Share

Part 3 | Putri Keluarga Grant

“Baiklah, aku setuju membatalkan pernikahan gila ini. Asal kamu tahu, kisah cinta kita tidak pernah berakhir karena tidak pernah ada permulaan. Lagian, aku dan kamu hanya dijodohkan, bukannya saling cinta. Urusan nenek, itu urusanmu. Apa pun alasan yang akan kamu berikan pada keluarga kita, aku sama sekali tidak peduli. Selamat tinggal. Aku berharap kita tidak akan berurusan lagi baik di dunia maupun di akhirat,” putus Olivia, tegas dan tidak berbelit-belit.

Dengan cepat aktris kelas A itu bangun lalu meninggalkan Lucas yang masih duduk termangu seperti orang kehilangan akal.

“Sial, bukan ini yang aku harapkan,” gumam Lucas, lemah. Dengan jiwa yang dibelenggu rasa putus asa, dia memejamkan mata lalu membuang napas berat.

***

Olivia melangkah separuh berlari menuju ke area parkir sambil menahan tangis.

‘Tidak, Via. Jangan menangis. Di sini bukan tempatnya,’ bujuknya pada diri sendiri. Kacamata hitam segera dipakai demi melindungi netra yang mendadak sensitif dengan cahaya mentari.

“Kak Olivia, sebentar.” Anna berteriak memanggil Olivia sementara Lily pantas berlari menuju mobil sang aktris.

“Kamu… Kalian siapa?” tanya Olivia bingung saat Lily merentangkan kedua belah tangan ke kanan dan ke kiri di depan pintu mobil, menghalanginya dari masuk.

“Kami penggemar Kak Olivia. Dan… bisa kami… dapatkan autograf kakak?” Terbata-bata Anna mengutarakan permintaan sementara Lily menatap muka Olivia penuh harap.

‘Tahan emosi sedihmu, Via. Penggemarmu tidak boleh tahu akan kesakitanmu. Tersenyumlah meskipun sulit.’ Olivia langsung tertawa kecil menanggapi permintaan dua gadis tersebut meskipun otak dan hatinya masih galau.

“Kupikir ada apa kalian memanggilku. Ternyata ingin mendapatkan tanda tangan. Oleh karena kalian adalah gadis yang cantik dan baik, akan aku berikan autograf paling bagus buat kalian. Sebentar.” Olivia masuk ke dalam mobil lalu mengambil sebuah map di tempat duduk penumpang. 

“Ini untuk kalian.” Olivia lantas mengulurkan sebuah map besar kepada Anna. “Di dalam ini, ada puluhan autograf istimewa yang aku sediakan khusus untuk acara bertemu penggemar pada akhir tahun. Tapi sepertinya acara itu terpaksa aku batalkan karena urusan pribadi. Jadi, ini buat kalian saja.” Sempat Olivia mengedipkan matanya sebelum memeluk kedua gadis muda itu.

“Terima kasih…” Mata Anna dan Lily tampak berkaca-kaca menahan rasa senang bercampur rasa tak percaya di dada. Bagaimana, tidak? Hal yang paling sukar untuk didapatkan di kota Dashville bukanlah sekarung uang tetapi autograf eksklusif dari para aktor dan aktris papan atas.

Ketika mobil Olivia meluncur perlahan meninggalkan area parkir, barulah Lily dan Anna bisa membuka mulut mereka lebar-lebar.

“Kak Olivia… Kakak benar-benar keren!” 

“Aku mencintaimu, kak!” Lily berteriak kencang.

“Selamat atas pernikahan kakak dengan Kak Lucas!” Anna menjerit senang.

Di dalam mobil, Olivia sempat mendengar jeritan Anna. Bibirnya membentuk senyum sedih. “Selamat atas pernikahanku? Bullshit. Andai saja kalian tahu, tidak ada pernikahan. Yang ada mungkin cuma pemakamanku,” gumam Olivia seraya 

menginjak pedal gas.

***

Di depan pintu masuk bandara. 

Seorang wanita berwajah bujur sirih turun dari sebuah mobil mewah sambil menelepon.

“Pa, aku baru saja tiba di bandara bersama Sekretaris White. Papa tahu ‘kan, hari ini Adam pulang. Sungguh, aku tidak sabar bertemunya. Pa, kalau aku berhasil membujuk Adam untuk mensponsori anak-anak yatim di panti asuhan keluarga kita, apa yang akan aku dapatkan dari Papa?”

Senyum riang terukir indah di wajah wanita itu saat mendengar ayahnya akan memberikan 10% saham di perusahaan keluarga Grant.

“Serius, 10%? Papa tidak berbohong padaku, kan?”

Mata Sekretaris White membulat. ‘Gila! Bersenjatakan bujuk rayu saja, Nona Emily Grant bisa mendapatkan saham sebanyak itu,’ batin wanita yang sudah bekerja dengan keluarga Grant selama 10 tahun.

Emily menutup panggilan telepon dengan suara ceria seperti anak kecil yang berpamitan pada sang ayah. Namun, sebaik saja dia menyimpan ponsel di dalam tas tangan bermerek eksklusif, mukanya berubah garang.

“Sekretaris White,  orang tua itu benar-benar menyebalkan! Setelah aku bersusah payah memikat hati pria kutub selatan itu, bayaran yang aku terima cuma 10% saham Grant Group. Sedangkan sebelum ini papa rela menyerahkan 20% saham perusahaan minyak milik keluarga Grant kepada kakak pertama. Argh, dasar orang tua pilih kasih! Lihat saja, akan aku buang papa ke panti jompo saat dia sudah tua kelak,” omel Emily sambil berkacak pinggang, sama sekali tidak malu marah-marah di depan khalayak. 

“Nona Emily, nona harus sabar. Sebentar lagi, nona akan bertunangan dengan Tuan Adam Knight, penguasa tiga perusahaan terkemuka di dunia. Aku yakin nasib nona akan berubah drastis. Jika sekarang nona menjadi babu buruk di keluarga Grant, saya yakin nona akan menjadi ratu di singgasana keluarga Knight. Saat itu terjadi, semua anggota keluarga Grant akan menghormati nona,” bujuk Sekretaris White, pura-pura peduli sedangkan dia muak sekali dengan sikap biadap Emily terhadap orang tua. 

Namun, sekretaris malang itu tidak bisa berbuat banyak karena sedari kecil, sikap kurang ajar telah sebati dalam kehidupan Emily Grant. Mana-mana karyawan yang menyinggung perasaan Nona Emily, pasti ditimpa malang. 

Emily menghela napas panjang. “Adam Abraham Knight… Sejujurnya pria itu memiliki wajah yang sangat tampan  tapi sayangnya dia terlalu dingin dan sentiasa serius sepanjang waktu. Karyawannya juga bilang padaku, Adam bahkan tidak pernah ikut serta acara makan malam perusahaan. Dia juga tidak ada humornya. Membosankan.” Wajah Emily yang awalnya suram tiba-tiba bercahaya. “Tidak seperti Aaron-ku. Dia ramah, pandai berjenaka bahkan saat dia tersenyum, aku seperti terhipnotis. Dia sangat menggemaskan!” Saking senangnya, Emily mengentakkan kakinya berkali-kali.

“Ssstt! Perlahankan suaramu, nona. Kita sekarang di tempat umum. Jangan sampai ada yang tahu kalau nona menyimpan perasaan khusus buat Tuan Aaron Xavier Knight. Kalau hal itu terjadi, segala rencana keluarga nona bisa hancur,” nasihat Sekretaris White, tampak khawatir. 

“Tenang, Sekretaris White. Lagian tidak ada yang tahu akan rencana keluarga Grant mendekati keluarga Knight demi mendapatkan dana ratusan juta dollar untuk menjamin kelangsungan yayasan dan gereja kami.”

“Ya, hidup nona pasti beruntung jika menikahi pria familyman dan royal soal uang seperti Tuan Muda Knight,” sahut Sekretaris White, pelan namun bisa didengari oleh Emily.

“Hmm, entahlah. Aku masih kurang percaya padanya. Menurutku, pria yang penuh ambisi seperti Adam Knight cenderung menjadi pria mengerikan seperti vampir yang hauskan darah. Aku tidak bisa menerka apa yang sedang dia pikirkan dan apa yang akan dia lakukan. Pria itu terlalu misterius.”

“Dan… biarpun satu dunia tahu tentang perasaanku terhadap Aaron, mereka tidak bisa menggagalkan rencana pernikahanku bersama Adam. Ayolah, aku bisa menjalin hubungan istimewa dengan Aaron meskipun aku telah menikahi Adam. Dan kala itu terjadi, akulah wanita paling bahagia di dunia. Punya suami sultan dan juga pria simpanan yang menggemaskan,” tambah Emily, sangat percaya diri.

Sekretaris White mendadak mengepal tinju karena terlalu geram.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status