"Bartender itu melirik ruang privat di sana tadi. Saat pramusaji mendekati ruang privat, mereka terlihat panik dan gugup. Kemungkinan besar, Rhea memang di dalam sana," jelas Darwin sambil membawa Paula ke area ruang privat.Jantung Paula masih berdetak kencang. Menurut analisis Darwin, Rhea kemungkinan besar berada dalam bahaya.Tepat ketika Darwin hendak mendorong pintu ruang privat pertama, tiba-tiba terdengar suara perkelahian dari ruang privat paling dalam. Saat berikutnya, terlihat Charlie yang bersimbah darah menggendong Rhea yang tidak sadarkan diri sambil berlari ke luar.Sebelum sempat berlari jauh, seseorang sontak memukul kaki Charlie. Pria itu terjatuh, tetapi tidak lupa melindungi Rhea di pelukannya."Rhea!" Paula bergegas berlari menghampiri. Kemudian, dia langsung melepaskan jaketnya untuk menutupi pakaian Rhea yang robek."Eh, datang lagi wanita cantik." Para preman yang mengejar bergegas keluar. Mereka mengepung Charlie, Darwin, Paula, dan Rhea sambil melontarkan kata
Terdengar suara tembakan dari lantai atas. Begitu mendengarnya, Rhea yang masih linglung pun menjadi tersadar sepenuhnya. Dia menggandeng Charlie dan Paula, lalu menarik mereka ke ruang bawah tanah.Orang lainnya berlari ke pintu keluar sehingga jalan ke ruang bawah tanah tidak terlalu padat. Akan tetapi, suara tembakan makin banyak dan makin dekat. Paula bahkan melihat seorang gadis terkena peluru nyasar dan tergeletak di lantai.Paula merasa makin gelisah. Dalang di balik semua ini benar-benar mengerikan. Mereka berkali-kali mencoba membunuh Darwin.Serangan kejam ini tidak seperti untuk merebut pasar, melainkan seperti ada dendam kesumat. Bisa dibilang, musuh cerdas yang berkuasa dan mengintai di tengah kegelapan sangatlah menakutkan."Cepat, masuk ke ruang bawah tanah. Kita bisa masuk dari asrama grup musik," ujar Rhea sambil menarik Paula untuk masuk. Namun, Paula terus menatap Darwin yang berdiri di depan pintu dan bergeming. Paula tahu apa yang ingin dilakukan Darwin."Paman, ce
Rhea seperti telah memahami semuanya. Dia tidak meminta untuk kembali dan menolong Darwin lagi, melainkan hanya memandang ke arah bar sambil meneteskan air mata. Semua ini salahnya. Darwin terjebak karena dirinya. Rhea bisa menilai bahwa ini bukan suatu kebetulan, melainkan rencana yang telah disusun dengan rinci sejak awal."Kamu sudah tahu ini sejak awal, 'kan? Kamu, Paman Darwin, dan Kakek Buyut tahu semuanya, jadi mereka mengirimku ke tempatmu?" tanya Rhea kepada Charlie.Charlie mengangguk dan membalas, "Kak Darwin yang menyadarinya. Begitu pulang dari luar negeri, seseorang sudah memberinya obat. Kami menemukan beberapa petunjuk dari kejadian itu. Tapi, musuh terlalu berwaspada sehingga kami hanya mengetahui identitas orang-orang nggak penting. Makanya, Kak Darwin mengambil tindakan untuk memaksa musuh menunjukkan diri."Paula terkejut mendengarnya. Jadi, dulu Darwin memintanya untuk tinggal di rumah lama Keluarga Sasongko demi melindunginya?"Gimana dengan Kakek Buyut? Apa dia b
"Yoan?" panggil Darwin dengan terkejut."Buset, untung aku nggak mati." Yoan tertawa terbahak-bahak.Darwin segera melepaskan ikatannya sambil berkata, "Jangan tertawa lagi, kamu kehilangan banyak darah.""Kak, kukira aku bakal mati hari ini. Kamu penyelamatku. Aku cinta mati padamu!" Yoan mencoba untuk berdiri, tetapi langsung terjatuh ke tubuh Darwin karena lemas.Sejak kecil, mereka berdua adalah tetangga. Mereka selalu makan bersama, pipis bersama, bahkan menghancurkan taman bersama. Setelah SMP, Yoan mewarisi aset keluarganya dan mendaftar di sekolah militer.Sementara itu, Darwin melanjutkan studi di sekolah bisnis luar negeri sesuai permintaan kakeknya. Keduanya pun tidak pernah berkontak lagi. Tanpa disangka, mereka malah bertemu dengan cara seperti ini."Kamu bukan penjahat, 'kan?" tanya Darwin sambil meliriknya sekilas dengan tidak acuh."Tentu saja bukan. Ayo, aku akan membawamu bersenang-senang!" sahut Yoan sambil mengobati lukanya secara sederhana. Kemudian, dia membawa Da
Ketika Paula dan Rhea tiba di rumah lama Keluarga Sasongko, mereka melihat banyak reporter menunggu di luar. Charlie menyuruh sopir menghentikan mobil di tempat tersembunyi yang cukup jauh dari rumah lama. Kemudian, dia berkata kepada Paula dengan wajah pucat pasi, "Aku sudah mengatur mobil lain untukmu. Kamu menjauh dulu."Paula masih sibuk menenangkan Rhea. Begitu mendengarnya, dia termangu sesaat. Dia baru sadar bahwa Keluarga Sasongko akan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan rahasia perusahaan. Memang kurang pantas baginya untuk mendengar."Charlie, apa maksudmu? Paula sahabatku. Aku percaya padanya!" pekik Rhea. Dia dan Paula sama-sama mengira Charlie ingin mengusir orang luar.Charlie memijat keningnya sambil menjelaskan dengan tidak berdaya, "Keluarga Sasongko sedang berada dalam bahaya. Paula nggak perlu melibatkan diri dalam masalah ini. Lagian, kalau terjadi sesuatu pada Paula, kamu yang akan panik."Dalam situasi seperti ini, mereka tidak boleh membiarkan musuh menge
"Untung semua cuma luka luar. Dia pingsan karena kehilangan banyak darah." Dokter itu adalah kenalan lama Terry. Ketika melihat Rhea menangis, dia buru-buru menenangkannya.Rhea menghela napas lega. Dia tidak melihat dokter itu mengobati Charlie lagi, melainkan berbalik untuk keluar. Dia bertanya, "Di mana Kakek Buyut?""Tuan Terry tidur setelah makan obat," jawab kepala pelayan sambil menuntun jalan untuk Rhea. Setelah melihat Terry tidur dengan tenang, dia baru merasa lega. Kemudian, Rhea pergi ke ruang bawah tanah untuk menginterogasi para pengkhianat itu.Ketika Rhea melihat metode yang digunakan pengawal Darwin untuk pertama kalinya, Paula sudah tiba di apartemennya. Para reporter yang berkumpul di tempat ini seharusnya sudah pergi ke rumah lama Keluarga Sasongko karena tidak ada siapa pun lagi.Paula teringat pada Darwin yang menyuruhnya untuk menunggu. Sesudah itu, dia turun ke lantai bawah untuk membeli berbagai macam obat untuk luka luar.Paula tahu Keluarga Sasongko memiliki
Hati Darwin sontak luluh. Dia termangu dan tidak menolak, lalu mengikuti Paula masuk ke kamar yang wangi itu."Duduklah." Paula menyuruhnya duduk di pinggir ranjang. Darwin mengernyit sesaat melihat seprai berwarna merah muda, lalu berkata, "Berikan saja obatnya kepadaku.""Lepaskan celanamu dulu," ujar Paula yang merasa cemas. Kalau Darwin takut seprainya kotor, dia hanya perlu melepaskan celananya. Lagi pula, bagaimana cara mengobati luka di kaki kalau pria itu masih memakai celana?Terdengar tawa di belakang. Paula yang sedang menyiapkan obat pun bertemu pandang dengan tatapan nakal Darwin. Seketika, wajahnya memerah. Dia menegur, "Jangan pikir macam-macam. Aku cuma membantumu mengoleskan obat. Bukannya pria dan wanita sama saja di mata dokter?""Itu cuma berlaku untuk wanita lain," gumam Darwin sambil berjalan ke kursi di balkon. Paula yang wajahnya memerah tidak bisa mendengar dengan jelas sehingga mengira dirinya berhalusinasi."Kamu mau membantuku mengoleskan obat, 'kan?" Darwin
Paula malu hingga terduduk di lantai. Sandal yang dipakainya sampai terlepas satu. Darwin pun terkekeh-kekeh melihatnya. Dia memungut sandal itu, lalu membantu Paula memakainya."Tidur lebih awal malam ini," ujar Darwin sambil mengelus kepala Paula. Kemudian, dia bangkit dan pergi."Lukamu ...," ucap Paula yang tersadar kembali. Darwin melambaikan tangannya sambil membalas, "Kalau kamu yang mengobatiku, mungkin lukaku nggak akan pernah sembuh."Darwin pun keluar dan menutup pintu kamar Paula. Paula memegang wajahnya, menenangkan diri untuk sesaat. Kemudian, dia pergi ke dapur untuk memasak mie kuah. Setelah matang, dia mengetuk pintu kamar Darwin dengan gugup.Pintu terbuka dengan cepat. Terlihat Darwin yang mengenakan handuk di pinggangnya dan tercium aroma sabun. Pria ini seharusnya baru selesai mandi."Kamu mandi?" tanya Paula sambil memelotot. Itu artinya, obat yang dioleskannya tadi sia-sia?Darwin menyahut tanpa merasa bersalah sedikit pun, "Ya, kamu harus membantuku mengoleskan