Share

Bab 4 - Gosip Mengejutkan

Felicia memijat keningnya, kepalanya berdenyut. Dia merasa stres setelah kedatangan Theo di tempat kerjanya, bahkan di akhir pekan seperti ini juga dia masih pusing.

Bagaimana tidak? Theo terus mengganggu Felicia, baik itu di tempat kerja maupun saat Felicia sudah tiba di rumah. Saat di tempat kerja, Theo sering mengikuti Felicia seperti anak ayam yang mengekori induknya. 

Sedangkan saat di rumah, Felicia sering mendapatkan chat dan telepon tidak penting dari Theo. Ini karena Felicia sudah membuka blokiran nomor Theo.

“Makanya cari pacar biar nggak pusing lagi. Seenggaknya pacar bisa menghiburmu,” ucap Fani, teman Felicia.

Saat ini Felicia sedang berada di café milik suami Fani, tempat biasanya Felicia nongkrong dan bertemu dengan teman-temannya.

“Pacar….” gumam Felicia. 

Dia hendak kembali bicara, tetapi terhenti saat mendengar suara langkah kaki yang mendekat dari arah belakang.

“Hai, Bu Feli,” suara berat itu seketika membuat Felicia menegang di tempatnya. “Atau seharusnya saya panggil Kak Feli kalau ketemu di luar?”

Felicia menoleh dengan kaku. Ketakutannya menjadi nyata. “E-eh, halo Theo.”

Felicia mendadak panik. Gawat! Dia malah bertemu Theo di sini.

“Itu siapa, Fel?” tanya Fani, berbisik sambil menatap Theo.

Theo tersenyum kepada Fani. “Saya cowok yang pernah tid—”

Felicia terbeliak dan bergegas menutup mulut Theo dengan tangannya. Dia menatap tajam Theo. 

Jangan sampai Theo menyebarkan kepada orang-orang kalau mereka pernah tidur bersama.

“Ini anak magang.” Felicia menyengir ke arah Fani. “Aku mau ngomong sama dia sebentar.”

Tanpa menunggu respons temannya, Felicia bergegas menarik Theo pergi menjauh dari sana masih dengan raut paniknya. Bukannya marah karena ditarik tanpa persetujuan, Felicia melirik sejenak ke arah Theo yang malah senyum-senyum sendiri.

Pria itu menatap tangannya yang dipegang oleh Felicia. Pada saat itulah Felicia sadar apa yang ia lakukan.

“Sorry,” ucap Felicia sambil melepaskan tangannya, membuat Theo cemberut sesaat. 

Tidak peduli ekspresi pria itu, Felicia mulai menatap Theo dengan raut serius. Mereka sudah ada di bagian samping kafe yang sepi pengunjung. Jadi, Felicia bisa berbicara lebih leluasa.

“Aku minta maaf atas kejadian malam itu. Tapi, kamu juga perlu minta maaf karena menipuku!” ucap Felicia sambil melipat tangannya di dada.

Pandangan Theo terfokus ke wajah Felicia. “Saya minta maaf. Tapi, saya nggak bermaksud menipu. Itu ulah teman saya.”

Felicia mengerjap bingung. “Ya?”

Theo pun menjelaskan kepada Felicia kejadian yang sebenarnya. Berawal dari ulah temannya yang membuatkan akun di aplikasi kencan, dia sendiri tidak paham soal itu. Dan ternyata temannya juga memasukkan identitas palsu mengenai umur dan pekerjaannya.

“Saya benar-benar nggak tahu, baru tahu hari ini,” ucap Theo. “Maaf, saya juga merasa ditipu.”

Felicia melongo. Astaga, ternyata begitu. Jadi, keduanya adalah korban anak-anak jahil soal aplikasi kencan. 

Menyebalkan! Di saat orang lain serius mencari pasangan, mereka malah menjadikannya bahan candaan.

Namun, mau bagaimanapun, yang jelas dia sudah ditipu oleh anak kuliah.

“Tapi, Bu Feli tahu dari mana kalau saya masih kuliah?” tanya Theo.

Felicia gelagapan. Duh, haruskah dia berkata jujur kalau pernah membuka dompet Theo?

Felicia berdeham, untuk menutupi alibinya. “Saya nggak sengaja lihat KTP kamu waktu kita di hotel,” ucap Felicia.

Felicia berharap Theo tak bertanya lebih lanjut. Dan, untungnya tidak. Pria itu malah berucap, “Kalau Bu Feli nyuruh saya melupakan malam itu, maaf saya nggak bisa.”

Felicia tertegun mendengarnya.

“Itu pengalaman pertama saya, dan saya… puas waktu itu,” suara Theo terdengar kecil di akhir. Pria itu juga memalingkan wajahnya tiba-tiba.

Apa itu?!

Kenapa telinga pria itu memerah?!

“J-Jadi!” Theo berkata lantang kemudian, membuat Felicia tersentak kaget. “J-jadi jangan suruh saya menjauh, apalagi melupakan itu!” 

Felicia meneguk ludahnya, lalu berkata dengan nada lebih tenang dari sebelumnya. “Tapi tetap aja, Theo. Ini salah. Aku salah udah mengambil keperjakaan kamu, meskipun kita sama-sama mau. Apalagi sekarang statusnya, kamu anak magang di kantor, kita harus profesional. Melupakan kejadian waktu itu pilihan terbaik.”

Setelah bicara panjang, Felicia pergi dari hadapan Theo. Meninggalkan Theo yang menatap Felicia dengan sorot kecewa.

*

Sejak ada Theo di tempat kerja, Felicia jadi selalu ingin pulang cepat. Sayangnya, hari ini sang manajer tiba-tiba mengajak para karyawan untuk makan malam bersama dalam rangka menyambut anak magang.

Sungguh mengherankan menurut Felicia. Selain karena manajernya itu terkenal pelit, dari dulu tidak pernah ada sejarah anak magang sampai dibuatkan acara penyambutan dan ditraktir makan malam.

“Kenapa sampai ada acara makan bersama, Pak?” tanya Diana yang sudah kepo ketika sudah duduk di sebelah manajer. 

Mereka menyewa satu ruangan VIP di sebuah restoran Chinese Food. Meskipun begitu, meja untuk senior dan anak magang terpisah. Felicia sedikit beruntung soal itu.

Felicia pun diam sambil menyimak. Apalagi ketika sang manajer memasang tampang serius, kemudian menyuruh para bawahannya berkumpul dan mendekat. 

Manajer itu hendak membisikkan sesuatu yang penting. Ya, sang manajer juga suka bergosip, padahal sudah tidak muda lagi.

“Ini rahasia. Jadi, sebenarnya di antara anak magang, ada anaknya pemilik perusahaan ini. Anaknya Pak Bos kita!” bisik manajer itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status