Share

28. POV Caca, Sesal yang Terlalu

POV CACA

Dengan alasan masih lemah dan kejiwaan, dokter baru mengijinkan keluar setelah kejadian mencekam itu.

Aku duduk di antara dua pusara, lidah terasa keluh dan tenggorokan tak mampu lagi mengeluarkan suara. Hanya sedu yang bisa kulakukan.

Andai aku tahu kecelakaan akan terjadi subuh itu, tak perlu menghubungi ayah tuk menjemput.

Lihatlah! Kebodohanku membuat ke dua malaikat itu pergi, bahkan jasad terakhirnya pun tak sempat aku saksikan.

"Kenapa bukan nyawa orang laknat aku saja diambil, Wahai Tuhan ...?"

"Ayo kita pulang, Sayang." Oma menyentuh pundakku. Wanita di atas setengah abad itu jauh lebih tegar daripada aku.

"Kamu sudah hampir sejam di sini, Ca. Adik Rizal kepanasan menunggu di mobil." Oma membujuk dengan menyebut nama adikku. Ah, kenapa bisa lupa dengan adik semata wayang itu? Andai dia tidak bersama tante Reina subuh tragis, mungkin bersanding juga dengan pekuburan ayah bunda di sana.

Ya, Tuhan ... Apakah ini ujian? Atau siksa?

Sebelum aku meninggalkan pusara ayah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status