Share

Bab 18

Di dalam taksi, mata Paula tampak merah dan berkaca-kaca. Meskipun terlihat sedih, tatapannya yang tertuju pada luar jendela justru dipenuhi keteguhan. Dia berusaha menahan air matanya agar tidak menetes.

Sopir pun melirik sekilas kaca spion tengah. Kemudian, dia diam-diam menyalakan kamera yang menghadap ke arah Paula.

Di lantai atas Gedung Imperial, para bos besar industri farmasi dari seluruh dunia tengah berkumpul. Mereka menatap pintu ruang rapat dengan penuh penantian, berharap bisa mendapatkan hak agen atas obat yang baru dikembangkan.

Darwin akhirnya tiba dengan membawa timnya. Beberapa orang asing yang terkenal di dunia dan terobsesi dengan pengobatan pun berdiri dengan semangat sambil menatap Darwin.

Namun, Willy tiba-tiba memberi isyarat tangan sehingga Darwin tidak jadi melangkah masuk. Pria ini berbalik dan pergi. Melihat ini, para bos sontak merasa panik dan mulai bergosip, "Apa yang terjadi? Kenapa mereka tiba-tiba pergi?"

Willy melambaikan tangannya dan menjelaskan, "Aku ada urusan pribadi dengan Pak Darwin, tolong tunggu sebentar."

Dulu, Darwin selalu mengatakan bahwa ilmu medis adalah hidupnya. Dia selalu melakukan penelitian dan pengembangan sepanjang hari. Namun, sekarang akhirnya muncul seseorang yang jauh lebih penting dari apa pun.

Darwin berjalan ke depan jendela, memandang pusat komersial paling ramai di seluruh ibu kota. Dia menerima panggilan dari asistennya. "Halo, Pak, Bu Paula bertemu sepasang suami istri tadi. Mereka datang dari desa. Bu Paula sudah melakukan tes DNA dan hasilnya memang cocok."

"Yang melakukan pemeriksaan untuk mereka adalah dokter rumah sakit Keluarga Antoro. Kami baru pulang dari luar negeri, jadi belum bisa memastikan hasil ini benar atau nggak."

Kemudian, Darwin menerima 3 dokumen di ponselnya. Semua itu adalah informasi tentang Yuni dan keluarganya. Setelah mengamati dengan saksama, dia tidak menemukan kemiripan apa pun dengan Paula.

"Awasi mereka, jangan sampai mereka mendekati Paula lagi," perintah Darwin. Dia juga baru pulang dari luar negeri. Dia benar-benar sibuk dengan urusan internal tim medisnya dan Grup Sasongko. Itu sebabnya, dia tidak sempat memedulikan Paula.

Namun, karena sudah mengatakan ingin menikahi Paula, Darwin tidak mungkin mengabaikannya. Dengan kata lain, masalah Paula juga adalah masalahnya.

Darwin berharap bisa membantu Paula mengatasi semua masalahnya secepat mungkin agar wanita ini bisa beristirahat dengan tenang. Jika Yuni dan Kamil memang orang tua kandung Paula, Darwin tidak akan melakukan apa pun terhadap mereka. Namun, dia pasti akan melindungi Paula dan anak mereka sebisa mungkin.

"Ya, aku sudah mengatur sopir untuk diam-diam mengantar Bu Paula pulang," sahut asisten itu.

Begitu mendengarnya, Darwin membuka rekaman CCTV itu. Terlihat wajah mungil Paula yang pucat pasi. Meskipun tidak melihatnya secara langsung, Darwin bisa merasakan kepedihan dan ketidakberdayaan wanita ini. Jelas sekali, Yuni sekeluarga memperlakukannya dengan buruk.

Jika Paula merasa tidak tega, Darwin bisa saja membantunya untuk menyelesaikan semua ini. Kalau situasi terus seperti ini, takutnya akan berdampak buruk bagi janinnya.

Tiba-tiba, dering ponsel yang keras menyadarkan Darwin dan Paula yang larut dalam lamunan. Richie menelepon Paula. Suasana hatinya sedang buruk karena kakinya patah. Dia berteriak, "Paula, kamu tahu akibat dari berkhianat?"

"Kalau kamu berlutut dan memohon, aku masih bisa menjadikanmu wanita simpananku. Layani aku dengan baik, maka aku akan melepaskanmu. Kalau nggak, aku akan membuatmu keguguran!"
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cornelius Manik
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status