Share

9. Berkurang Lagi?

"Kamu belum revisi ini, kan?"

Lela mengangguk. "Belum semua, Pak."

Bara menatap hasil revisian Lela yang masih seberantakan sebelumnya. "Lela, saya tau kamu sibuk dengan anak saya, tapi apa kamu mau minta simpati saya karena kamu yang mengurusnya? Kamu pikir dengan itu saya akan menoleransi segala kesalahan kamu?" ucapnya pedas.

"Enggak Pak, saya tau saya salah. Tapi beri waktu saya lagi, semalam saja untuk merevisi lagi."

"Kamu kira saya akan menyetujui itu?"

Lela menggeleng lagi, tetapi kali ini ia diam tanpa meminta keringanan waktu. Ia tau bahwa permohonannya hanya akan terbuang sia-sia.

Bara tetaplah Bara yang disiplin dan tidak bisa menoleransi kesalahan sekecil apapun.

"Kalau gitu, saya tunggu sejam dari sekarang," putus Bara.

Ia menyerahkan laptopnya dan langsung menyuruh Lela merevisi skripsi itu di laptopnya. Tanpa pikir panjang, Lela langsung merevisinya.

Saking fokusnya, ia sampai tidak menyadari kalau ia masih ada di ruangan sang dosen.

Meski begitu, usahanya tidak membuahkan hasil yang diharapkan.

Ada saja yang perlu diperbaiki!

Jika kemarin, dia dicecar sumber data, sekarang, bagian penulisan yang tak sesuai PEUBI juga kena....

Untungnya, Lela bisa melewati itu meski berdarah-darah.

Tapi, siapa sangka ini akan berdampak kembali pada Baby Dam.

Keesokan harinya, bayi tampan itu terus menangis dengan kencang.

Hal itu membuat Bara yang akan berangkat kerja menghampiri Lela. "Ada apa ini?"

"Sepertinya... asi saya belum cukup, Pak."

"Keluar sedikit?"

Lela mengangguk ragu, ia takut Bara akan marah.

"Tuh kan, makanya jangan ngeyel. Sini saya saja yang menstimulasi asinya!"

"Tapi Pak...."

"Ssstt, duduk!" Rasa panik melihat anaknya kelaparan, membuat Bara lupa memikirkan bagaimana perasaan Lela nanti saat ia sentuh.

Gadis itu pun terpaksa duduk di sofa kecil, sementara Baby Dam terus menyedot payudara Lela. Ia terlihat kelaparan, kasian sekali hanya mendapatkan sedikit.

Di sisi lain, tangan Bara mulai menyentuh punggung Lela dengan pelan. Meski demikian, tekanannya cukup untuk menstimulasi.

Hanya saja, Bara membuang muka karena takut kelepasan.

Tentu saja, dia 'kan masih pria normal!

Memijat bagian tubuh khusus wanita adalah salah satu ujian terberat baginya.

Meski begitu, ia berusaha menahannya sampai selesai.

Sementara itu, Lela merasa geli.

Tubuhnya terasa merinding, tetapi ia tak mengatakan apa-apa.

Terlebih, dia bisa merasakan Bara melakukannya dengan telaten. 

Gadis itu tak tahu saja kalau di balik punggungnya, Bara sedang menahan wajahnya yang memerah karena menahan sesuatu yang biasanya tak mudah terpancing....!

15 menit yang berlalu, bahkan bagaikan 15 abad neraka untuk pria itu, sampai ucapan Lela menyadarkannya.

"Se--sepertinya sudah keluar, Pak," ujarnya gagap.

Gadis itu memang merasa kedua payudaranya mulai mengalirkan asi dengan deras, sehingga ia melihat Baby Dam menelan air asinya dengan suara 'glek'.

Bara pun menghela napas.

Diperhatikannya Baby Dam yang mulai tenang.

Sejujurnya, perkataan Dokter Greg yang dia tuntut penjelasannya lewat telepon tentang stimulasi, terngiang.

Cara pertama, suami memijat payudara atau punggung istri agar asinya lancar. 

Tapi, kalau masih tidak mempan, Dokter Greg menyarankan agar suaminya membantu memerah asi dari payudara istri dengan cara menyedotnya secara langsung.

Bercandaan dokter sebelumnya itu ternyata benar.

Namun, di situasinya dan Lela tentu tak bisa seperti itu.

Jadi, ia sungguh merasa diselamatkan!

Hanya saja, kala dia melihat wajah Lela, perasaan bersalah menghiggapinya.

Sepertinya, ia  harus meminta maaf nanti. Tapi, bukan sekarang karena ada "sesuatu" yang harus dia selesaikan.

"Saya pamit dulu!" ujarnya cepat setelah mencium kening Baby Dam.

Lalu, Bara pun pergi ke kamarnya.

Akan tetapi, meski dia sudah selesai dan menyibukkan diri dengan pekerjaan, Bara tidak bisa fokus.

Pikirannya terus teringat dengan kejadian tadi pagi dan juga .... mahasiswinya?

"Sial! Kenapa dia keliatan lebih menarik?" gumamnya, memaki diri sendiri.

Padahal awalnya Bara menganggap kalau Lela hanyalah mahasiswinya yang menyebalkan.

Revisi saja tidak becus. Sekarang malah ia terngiang-ngiang wajah Lela yang memerah?

"Permisi, Pak!"

"Astagah!!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status