Blenda benar-benar meminta Lela untuk bicara empat mata dengannya, ia tidak akan membiarka Lela merasa menghadapi semua itu sendirian. Mereka berdua berbicara di dalam mobil. Saat Greg dan Blenda pamit pulang, mereka menggunakan kesempatan itu untuk bicara. Greg sudah pulang terlebih dahulu karena ia ada tugas di rumah sakit, untungnya mereka membawa mobil sendiri-sendiri, karena awalnya memang ada di lokasi yang berbeda. Blenda sengaja mengajak Lela untuk mengantarkannya saat ia pulang, karena tahu bahwa Yuni sedari tadi terlihat jelas terus mengikuti Lela dan berusaha menguping pembicaraannya dengan Greg. Akan tetapi sepertinya tidak berhasil, karena strategi Greg yang memilih tempat strategis. "Mungkin kamu tadi udah dengar dari suami saya, tentang konseling?" Lela pun menunduk, "Iya, udah. Tapi saya merasa bahwa saya memberatkan dokter Greg dan Anda," ujarnya. Blenda tersenyum lucu, "Nggak usah sungkan kayak gitu, La. Lagi pula saya juga udah menganggap kamu sebagai
"Pa... pa... pa!" Lela terusik dengan ocehan Baby Dam, tapi aneh, Baby Dam baru saja menginjak 6 bulan tetapi sudah bisa menyebut Papa? Ia membuka matanya dan terkejut melihat Baby Dam ada di pangkuan sang ayah. "Pak Bara?!" kagetnya langsung duduk. Bara tersenyum manis padanya, membuat Lela merasa seperti di dalam mimpi. "Udah bangun?" tanyanya. Lela pun langsung duduk karena ternyata semua itu bukan mimpi, suara Bara seolah membangunkannya. "Maaf, Pak, saya...." "Santai aja, ini baru jam 3.30, kamu tidur lagi aja," ujar Bara sambil menimang-nimang anaknya. Rasanya rindu sekali dua minggu tidak bertemu putra kecilnya itu. Ia juga merindukan Lela yang masih kaget pada situasinya. "Em... Bapak baru pulang?" tanyanya ragu. "Iya, jam 1 tadi, pas saya ke sini jam 3, Damien bangun terus ngoceh sendiri," ujarnya seolah sangat bahagia. Lela ikut tersenyum melihat interaksi mereka, Baby Dam terlalu cepat tumbuh, membuatnya lega dengan kenyataan itu. "Berarti Bapak udah seteng
"Ukuran payudaranya berapa, Mbak? Emangnya cukup nyusuin bayi kalau sekecil itu?""Iya, loh. Dilihat dari penampakannya, kayanya Asi Mbak gak cukup banyak, deh?"“Kalaupun asinya banyak, pasti encer dan gak berkualitas, ya?”Lela seketika melongo ucapan-ucapan wanita di sekelilingnya.Tanpa sadar dia menutupi bagian dadanya yang sudah terhalangi hijab creamnya.Gadis yang sedang stress akibat proses skripsi dan utang ayahnya itu melamar kerja karena melihat status penjual sayur langganannya.Katanya, ada orang kaya yang sedang mencari ibu asuh untuk anaknya dengan gaji tinggi. Dipikirnya, ini kesempatan besar agar dia dapat kerja di satu tempat alih-alih memiliki 3 pekerjaan sampingan.Tapi, kok pelamar lain malah mengomentari ukuran payudaranya dan membawa-bawa perihal asi?Dengan cepat, Lela pun melihat ponselnya lagi dan melihat judul bannernya.Namun, matanya membelalak karena apa yang ditanyakan ibu-ibu tadi masuk akal.[SELEKSI IBU ASI! GAJI 10JT PER BULAN + TUNJANGAN LAINNYA]
“Mbak gak bercanda, kan?”Mendengar itu, Lela jadi merasa tak enak. Tapi, biar bagaimanapun juga, dia memang tidak bisa jadi ibu asi tanpa pernah hamil dan punya anak, kan?“Ehem…” Pria yang tadi mengenalkan diri sebagai dokter keluarga itu tiba-tiba berdeham dan memecah keheningan.“Sebenarnya ada caranya. Bagaimanapun, karena Tuan Muda sangat butuh asi akibat alergi susu sapi dan juga karena Tuan Muda sepertinya menyukai Mbak, kami bisa mengusahakan untuk melakukan sesuatu.”“Maksudnya melakukan apa, saya gak harus hamil dulu kan?” tanya Lela, tak mengerti.Dokter Greg pun menggeleng, "Tentu saja tidak, Mbak, tenang saja, ami tidak akan melakukan hal sejauh itu. Dengar penjelasan saya dulu."Lela pun mengangguk patuh, ia was-was dengan apa yang akan disampaikan oleh dokter itu. Posisinya yang lemah akan membuatnya mudah dibujug dan dikendalikan.Lalu Dokter Greg pun mulai menjelaskan cara apa yang bisa Lela lakukan agar bisa menghasilkan Asi.Salah satunya melakukan induksi laktasi.
Di sisi lain, Lela kini berdiam diri di kamar kost-an.Dia memikirkan apa yang harus ia pilih.Terlebih, sejak kemarin, hatinya pedih kala mendengar tentang kisah perceraian orang tua Baby Dam dan ibunya yang tak ingin merawat bayi tampan itu. Lela jadi tak tenang saat kuliah dan bekerja taditadi. Namun melihat tidak adanya pesan dari mereka, sepertinya Baby Dam dalam keadaan baik?Sepertinya, keputusan menolak jadi Ibu Asi Baby Dam tidak menimbulkan masalah….“Lela, KELUAR KAMU!”Suara teriakan pria dari luar kost membuat Lela tersentak dan tersadar dari lamunannya.Ada ribut-ribut apa ini? Gadis itu pun keluar kamar, tetapi dia terkejut kala menemukan tetangga kostnya sudah berkerumunan menonton tiga pria berpenampilan preman yang baru saja berteriak di depan kamarnya."Ada apa ini, Pak?" tanya Lela bingung."Kamu anak dari Pak Suyanto Wijoyo, kan?"Meski masih bingung, Lela pun mengangguk. "Iya, ada apa ya Pak?""Bapakmu kabur! Gak ada yang bisa ditagih karena jaminan sertifika
"Lela? Ngapain kamu di rumah saya?"Mendengar itu, Lela seketika merapikan bajunya. "Ja–jadi... Bapak adalah Ayah dari Baby Dam?" tanyanya–memastikan.Melihat Bara mengangguk, Lela tercengang.Ruangan seketika hening dan baru terpecah karena Baby Dam mulai menangis.Jadi, Lela langsung bereaksi untuk menggendongnya dan memberikan Asi kembali untuk Baby Dam.Lela bahkan lupa kalau Bara masih di sana.Untungnya, pria dingin itu peka dan langsung keluar dari kamar anaknya agar Lela leluasa memberikan asi pada anaknya.Hanya saja, wajah Bara tampak mengeras. saat menemui asistennya."Dika, kamu apa-apaan sih, dia itu mahasiswa bimbingan saya! Kok bisa kamu sampai nggak tahu?!"Dika sendiri tampak terkejut. "Mohon maaf Pak, tapi saya tidak mendapatkan informasi itu. Hanya, yang saya tahu, Mbak Lela atau Laila itu memang kuliah di Universitas yang sama dengan tempat Anda mengajar, tapi saya tidak tahu kalau dia anak bimbingan Anda," jelasnya.Ctas!Bara membanting tempat pulpennya hingga ja
Untungnya ... setelah pertemuan itu, Lela berhasil menghindari Bara. Dia hanya berkomunikasi lewat chat atau email untuk mengirim dokumen revisinya.Tampaknya, Bara juga berlaku demikian. Hanya saja, tepat tengah malam, Bara yang baru pulang dari kantor mampir ke kamar Baby Dam yang didesign agar diapit kamar utama yang ditempatinya dan kamar pengasuhnya.Namun, Bara tak menyangka jika Lela tertidur di sana dengan posisi memberikan asi padanya.'Shit...' ucapnya dalam hati.Seketika, dia teringat bahwa mahasiswinya itu sudah menjadi ibu susu putranya.Masalahnya ... posisi Lela miring menghadap ke pintu, sehingga sebagian dada gadis itu terlihat!Srak!Bara langsung melemparkan jasnya ke arah Lela sebelum mendekat untuk memindahkan Baby Dam ke keranjang bayinya. Sebisa mungkin, dia tak melihat aset mahasiswinya itu.Sayangnya, saat ia akan mengambil Baby Dam, tiba-tiba Lela bangun. "Aaaaa!" teriaknya, kaget.Matanya melebar dan penuh tuduhan. "Oeeek!" Gara-gara teriakan Lela, Bab
Untungnya, Bi Tati menyusul masuk dengan teko di tangannya.Wanita paruh baya itu langsung menyapa mantan Nyonya mansion itu yang sedang menatap Lela. "Selamat datang, Nyonya. Mau ketemu sama Tuan Muda ya?" tanya Bi Tati. Jujur, Lela kaget karena Bi Tati terlihat sangat berani menghadapi Riri yang memiliki wajah judes itu.Bi Tati bahkan tak peduli dengan Riri yang terlihat kesal. "Hallo, kamu pengasuh barunya?" tanya wanita itu menatap tajam Lela. Lela mengangguk, "Betul, Nyonya." "Gak pelu panggil Nyonya, aku bukan istri Bos kalian lagi," ujarnya lalu maju untuk melihat putranya. Baby Dam terlihat menatapnya dengan heran seolah menelisik siapa yang ada di depannya. Melihat respon Baby Dam yang pasif, wajah Riri seolah kecewa dan langsung melepaskan tangannya dari kepala si bayi. "Ck! Saya pamit dulu!" ujarnya pergi dari sana. Bi Tati pun mengikutinya, meninggalkan Lela dengan Baby Dam. Melihat kepergian sang ibu, Baby Dam seolah tak merasa terusik, ia hanya diam