Share

5. Tak Secantik Parasnya

Untungnya ... setelah pertemuan itu, Lela berhasil menghindari Bara. Dia hanya berkomunikasi lewat chat atau email untuk mengirim dokumen revisinya.

Tampaknya, Bara juga berlaku demikian. 

Hanya saja, tepat tengah malam, Bara yang baru pulang dari kantor mampir ke kamar Baby Dam yang didesign agar diapit kamar utama yang ditempatinya dan kamar pengasuhnya.

Namun, Bara tak menyangka jika Lela tertidur di sana dengan posisi memberikan asi padanya.

'Shit...' ucapnya dalam hati.

Seketika, dia teringat bahwa mahasiswinya itu sudah menjadi ibu susu putranya.

Masalahnya ... posisi Lela miring menghadap ke pintu, sehingga sebagian dada gadis itu terlihat!

Srak!

Bara langsung melemparkan jasnya ke arah Lela sebelum mendekat untuk memindahkan Baby Dam ke keranjang bayinya. Sebisa mungkin, dia tak melihat aset mahasiswinya itu.

Sayangnya, saat ia akan mengambil Baby Dam, tiba-tiba Lela bangun. "Aaaaa!" teriaknya, kaget.

Matanya melebar dan penuh tuduhan.

"Oeeek!"

Gara-gara teriakan Lela, Baby Dam  juga ikut menangis.

Suasana tenang di kamar bayi itu seketika berubah menjadi chaos.

Beberapa pembantu yang tinggal di rumah itu sampai menghampiri kamar Baby Dam. Hanya saja, mereka pergi setelah mengetahui Tuan mereka ada di sana.

Di sisi lain, Bara memijit keningnya.

Ia hanya bermaksud untuk memindahkan Baby Dam, tapi kenapa Lela bereaksi berlebihan?

Jangan-jangan Lela mengira ia akan macam-macam?

"Ssstttt!" kode Bara pada Lela agar gadis itu tenang.

Untungnya, Lela mengerti.

Gadis itu bahkan segera menenangkan Baby Dam agar tidur lagi.

Dan ajaibnya, anaknya langsung tenang!

Jujur, Bara takjub. Tapi, sebisa mungkin dijaganya ekspresi di wajah.

Pria tampan itu bahkan memilih duduk di sofa kecil--berjauhan dari Lela yang kini berada di ranjang single milik Baby Dam.

Sepertinya, dia harus memastikan sesuatu pada gadis di hadapannya ini.

Untungnya, tak butug waktu lama Lela memindahkan Baby Dam ke keranjang bayi.

"Sudah tidur?" tanya Bara--memastikan.

"Sudah, Pak." 

Bara mengangguk puas, sebelum kembali berbicara, "Lela, saya perlu menegaskan ke kamu kalau saya gak tertarik sama kamu baik fisik ataupun non fisik. Jadi, tolong jangan berlebihan seperti tadi."

Jujur, ia merasa harga dirinya terluka karena dikira pria mesum oleh Lela!

Sebagai Dosen pembimbing, dia harusnya menjadi sosok yang karismatik dan teladan bagi mahasiswanya itu.

Dan itu tak boleh berubah!

Sementara itu, Lela langsung menunduk. "Maaf, Pak."

Ia merasa bersalah karena bereaksi seperti itu. Hanya saja, di sisi lain, bukankah ia tak salah sepenuhnya? Itu 'kan reaksi spontan dan wajar sebagai manusia jika kaget?

Hanya saja, ucapan Bara selanjutnya membuat dia kaget!

"Revisian kamu sudah betul, kamu tinggal meneruskan ke Bab selanjutnya." 

Hah?

Dari kesal, Lela rasanya ingin berteriak bahagia.

Jika tidak di depan Bara, pasti Lela akan guling-guling di kasur untuk mengekspresikan perasannya saat ini.

Dia tak menyangka akhirnya bisa di titik mencapai standar Bara...!

"Terima kasih banyak Pak, akan saya lakukan," ucap Lela pada akhirnya.

Bara hanya mengangguk santai, lalu beranjak untuk melihat anaknya.

Pria itu mencium kening Baby Dam sejenak sebelum pergi ke arah pintu keluar.

Hanya saja, sebelum benar-benar meninggalkan anak dan ibu susunya itu, Bara menoleh ke arah Lela dan berkata, "Saya ingin anak saya bebas dari radiasi. Jadi jangan sampai kamu bawa laptop atau main HP di ruangan ini."

"Mengerti?" tegasnya.

"Baik, Pak." Lela langsung mengangguk tanpa bantahan. Toh, ia juga bukan orang yang gila gadget, sehingga syarat itu bukanlah beban baginya.

Tak lama, Lela pun kembali memastikan bayi tampan kesayangannya, lalu kembali ke kamarnya.

Dia baru terbangun untuk salat subuh.

Setelahnya, dia pergi ke kamar Baby Dam. 

Memang, Lela akan mengurus bayi tampan itu sampai Bi Tati datang ke rumah. Setelahnya, Lela diberi waktu entah ke kampus atau mengerjakan skripsi di kamarnya.

Hanya saja, jika Lela di rumah, Baby Dam bisa kapan saja mencarinya untuk meminum Asi atau hanya sekedar rindu padanya.

Sejujurnya, Lela sudah mirip seperti ibunya Baby Dam....

Kebetulan, bayi itu selalu bangun jam 5 pagi.

Jadi, Lela pun langsung menyusuinya. Hanya saja, begitu selesai, tiba-tiba terdengar seorang perempuan berdebat dengan Bara dari arah pintu utama mansion.

"Harusnya kebun kopi di Tangerang itu punyaku!" tuntutnya pada Bara, "jadi, berikan hakku!"

"Bagian kamu udah selesai diproses. Bahkan, itu lebih dari yang sebenarnya."

Percakapan itu tampak memanas.

Lela sontak membawa Baby Dam ke taman samping ruang tamu untuk mengintip bersama Bi Tati.

"Siapa Bi?" tanya Lela bisik-bisik.

"Ibunya Baby Dam."

Segera, gadis itu mengamati wanita yang sedang berdebat dengan Bara.

Diakuinya ibu Baby Dam sangat cantik. Bahkan, lebih cantik daripada fotonya!

Akan tetapi, mendengar perdebatan mereka, Lela jadi tak yakin kalau wanita itu memiliki hati secantik wajahnya..... apalagi melihat enyataan bahwa Baby Dam juga menjadi korban dari keegoisannya.

Demi keamanan telinga bayi tampan di pelukannya, Lela lantas membawanya ke kamar.

Kasihan kalau bayi sekecil itu harus menerima suara buruk sejak dini, kan?

"Abububu...bu?" oceh Baby Dam menunjukkan boneka robotnya begitu tiba di kamar.

Bocah itu sepertinya ingin bermain itu.


Lela pun menanggapi dengan riang, "Iya, Sayang."

Ditemaninya bayi itu bermain sembari sesekali mengecek lembaran hvs yang sudah berisi jurnal-jurnal referensi skripsinya.

Lela memang sengaja mencetaknya di sana untuk menghindari radiasi bagi Baby Dam sesuai perintah sang dosen.

Semoga saja, nanti ia bisa mengerjakan Bab selanjutnya tanpa kendala.

Jujur, dia ia sudah lelah karena skripsinya, tidak maju-maju.

Hanya saja, konsentrasi Lela terpecah kala pintu kamar Baby Dam dibuka mendadak.

Tak hanya itu, sosok cantik yang tadi ia lihat di lantai dasar masuk ke ruangan itu!

Deg!


"Ha...hallo, Nyonya?" ucap Lela, bingung. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status