Share

delapan puluh

Lorong rumah sakit itu terlihat ramai dangan lalu lalang orang. Berbagai ekspresi nampak dari raut wajah-wajah itu. Ada yang terlihat lelah, kesakitan dan sedih, hanya anak-anak kecil yang bisa tertawa lepas di sepanjang lorong tempat Vina dan keluarganya duduk di sebuah bangku panjang dari besi. Semua terlihat tegang, sementara Miranti masih menangis tersedu sejak dari rumah.

"Apa yang terjadi?" tanya Iyan yang baru saja sampai, napasnya ngos-ngosan karena terlalu tergesa-gesa.

"Kinan ... dia mencoba bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangannya," sahut Vina. Gadis itu menatap lekat pada abangnya.

"Ini semua gara-gara kamu, Yan! Andai kamu tidak mengingkari janji, pasti semua ini tak kan terjadi!" Dengan emosional Miranti mencecar lelaki bermata elang itu.

Handoko memegang tangan istrinya ketika wanita itu hendak membalas ucapan Miranti, lelaki itu mengisyaratkan agar wanita yang sangat dicintainya itu diam sama seperti yang dilakukan putranya, lelaki jangkung itu tak membela dir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status