Share

#90 Meggantung Harapan

“Dari kapan dia di sana?”

Olin gelagapan mendengar pertanyaan itu. “A-apa?”

“Om gue ada di tempat lo ‘kan?” tanya Cantika datar, tidak menoleh pada Olin sama sekali. “ Gue nggak sengaja lihat mobilnya di parkiran. Makanya gue nyelonong masuk.”

Mata Olin yang sedang mengemudi saat itu langsung berkaca-kaca. Dia mengusapnya dengan sebelah tangan. “Thanks. Gue nggak tau gimana jadinya kalo nggak ada lo.”

Ya. Olin berkata jujur. Baru kali ini ia merasa takut bersama seorang lelaki. Baru kali ini dia benci disentuh seperti itu. Biasanya Olin tak ambil pusing jika uang berbicara. Terlepas dari itu, dia benar-benar ingin mengakhiri semuanya. Dia ingin berubah.

“Dia ngapain lo?” Suara Cantika melunak saat menyadari Olin yang biasanya tampak kuat dan selalu bisa mengatasi banyak hal, kini kelihatan rapuh dan mudah pecah.

Olin menggeleng dengan mata tergenangnya. “Lo keburu datang.”

“Sorry.”

“Kenapa—”

“Gue minta maaf mewakili keluarga gue.”

“Nggak. Nggak sepatutnya lo yang minta maaf.”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status