Aruni terbangun dengan dibanjiri keringat dingin yang luar biasa. Tubuhnya gemetar hebat. Dia baru saja mengalami mimpi buruk tentang putrinya.Jantungnya berdegup sangat kencang bagaikan sehabis berlari maraton. Perasaan gelisah pun menyelimuti pikirannya.Masih pukul tiga dini hari. Dia ingin menghubungi putrinya tetapi sungkan, khawatir mengganggunya sebab mungkin Nuha dan suami tengah berlibur. Lalu Aruni hanya memilih mengirim pesan pada putrinya untuk berhati-hati di jalan saat berpergian, jangan pergi berjauhan dengan sang suami. Terkadang firasat seorang ibu itu tak pernah meleset.Aruni lantas pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan menghabiskan waktunya di sepertiga malam untuk bermunajat kepada sang Khaliq. Meminta pertolongan dan perlindungan untuk semua anaknya tak terkecuali.Aruni menjadi berpikir sudah saatnya putra putrinya harus belajar ilmu bela diri, dengan tujuan untuk melindungi diri mereka saat sendirian.“Salwa, apa kau bersedia ikut ekskul bela dir
Check in pesawat nyaris enam puluh menit lagi. Jika melewati waktu tersebut belum tiba di bandara sudah bisa dipastikan Darren Dash dan Mariyam Nuha akan ketinggalan penerbangan dan mereka harus mengatur jadwal keberangkatan selanjutnya.Tak apa ketinggalan penerbangan atau membatalkan sekaligus jadwal liburan. Yang terpenting ialah Nuha ditemukan. Darren tak rela jika Nuha menghilang karena insiden barusan. Kalau bisa Darren akan mengurung Nuha di rumah atau di kamar untuk dirinya lain waktu. Nuha membuat Darren ketar ketir mencarinya. Darren merasa takut jika Nuha diculik atau tersesat. Apalagi mereka tengah berada di negeri asing.Darren sudah mencari Nuha ke setiap jalan yang tadi mereka lewati. Namun Nuha belum bisa ditemukan dan dia benar-benar merasa menyesal atas apa yang terjadi barusan. Baru pertama kalinya Darren begitu mengkhawatirkan seseorang. Nuha telah berhasil mengaduk-aduk emosi dan hatinya.Kekhawatiran Darren semakin bertambah sebab dia hanya menemukan koper kecil
“Pecundang tak berguna!” pekik Daniel pada para orang suruhannya yang kebetulan warga asli Turki, yang berhasil melarikan diri. Daniel Dash bahkan sudah membayar puluhan ribu lira pada orang suruhannya itu untuk membawa Nuha.Aksi demo secara tidak langsung membatalkan aksi Daniel. Orang-orang suruhan Daniel malah tertangkap oleh para polisi yang menghalau aksi demo. Mereka dituduh sebagai koordinator demo karena kedapatan membawa senjata dan obat bius. Mereka diringkus oleh pihak berwajib. Hanya satu yang selamat dari kepungan para polisi bersenjata tetapi dirinya tidak selamat dari amukan Daniel.Daniel menghajar lelaki berjenggot yang usianya lebih tua darinya dengan membabi buta. Dia juga menghancurkan barang-barang yang berada di penginapan seperti furniture dan beberapa pajangan dari tanah liat.Aksi Daniel benar-benar payah. Dia gagal menculik Nuha. Untuk melampiaskan amarahnya, Daniel memanggil seorang wanita penghibur untuk memperbaiki suasana hatinya.Malam itu, wanita pengh
Dua puluh tahun yang laluMalam itu, seorang pemuda berperawakan tinggi dengan rambut gondrong tengah berlari di bawah rinai hujan yang begitu lebat. Dia memayungi tubuhnya dengan jaketnya. Dia berjalan dengan tergesa meski harus melawan hujan lebat demi menemui sang kekasih hatinya yang sudah lama menunggunya di halte bus dengan wajah yang ditekuk.Gadis cantik berambut panjang sepunggung itu duduk sendirian di sana sembari menekuri lantai yang dipijaknya. Sesekali dia memainkan sepatu pantofelnya, mulai merasa jenuh sebab kekasihnya tak kunjung datang menjemputnya padahal malam sudah larut dan jalanan terlihat sepi.“Arun! Arun!” seru pria berambut gondrong tersebut saat kakinya mendarat sempurna di depannya setelah mengibaskan jaketnya yang basah.“Sayang … Arun!” serunya lagi dengan suara yang lembut, berharap kekasihnya, Arunika muda menoleh padanya dan menyambutnya dengan sebuah pelukan dan kecupan hangat di pipinya. Namun hal tersebut hanyalah angan belaka.Aruni tak menggubris
Tangan Nuha begitu dingin saat memijat kepala Darren dengan terpaksa. Kening Darren terasa panas. Dia terserang demam pula.Demi rasa kemanusiaan, Nuha memijat pelan kepala Darren yang berlabuh di pahanya. Rambutnya yang agak panjang sebahu terasa halus di tangannya. Darren tertidur pulas dalam pangkuannya. Awalnya Nuha merasa sangat risi tetapi entah mungkin dorongan psikologis janin yang di dikandungnya dia dengan ikhlas memijat kepala sang suami.Untuk melakukan hal semacam itu saja butuh pergulatan batin. Nuha sadar apa yang dilakukannya keliru. Dia tahu dosa ketika dirinya belum bisa berbakti padanya dan melayaninya sebagai seorang istri. Nuha masih trauma atas apa yang terjadi padanya.Nuha masih beruntung memiliki suami seperti Darren yang penuh pengertian. Darren tak pernah menuntut Nuha untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Darren bahkan sadar diri karena awal hubungan mereka ialah ‘kesalahan’. Namun Darren meyakini hubungannya akan membaik jika ke duanya sali
Malam itu suasana terasa sunyi. Hal tersebut menjadi tanda tanya besar bagi Kania. Biasanya ke dua orang tuanya dan dirinya menikmati makan malam penuh khidmat saat malam menjelang. Namun kali ini, sang ayah enggan turun dari ruang kerjanya sehingga membuat sang ibu kesal dan ikut tak mau makan malam.Kania hanya memainkan sendok dan garpu pada kuah sayur yang hampir dingin ditemani asisten rumah tangga yang berdiri mematung tak jauh dari keberadaannya.“Bik, apa Mama dan Papa berantem?”Kania mempertanyakan hal tersebut pada ART yang seharian berada di rumah. Dia pasti tahu apa yang terjadi pada majikannya.ART tersebut hanya mengerutkan keningnya, pertanda dia tak paham dengan pertanyaan yang dilontarkan majikannya.“Bik! Apa kau tak mendengar pertanyaanku?” bentak Kania akhirnya menaruh sendok dan garpu kembali pada tempatnya sehingga membuatnya kehilangan selera makan.“Eh, Non Kania, Mama dan Papa baik-baik saja. Non Kania sendiri tahu jika Papa pulang lebih awal dan selesai ari
Di sebuah padepokan yang terletak jauh dari perkotaan suara riuh teriakkan penuh semangat mengudara. Kendati terik matahari membuat kening berjengit tetapi semangat sekumpulan anak remaja yang tengah berlatih Pencak Silat justru semakin sengit.Seorang gadis dalam balutan pangsi hitam dengan terusan berwarna senada adalah salah satu murid baru yang sangat antusias mengikuti latihan bela diri tradisional dan mengutamakan spiritualitas tersebut. Dengan gigih dia berlatih bagaimana caranya memasang kuda-kuda dengan benar. Di antara salah satu teknik dasar dalam mempelajari Pencak Silat ialah teknik kuda-kuda. Teknik ini digunakan untuk menjaga keseimbangan tubuh dalam menyerang dan bertahan.“Bagus Salwa! Kau cepat belajar!” seru seorang pelatih seraya menepuk pundak Salwa.Salwa dan Rasyid sama-sama mengikuti latihan bela diri Pencak Silat secara terpisah. Salwa diajari oleh pelatih wanita sedangkan Rasyid diajari oleh pelatih pria.Setelah selesai berlatih mereka bertemu kembali di se
Di depan sebuah lobi hotel bintang lima bernama Sophia Hotel seorang pemuda berambut pirang lurus menghampiri seorang resepsionis. Dia menanyakan apakah masih ada kamar kosong yang tersedia di sana. Jika masih ada maka dirinya akan melakukan reservasi. Namun rupanya keberuntungan tak berpihak padanya, seluruh kamar hotel tersebut telah full-booked oleh karena itu pemuda tersebut tak bisa menginap di sana. Ditemani dua orang pengawalnya dia pun beranjak dari hotel tersebut pergi ke hotel lain yang terletak tak jauh dari sana, hanya berjarak kurang lebih dua kilometer. Pemuda berambut pirang tersebut berhasil check in hotel dan menginap di sana. “Tuan Daniel, apa Tuan mau makan malam di resto apa di kamar?” tanya seorang pengawal menawarinya makan malam. “Tidak usah! Aku tak mau makan. Aku belum lapar.” “Baiklah, Tuan. Saya pamit undur diri,” pungkasnya. “Tunggu! Kau bawa motor?” “Bawa Tuan,” “Aku pinjam motormu,” “Um, baiklah Tuan,” Dengan menunggangi kuda besi milik pengaw