Share

delapan puluh tiga

"Sumi, apa semua baik-baik saja? Rumahku?" tanya Santi tiba-tiba. "Rumah itu masih menjadi milikku kan?" imbuhnya sambil melangkah mendekati adiknya.

"Rumahnya sudah dijual, Mbak," sahut Sumi takut-takut. Saat ini Santi terlihat seperti seorang monster, sorot matanya tajam dengan bekas luka dan tubuhnya, benar-benar menakutkan.

"Bagaimanapun mungkin kamu bisa melakukannya? Kamu tidak berhak melakukan itu Sumi!" bentaknya.

"Mbak, semua itu kulakukan demi kamu! Kamu terluka parah dan butuh biaya untuk semua ini! Lalu ...." Sumi mendekati kakaknya. "Kakak ingat dengan orang-orang yang selalu datang untuk menagih hutang bapak? Mereka meminta untuk segera dibayar, Kak. Kalau tidak, rumah akan beralih menjadi milik mereka. Lalu, hutang kakak di kafe itu, dari mana aku punya uang untuk membayarnya kalau tidak menjual rumah, Kak?!" Sumi ikut emosi melihat kemarahan kakaknya, perhatiannya selama ini ternyata tidak berarti sama sekali bagi Santi. "Untung Om Haris mau membantu mencarikan pembel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status