Share

Part. 15

Suatu pagi di kebun milik Pak Haji ....

"Mak, kalau nanti tiba-tiba ada yang lamar Milah terima aja, yah! Mau itu duda perkasa, bujang anak dua, atau perjaka tua, asal jangan jadi bini kedua," kataku saat tengah rebahan di paha Emak menatap hamparan kebun Tin tetangga.

Sudah hampir delapan tahun ini Emak bekerja sebagai buruh di kebon Tin milik Pak Haji Yahya yang letaknya cukup dekat dari rumahku, sekitar jalan Puri Cikarang Hijau, Pilar Cikarang Utara kabupaten Bekasi.

Selain dari penjualan ketan di pasar, si Tin ini adalah sumber mata pencaharian keluargaku, dari sini aku dan Ahmad--adikku bisa sekolah, makan, dan jajan. Walaupun kadang masih ketergantungan ngutang di warung. Ya mau begimana lagi, duit sekarang itu susah nyarinya sama kayak jodoh. Yang gampang itu cuma ghibah dan cari kesalahan orang.

"Lah, yang bener bae? Kamu pan baru lulus Esema, atuh, Mil. Masih kecil juga, pake udah ngomongin lamar-lamaran."

Emak menatapku dengan dahi mengernyit.

Aku terdiam sesaat.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status