai di depan kosnya. Dia langsung masuk begitu Michio pamit. Saat semua orang di kos belum pulang, Yuuki melanjutkan kegiatannya ditemani musik dari ponselnya.

Karena musik ia putar secara acak, lagu sedih pun tak sengaja terputar. Yuuki diam meratapi lagu itu sambil menatap ke sebuah foto berpigura yang ia pajang di atas mejanya.

Foto itu adalah foto dimana dia tersenyum ceria ditemani Kyohei dan neneknya. Mungkin ia rindu kehadiran dua orang itu dalam hidupnya, neneknya yang telah tiada semakin menyayat hatinya. Ia sedang diterkam kenyataan.

“Ah, sudah sudah.. Bukan saatnya untuk bersedih kaya gini. Aku harus banyak menyibukkan diri.” Ungkapnya.

Hari terus berlalu, keuangan Yuuki semakin membaik dan terus stabil. Libur musim panas pun telah selesai dan semua siswa kembali berangkat sekolah.

POV AUTHOR END

Hari ini, semua anak bersemangat membicarakan festival olahraga yang akan diadakan sebentar lagi.

"Hufffhhtt~"

"Kenapa menghela nafas gitu?"

"Halah...."

"Ehhhh, kok aku malah berasa dapet keluhan 'orang ini lagi, orang ini lagi' dari kamu yaa?”

"Memang."

"Heee?!? Kejam amat~"

Aku mengabaikan keluhan Shima, kukatakan padanya kalau aku payah dalam olahraga. Dia malah terkekeh sambil berkata, “Gak masalah. Kamu pilih aja lomba yang gak begitu olahraga banget, hehe..”

Bagaimana bisa ada lomba yang 'gak begitu olahraga banget' sedangkan namanya juga Festival Olahraga. Sekarang ini, aku jadi dekat dengan Shima. Yah lebih tepatnya dia yang selalu mendekat lebih dulu sih.

Tadinya aku terganggu dengan tingkahnya itu. Ia berisik dan menyebalkan. Tapi karna setiap hari melihatnya bertingkah, aku malah jadi terbiasa.

Di satu sisi, semenjak Kyohei pacaran dengan Minami, kami sama sekali tak pernah bersama lagi. Bak orang asing yang tak pernah kenal dan tak mau mengenal.

Saat ini, seisi kelas sedang berunding membagi kelompok untuk masing-masing lomba. Karena ketua kelas begitu antusias untuk memenangkan banyak lomba, aku berterus terang kalau level olahragaku nol persen.

Aku memilih untuk malu di awal daripada harus malu disaat semua sudah terjadi. Lagian, dengan begini mereka tak akan berharap banyak padaku.

Setelah selesai, Takumi, selaku ketua kelas menyuruh anak yang piket untuk membawakan tumpukan buku tugas ke ruang guru dan kertas pembagian lomba ke ruang OSIS. Tugasku dan Michiolah kali ini karena kami piket.

Begitu kami tiba di ruang OSIS tak ada satupun orang disana. Memutuskan untuk menunggu, akhirnya datang seorang anggota OSIS senior yang ternyata senior itu dan Michio saling kenal.

"Owalah, kamu nunggu?" Tanyanya, "padahal bisa loh di taroh sini aja."

Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status