Share

#83 Segenggam Rasa Bersalah

“Masuk?”

Cantika menggeleng pelan. “Cuma mau ambil maket.”

“Sebentar.” Lelaki itu kemudian masuk tanpa menutup pintu.

Kalau bukan karena pertanyaan Hilda, Cantika mungkin baru akan mengingat tugas maketnya pada saat hari pengumpulan. Pikirannya bercabang-cabang tak menentu. Berkat banyak hal, ia semakin tidak bisa fokus pada tugas kuliah.

Maka dari itu, Cantika tidak ingin mengambil risiko dengan membiarkan atau bahkan mengulang maket yang jatuh tempo pengumpulannya kurang dari empat puluh delapan jam itu. Mau tak mau ia harus menebalkan muka dan merendahkan diri.

Jika biasanya Ben yang menghubungi lebih dulu, mengejarnya dengan gigih, kali ini pria itu sama sekali tak mengirim pesan sejak insiden dengan Viona.

Cantika tidak terkejut bila lelaki terpandang seperti Ben berubah pikiran untuk mengencaninya. Untuk wajah dan golongan sekelas Ben, tak perlu repot-repot mengejar rakyat jelata sepertinya. Hal itu hanya akan buang-buang waktu dan tenaga.

Selang dua menit, Ben kembali den
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status