Share

2. Baby Dam yang Malang

“Mbak gak bercanda, kan?”

Mendengar itu, Lela jadi merasa tak enak. Tapi, biar bagaimanapun juga, dia memang tidak bisa jadi ibu asi tanpa pernah hamil dan punya anak, kan?

“Ehem…” Pria yang tadi mengenalkan diri sebagai dokter keluarga itu tiba-tiba berdeham dan memecah keheningan.

“Sebenarnya ada caranya. Bagaimanapun, karena Tuan Muda sangat butuh asi akibat alergi susu sapi dan juga karena Tuan Muda sepertinya menyukai Mbak, kami bisa mengusahakan untuk melakukan sesuatu.”

“Maksudnya melakukan apa, saya gak harus hamil dulu kan?” tanya Lela, tak mengerti.

Dokter Greg pun menggeleng, "Tentu saja tidak, Mbak, tenang saja, ami tidak akan melakukan hal sejauh itu. Dengar penjelasan saya dulu."

Lela pun mengangguk patuh, ia was-was dengan apa yang akan disampaikan oleh dokter itu. Posisinya yang lemah akan membuatnya mudah dibujug dan dikendalikan.

Lalu Dokter Greg pun mulai menjelaskan cara apa yang bisa Lela lakukan agar bisa menghasilkan Asi.

Salah satunya melakukan induksi laktasi. Intinya, induksi laktasi adalah proses yang dilakukan agar membuat perempuan yang belum melahirkan memproduksi Asi dengan cara distimulasi dengan memberikan stimulasi hormon terlebih dahulu. Prosedur ini memang tak biasa. Tapi, kekuatan keluarga dari Baby Dam sepertinya membuat itu tak jadi masalah.

Hanya saja, bentuk dan fungsi tubuh Lela akan berubah. Dia harus rela memproduksi Asi bahkan sebelum ia merasakan sebuah pernikahan dan memiliki anak sendiri. Mungkin, ada banyak hal yang tidak bisa ia lakukan dengan mudah ketika hormon itu mempengaruhi tubuhnyasecara fisik. 

Dokter Greg menjelaskan bahwa ia berjanji akan terus mengawal prosesnya di bawah perintah Tuan Raniero, jadi Lela bisa terjamin dan tidak akan ada masalah kesehatan. Ia bahkan menjelaskan teknisnya secara rinci dan meminta Lela untuk membaca catatannya.

Setelah beberapa saat Lela diam dan mendengarkan, Sekretaris pun kembali memastikan persetujuan Lela.

“Jadi apakah Mbak bersedia untuk dilakukan induksi laktasi?" tanyanya setelah penjelasan dokter selesai.

Lamunan Lela seketika buyar. 

Jelas, ini berat sekali. Dia harus memilih antara dua pilihan berat yang sama-sama beresiko terhadap masa depannya, yakni mengeksploitasi tubuhnya sendiri atau kebutuhan?

“Saya minta maaf. Apakah saya bisa memikirkannya dulu?” ucap Lela pada akhirnya.

Untungnya, semua orang di sana memahaminya. Sekretaris ayah Baby Dam bahkan menyuruh Lela agar diantar pulang oleh sopir mereka.

Namun, Lela dimintai nomor telepon agar mereka bisa menjemput Lela kapan saja jika Tuan Muda mereka membutuhkannya.

Lela yang memang dasarnya memiliki hati yang lembut dan baik, pun menyetujuinya. Bahkan, tanpa mempertanyakan berapa komisi yang akan ia dapatkan.

 ***

“Jadi, dia menolaknya?”

Meski hanya lewat sambungan telepon, suara Tuan Raniero mampu membuat sang asisten menelan ludah kasar. “Maaf, Tuan. Kandidat yang lolos seleksi dan disukai Tuan Muda Damian itu masih belum memutuskannya sebab dia perlu prosedur penyuntikan hormon.”

Tak lama, Dika segera menjelaskan kembali prosedur yang dijelaskan dokter tadi.

Bara Raniero seketika menghela napas. "Sudah hampir 3 bulan, tapi Baby Dam belum meminum Asi sejak lahir karena ibunya pergi,” ucapnya, “Jadi, usahakan agar kandidat itu menerimanya."

"Baik, Tuan.”

"Atau... begini saja, kalau pada akhirnya orang itu tetap menolaknya, kita bisa menggunakan cara instan yang sudah pasti berhasil."

"Apa itu, Tuan?" tanya sang sekretaris optimis. 

Tuannya selalu memiliki cara untuk bisa mengendalikan orang lain termasuk membuat orang lain tunduk padanya. 

"Cari tau semua tentang perempuan itu, termasuk kelemahannya. Seperti kasus Bos Heru, jika orang ini memiliki kelemahan dalam hal finansial, kita akan tampil sebagai pahlawan."

"Bisa dimengerti."

"Saya serahkan semuanya padamu, Dik, pokoknya saya mau dia setuju dengan rencana kita."

"Baik, Tuan."

Sambungan telepon pun terputus.

Bara seketika memijit keningnya.

Sungguh sulit menjadi ayah tunggal.

Selain harus bekerja sebagai dosen dan juga mengurus usaha keluarganya, dia harus memikirkan tumbuh kembang putranya seorang diri.

Seandainya mantan istri Bara yang bekerja sebagai artis itu tak egois dan hanya memikirkan karier, serta bentuk tubuhnya–semua tentu tak akan sesulit ini. 

Hanya karena kebaikan Sang Pencipta-lah, Baby Dam dapat tumbuh baik meski tanpa asi dan minum formulasi susu kambing khusus untuknya. Namun, sebagai ayah, Bara tetap ingin meminimalisir efek negatif di kemudian hari. Sayangnya, Baby Dam sangat pilih-pilih orang.

Baru kandidat tadi yang sesuai kriteria putranya itu. Tapi, ternyata wanita itu tak langsung menerimanya..?

Dosen yang juga pengusaha muda terbaik di ibu kota itu menghela nafas panjang.

Ia terus merasa bersalah ketika mengingat bagaimana wajah polos anaknya menatapnya.

Jadi, tak peduli latar belakang atau berapapun uang yang diminta, Bara ingin kandidat itu merawat Damian! 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status