Assalamu’alaikum Fellas, Segitu dulu ya … Pie jadi mellow nulis bab ini. Inget almarhum Akak. Makasih sudah support novel ini hingga ratusan bab. Masyallah. Mudah”an kalian gak bosen bacanya … Love you ...
Prosedur pemulangan jenazah dari rumah sakit sudah selesai termasuk surat pernyataan kematian. Selanjutnya, jenazah diboyong ke kediaman utama Naufal untuk disholatkan oleh keluarga besar. Para pelayat pun mulai berdatangan dimulai sanak famili, tetangga, teman hingga kolega. Mereka ikut mengantarkan kepergian Sahila dengan doa yang terus melangit. Tanpa mengambil tempo, jenazah langsung diboyong ke TPU mewah untuk dimakamkan. Siang itu proses pemakaman Sahila telah usai. Satu per satu pelayat pun undur diri.Aruni mendampingi Naufal pergi kembali ke rumah sakit. Sementara itu Kania didampingi suaminya pulang ke rumahnya.Usai pemakaman berlangsung. Naufal masih harus dirawat di rumah sakit untuk menjalani pengobatan dan terapi. Dengan sabar Aruni menemaninya dan melayaninya seperti sebelumnya ia melayani Kania yang tengah sakit tanpa banyak bicara.Ia bahkan meminta ijin pada Rasyid untuk menemani Naufal selama pengobatan. Rasyid sama sekali tidak keberatan. Ia tinggal bersama Alwi
“Ayo menikah Mister? Yuk kita nikah! Kita pergi jauh …” racau Salwa yang mengalami demam tinggi.“Ish, apa yang kau katakan Sally? Tentu Mas mau lah, sekarang juga mau kalau Ummi setuju. Tinggal telepon penghulu,”Daniel menyahut sembari mengusap punggung gadis itu yang terasa panas.Ia pun mengambil termometer untuk memeriksa suhu tubuhnya. Rupanya suhu tubuhnya mencapai 39° C.“Sayang, kita ke rumah sakit. Panas banget,” imbuh Daniel mengelus pipi gadis itu dengan lembut.Bagaimana lagi, gadis itu mendekatinya hingga ia merasa tak sanggup sekedar membelainya. Jika berada di dekatnya, ia tak bisa benar-benar menahan diri.Daniel pun berinisiatif, mengganti pakaian gadis itu dengan piyama miliknya. Masalahnya bajunya basah karena keringat dan kotor bekas tanah. Ia menyuruh ART wanita melakukannya, tentu saja, ia memakaikan jilbab lagi padanya.“Daniel, Dokter tidak jadi datang. Apa kita bawa ke rumah sakit? Tapi di luar hujan besar. Ada angin topan. Menyeramkan sekali!”Kinan yang mer
“Kania, bangun!” Ustaz Baihaqi membelai lembut pipi istrinya. Sayup-sayup suara azan subuh sudah terdengar. Kania tertidur pulas karena semalaman ia tidak tidur. Ia diam sepanjang hari di kamar ibunya. Bahkan ia mengabaikan suaminya karena saking masih merasa syok akan kepergian ibunya.Beruntung Ustaz Baihaqi yang paham agama dengan sabar terus berada di sisinya, mendampinginya. Ia pun menasehatinya agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan apalagi sampai meraung-raung.Kania mendengar nasehat Ustaz Baihaqi. Ia terlihat lebih tenang dan memilih diam di kamar ibunya. Ia bahkan tertidur sembari memeluk foto ibunya. Pemandangan yang teramat menyayat hati.“Kania!” panggil Ustaz Baihaqi lembut untuk kedua kalinya. Pria dewasa itu bahkan sudah tampil prima dengan setelan kurta dan harum aroma parfum menguar dari tubuhnya. Ia akan menunaikan sholat subuh di masjid terdekat. Ia selalu tampil menawan saat akan beribadah.Menghidu aroma yang wangi dari jarak dekat, Kania terbangun dan me
Seminggu berlalu setelah kepergian Sahila. Aruni memilih menetap di rumahnya di kaki pegunungan. Ia beralasan ada banyak hal yang harus ia urus di sana yaitu pekerjaan dan Rasyid.Selain itu Aruni masih belum bisa menjalani pernikahan itu. Hatinya merasa mencelos saat ia diminta Kania untuk tinggal di kediaman Naufal dan tidur di kamarnya. Kenangan tentang Sahila begitu saja muncul hingga membuat Aruni ternyata belum siap menerima itu semua.Beruntung, Naufal memakluminya dan ia tak memaksakan kehendaknya. Apalagi melihat respon putrinya, Salwa yang terlihat marah. Kali ini Salwa tidak menampakan kemarahannya itu, namun ia memilih mendiamkan ibu dan kakaknya. Salwa marah pada keadaan lalu melampiaskannya pada Aruni dan Nuha. Ia kecewa ibunya menikah lagi. Itu masalahnya.Aruni berusaha menormalkan suasana saat membesuknya di messan. Namun gadis itu memilih menjadi gadis pendiam. Tak lagi periang saat bertemu dengannya.Tak menyerah, Aruni meminta Nuha dan anak-anaknya agar bisa meng
“Papa, apa maksudnya ini?” Kania mencecar ayahnya dengan pertanyaan bernada kesal. Bagaimana tidak kesal, Naufal mengatakan padanya bahwa ia akan mengikuti pengobatan di Singapura namun ternyata ia memergoki ayahnya pergi ke apartemen miliknya. Diam-diam, Kania mengikuti sang ayah karena merasa khawatir. Naufal akan pergi ke bandara tetapi hanya diantar oleh asistennya dan Ziddan sepupunya. “Maaf, Sayang, Papa tidak bermaksud apa-apa.” Naufal berusaha mengendalikan dirinya. Ia menjawab dengan tenang. “Papa, kenapa membohongi Ummi? Papa jangan begitu! Mau tak mau Ummi Aruni sekarang istri Papa. Tanggung jawab Papa! Aku tak mau tahu! Papa sekarang pulang lalu jemput Ummi!” Kania menasehati sang ayah. Ia mengira jika ayahnya menolak pernikahan dengan memilih menyendiri tinggal di apartemennya. “Kania, please! Papa butuh waktu, Nak,” jawab Naufal dengan perasaan sesak. Ia bingung mau menjelaskan apa. Biarlah ia simpan sendiri alasan mengapa ia tinggal di sana sementara waktu. “
“Kemana Ibu?” tanya Darren Dash pada Farah yang tengah asik mendandani Mutia. Kini gadis cantik bermata hazel itu sedang menjadikan Mutia muse untuk perlengkapan make up yang baru dibelinya. Satu set alat make up khusus untuk anak-anak.Mutia hanya pasrah ketika pipinya ditepuk-tepuk dengan dengan compact powder dan ditampar blush on. Beberapa kali ia bersin karena tak sanggup lagi dengan aroma aneka kosmetik yang diaplikasikan pada wajah ayunya.Darren Dash mengangkat sebelah alisnya. Mencoba berpikir tentang apa yang Farah lakukan. Sebelumnya anak gadisnya itu senang menjahit sampai pakaian ibunya menjadi korban karena digunting-gunting menjadi kain perca. Sebelumnya lagi ia tertarik memasak. Ia seringkali membuat kekacauan di dapur. Sekarang ia senang berdandan. Segala hal baru ia coba, tak beda jauh dengan tingkah Asyraf dan Farrel.Melirik Mutia, Darren menahan tawa melihat betapa sabarnya ART yang satu itu dalam menghadapi putrinya.“Ibu di kamar Ayah.”Farah menaruh kuas yang t
“Maaf, tadi Rasyid mengatakan jika kau sedang berada di gudang. Aku tidak mengira kau sedang berolahraga. Aku kira kau sedang beres-beres gudang.”Naufal mengemukakan permintaan maafnya karena langsung melesak masuk tanpa Aruni sadari.“Tidak apa-apa.”Aruni berusaha untuk tetap tenang kendati ia sempat terbatuk karena saking terkejut melihat kedatangan Naufal ke sana.Bukan salah Naufal, Rasyid yang sengaja menunjukan di mana dirinya berada.Aruni bicara bahkan tanpa menatapnya. Ia meraih handuk untuk menutupi rambutnya. Ia masih merasa jika Naufal ialah orang asing yang tiba-tiba datang masuk ke dalam hidupnya.Melihat reaksi Aruni itulah yang membuat Naufal merasa tak sanggup mendatanginya. Ia merasa jika Aruni terpaksa melanjutkan pernikahan mereka. Apakah Aruni masih membencinya?Harapan Naufal ialah ada setitik rasa di hati Aruni untuknya. Tak apa, ia akan menunggu sampai Aruni siap.“Kau mandi dulu. Aku akan menunggu di ruang tamu. Nanti kita bicara.”Naufal meninggalkan Aruni
Malam itu menjadi saksi ke dua insan yang tengah mengungkapkan perasaan masing-masing. Baik Aruni maupun Naufal saling mendengarkan kisah masing-masing. Mereka larut dalam kisah cinta mereka yang belum usai.Aruni cukup syok mendengar cerita Naufal. Bagaimana ia berusaha memperjuangkan cintanya. Bahkan ketika Hilal mengatakan padanya jika Aruni sudah pindah, ia terus mencarinya. Hanya saja, sang pencipta tengah membuat alur takdir. Mereka harus terpisah lalu kembali bersatu dengan caraNya.Aruni percaya semua kata-kata Naufal. Ia tidak berdusta. Ia berkata sejujur-jujurnya. Ia pun masih ingat ketika akan melahirkan Mariyam Nuha, kondisi finansial suaminya yang seorang ustaz buruk. Seorang ustaz kampung tidak memiliki pendapatan yang tetap. Mereka hidup susah.Namun tiba-tiba saja Hilal membawa sejumlah uang dalam nominal cukup besar malam itu. Aruni tidak mempertanyakan soal berasal dari mana uang itu ia mengira jika Hilal meminjam uang. Ia hanya bersyukur uang itu cukup untuk biaya b