Share

7. Saran Dokter

"Kamu.. kalo udah selesai, cepet susuin Baby Dam. Jangan males-malesan!" ujarnya judes, setelah berhasil mengendalikan diri.

Tanpa basa-basi, pria itu berbalik dan keluar kamar.

Lela sendiri hanya bisa mengangguk, mengiyakan. Tapi, entah mengapa rasanya dia jadi malu dan takut menemui Bara lagi!

Untungnya, Lela berhasil memompa asi meski tidak sebanyak biasanya.

Gadis itu pun keluar untuk mencari Baby Dam.

Namun siapa sangka dia malah menemukan Dosen sekaligus Bosnya itu sedang menunggunya sambil mencoba menenangkan Baby Dam yang terus menangis.

Tatapan Bara sudah seperti namanya--membara!

Lela sampai takut saat mengulurkan tangan untuk menggendong Baby Dam.

Diambilnya Baby Dam lalu diberikannya bayi itu, adi di kamar.

Sementara itu, Bara pergi ke kamar untuk bersih-bersih.

Namun belum sempat masuk kamar, Bara langsung disuguhkan pemandangan Baby Dam tantrum.

Putranya itu menangis kencang.

Segera saja, Bara menghampiri Lela dan Baby Dam. "Astagah, La! Kenapa nangis lagi?!" omelnya langsung merebut Baby Dam dari gendongan Lela.

Lela pun menunduk takut.

Sebenarnya, ia harus bagaimana menjelaskannya pada Bara?

Perkara asi ini membuatnya agak risih kalau bicara langsung padanya.

Akhirnya, Bi Tati yang sejak awal di sana pun maju untuk menjelaskan, "Saya rasa Baby Dam gak kenyang minum asinya, Tuan."

"Kenapa?! Bukannya asi kamu keluar, La?" tanyanya dengan nada tak ramah.

Lela mengangguk, ia memaikan jarinya karena gugup.

"Keluar Pak, tapi sedikit, saya sudah berusaha pompa dan stimulasi tapi gak mempan," balas Lela menunduk.

Bara pun menghela napas, "Ngomong dong dari tadi! Bawa perlengkapan Baby Dam, kita ke dokter sekarang!"

"Kenapa tidak mengundang dokter ke sini saja, Tuan?" tanya Bi Tati.

Bara berdecak. "Hari Senin Greg full praktik di RS, ingat?"

Bi Tati meringis, ia lupa hari.

Jadi di sinilah Lela sekarang---di ruang pemeriksaan dokter kandungan.

Jujur, ia merasa gugup. Dirinya saja belum hamil masa sudah ke dokter kandungan?

Kebetulan Dokter Greg juga sedang membantu proses melahirkan,

Jadi yang mereka hadapi adalah dokter kandungan yang lain. 

Oleh karena itu, Bara sudah memperingati Lela agar Lela bisa berakting layaknya suami istri.

Diam-diam, Lela memperhatikan Bara yang dengan luwes menggendong Baby Dam sambil membawa tas keperluan bayi itu.

Entah mengapa, Lela merasa lucu sekaligus senang. Setidaknya, di antara keburukan Bara, ia bisa melihat sisi baiknya.

Apalagi Bara tipe ayah yang selalu menemui anaknya meski sibuk.

Setiap akan berangkat dan pulang kerja, ia akan menemui anaknya. Bahkan, di kantor pun, ia akan menghubungi Bi Tati untuk Video Call, ingin melihat keadaan anaknya.

Pasti haters Bara akan tercengang melihat kenyataan itu!

"Baik Ibu Laila, karena Asi Ibu berkurang, biasanya ada beberapa faktor, di anataranya adalah stres. Apakah ada pikiran yang berat sehingga Anda merasa terganggu dengan itu?" tanya dokter, memecah keheningan. 

Lela sontak tersadar dari lamunannya.

Dia pun melihat Bara yang juga menatapnya sambil menaikan alis, sebelum akhirnya menjawab, "Ya, sedikit."

Mendengar itu, Bara tampak menatapnya tajam. Tapi, Lela buru-buru mengalihkan pandangannya dari pria itu.

"Oke, karena Bu Laila mengakuinya. Saya akan berikan solusi dan peringatan untuk Ibu dan Bapak selama proses menyusui. Jadi, jangan mengira kalau proses mang-asi-hi ini hanya kegiatan Ibu dan Anak, tapi sebenarnya proses ini dilakukan oleh kedua orang tua bayi."

"Maksudnya gimana, Dok?" tanya Bara.

"Gini Pak, baik Ibu hamil atau menyusui, keduanya sama-sama tidak boleh stres, karena kondisi psikis Ibu mempengaruhi bayi dan asi yang keluar. Sehingga suami harus menjadi suport sistem yang baik bagi istri, agar asinya lancar dan bayi bisa berkembang dengan suasana yang harmonis," jelas dokter ramah.

Bara mulai merasa tidak enak dengan penjelasan itu. Sementara Lela terlihat menyimak dengan fokus layaknya mahasiswa yang sedang diberi kuliah oleh dosennya.

"Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menstimulasi asi, salah satunya yang paling ampuh adalah ... ini yang paling disukai para suami nih, pasti Bapak suka."

Bara tertawa garing sebagai formalitas. Hal itu diikuti Lela dengan tampang polosnya.

"Apa itu, Dok?" tanya pria itu pada akhirnya.

"Bapak bisa membantunya dengan memijat payudara istri," ucap sang dokter begitu profesional, "atau menyedotnya langsung lewat mulut...."

Deg!

"Apa?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status