Share

Ibu Susu Anak Dosenku
Ibu Susu Anak Dosenku
Penulis: Blue Rose

1. Seleksi Ibu Asi

"Ukuran payudaranya berapa, Mbak? Emangnya cukup nyusuin bayi kalau sekecil itu?"

"Iya, loh. Dilihat dari penampakannya, kayanya Asi Mbak gak cukup banyak, deh?"

“Kalaupun asinya banyak, pasti encer dan gak berkualitas, ya?”

Lela seketika melongo ucapan-ucapan wanita di sekelilingnya.

Tanpa sadar dia menutupi bagian dadanya yang sudah terhalangi hijab creamnya.

Gadis yang sedang stress akibat proses skripsi dan utang ayahnya itu melamar kerja karena melihat status penjual sayur langganannya.

Katanya, ada orang kaya yang sedang mencari ibu asuh untuk anaknya dengan gaji tinggi. Dipikirnya, ini kesempatan besar agar dia dapat kerja di satu tempat alih-alih memiliki 3 pekerjaan sampingan.

Tapi, kok pelamar lain malah mengomentari ukuran payudaranya dan membawa-bawa perihal asi?

Dengan cepat, Lela pun melihat ponselnya lagi dan melihat judul bannernya.

Namun, matanya membelalak karena apa yang ditanyakan ibu-ibu tadi masuk akal.

[SELEKSI IBU ASI!  GAJI 10JT PER BULAN +  TUNJANGAN LAINNYA]

Hah?

Lela ternyata kemarin salah baca…! Pantas saja, dia ditatap segitunya sejak tadi.

Memang seharusnya, gadis itu curiga dengan gaji besar di status yang ia baca….

Mana mungkin, Ibu Asuh biasa digaji sebesar itu? Tapi, karena harus membayar biaya sekolah sang adik dan rumah sakit sang ibu, dia jadi terburu-buru.

Ayahnya? Jangan ditanya! Pria itu justru kabur-kaburan setelah berutang dan dikejar rentenir. Andai Lela tidak ingat kalau ia hampir lulus, ia akan berhenti kuliah dan memilih fokus kerja demi keluarganya.

Lela menghela napas. Dia lantas berusaha keluar dari barisan pendaftar untuk menjelaskan permasalahan yang ada.

Sayangnya, giliran Lela justru ternyata tiba.

“Huaaaaa!”

Dari tempatnya, Lela bahkan dapat melihat bayi yang merupakan bintang utama hari itu memberontak dalam gendongan–tidak nyaman.

Tangisannya semakin kencang, membuat Lela merasa iba.

Hanya saja, saat mata bulatnya itu bersitatap dengan Lela, bayi itu … langsung diam?

Bayi tampan itu bahkan menatap Lela cukup lama, seolah dirinya sesuatu yang sangat menarik.

Hal ini membuat sang pengasuh dan calon “Ibu Asi” lainnya ikut melihat Lela.

Ada apa yang menarik dari seorang perempuan muda berhijab cream dengan pakaian kemeja putih dan rok hitam polos itu?

"Baby Dam, mau apa?" tanya sang pengasuh pada bayi mungil itu meski tahu tak akan mendapat balasan yang diharapkan.

"Aba...abaabububu..." oceh bayi itu tiba-tiba.

Lela pun bingung.

Ia menatap sang pengasuh yang juga tak tau harus melakukan apa, tapi ia tak memiliki pilihan lain selain menggendong bayi itu.

Kejadian itu pun menjadi tontonan semua orang. Terlebih, setelah masuk ke gendongan Lela, bayi itu seolah langsung menemukan kemistri.

Ia sampai ngusel-usel di dada Lela, menepuk-nepuk dadanya yang tertutup hijab.

Lela menanggapinya sebagai candaan bayi, tetapi bayi itu malah berusaha menyingkirkan hijab Lela.

Sampai akhirnya pengasuh bayi itu pun berkata, "Tunggu apa lagi? Susui saja."

Deg!

“I–itu…”

Lela ingin menjelaskan apa yang terjadi.

Tapi belum sempat menjelaskan, seorang pria di usia 30-an tampak mendekati mereka. "Ada apa ini?" tanyanya.

"Baby Dam gak mau lepas dari Mbak ini, Mas Dika," ujar sang pengasuh, menjelaskan situasi pada sekretaris dari ayah Baby Dam, “Jadi, saya menyuruh Mbak ini untuk coba menyusuinya.”

Pria itu sontak mengerutkan kening mendengar informasi yang didengarnya.

Ditatapnya Baby Dam dan Lela secara bergantian.

Pemandangan Baby Dam ramah pada orang asing … sungguh luar biasa!

Biasanya, Baby Dam akan menangis, membuang muka, atau bahkan tantrum begitu melihat orang tak dikenal–seperti pada pendaftar sebelumnya.

Sekretaris itu saja perlu waktu lama untuk mendapat approval sang bos kecil yang sepertinya menurunkan sifat banyak mau dan perfeksionis dari ayahnya, Tuan Raniero. 

Seketika, pria itu pun mendapatkan sebuah ide!

"Gini saja, Mbak. Sepertinya, Baby Dam sudah memilih Mbak. Kalau begitu, tolong, ikut ke mansion agar kita bisa leluasa bicara terkait kontrak kerjanya, ya."

Mendengar itu, para ibu di sana terkejut!

Yang tadi julid, jelas makin julid pada Lela.

Lela sendiri kelu mendapat kebencian terang-terangan seperti itu.

Hanya saja, pendaftaran dan wawancara calon Ibu Asi sudah dihentikan….

Jadi, di sinilah Lela sekarang–mansion mewah milik orang tua Baby Dam.

Setelah menaruh Baby Dam yang tertidur di pangkuannya sejak di mobil,  dirinya diajak bicara di ruang tamu oleh Dika dan dua orang lainnya, yang ternyata dokter dan kuasa hukum keluarga itu.

"Baik, Mbak Lela. Sepertinya kita bisa mulai membicarakan perihal pekerjaan Ibu Asi untuk Tuan Muda. Apakah Mbak setuju?”

Lela memilin jarinya. "Saya... sebenarnya… salah baca loker kemarin, Pak. Saya masih mahasiswa dan belum pernah menikah atau punya anak.”

“Meskipun saya mau, tapi saya belum punya Asi. Jadi saya gak jadi ngelamar," ucapnya tak enak, “sekali lagi, mohon maaf.”

Suasana seketika hening.

Sekretaris dari ayah Baby Dam bahkan tercengang!

Bisa-bisanya wanita yang mampu mengendalikan sang tuan muda, ternyata tak bisa jadi ibu asinya?!

“Mbak gak bercanda, kan?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status