Share

Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak
Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak
Penulis: Vie Junaeni

Bab 1 - Gadis Di Pinggir Sungai

Di sebuah hutan kota dekat sungai, gadis cantik dengan tinggi 165 cm melangkah terseok mengarah ke pinggiran sungai. Gadis bernama Laila tampak kebingungan. Ia mencari sang nenek yang tak bisa ia jumpai. Terakhir yang ia ingat adalah, ia bersama neneknya.

Terdengar gemerisik daun kering yang seolah terinjak berulang kali. Laila menoleh ke arah suara tersebut. Bulu kuduknya meremang, tubuhnya gemetar saat ia jumpai sosok menakutkan di balik bungkusan putih yang fenomenal itu. Hantu yang biasa disebut, pocong.

“Aaaaaa...!!! Pergi! Pergi! jangan deket-deket sama aku! pergi...!" Laila membentak sosok pocong yang menghampirinya kala itu.

Tatapan Laila semakin terbelalak dengan rasa takut yang semakin menyeruak. Bukan hanya sosok hantu pocong yang ia dapati kala itu. Ada sosok hantu perempuan lain yang memakai terusan panjang, putih, dan lusuh. Ia menyisir rambut awut-awutannya yang gimbal dan mengembang, serta panjang sampai bokongnya. Hantu wanita itu tertawa cekikikan di samping pocong tadi.

"Hantu baru tuh, biasa lah masih panik," ucap sosok kuntilanak itu di samping si pocong.

"Hahaha, iya ya Say… dulu juga aku gitu. Aku panik pas tau aku dibungkus dan lompat - lompat macam begini, hihihihi.” Pocong itu tertawa melengking.

"Eh, Cong! Itu ketawa ala aku tau! Kamu gak boleh meniru aku! Nih, image aku itu ketawa cekikikan kayak gitu," ucap si kuntilanak dengan gemasnya menarik ikatan kepala si pocong.

Mendengar perdebatan kedua hantu itu, Laila malah jengkel. Ia memberanikan diri untuk membentak kedua hantu di depannya.

"Heh, bisa pada diem gak sih! Alam kalian tuh beda sama saya! Jadi jauh-jauh sana!" Laila mencoba mengusir para hantu tersebut.

"Hihihihi, siapa yang bilang alam kita beda, Say? Alam kita udah sama ih! Nah, situ lupa ya? Makanya ngaca tuh sana!" ucap si Kunti.

"Apa maksudnya, ya? Alam kita sama?”

Laila lalu membatin sejenak, ‘Hah, masa iya alam aku sama sih dengan mereka.’ Ia mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

Laila akhirnya memberanikan diri melihat dirinya di permukaan air sungai yang dekat dengannya. Gadis itu tersentak kala melihat sosok perempuan berambut panjang sepunggung mengenakan gaun hitam dan membawa seikat bunga di tangan kirinya. Bunga yang sama yang ia baru sadari juga berada di tangannya. Wajah perempuan yang dia lihat itu terluka parah di bagian kirinya dan masih mengeluarkan darah. Semakin ia perhatikan, wajah perempuan itu rupanya mirip dengannya.

"Hah? Apa iya itu aku? Gak mungkin, gak mungkin banget kalau aku penuh luka kayak gitu. Lalu, kenapa aku gak ngerasa sakit sedikit pun kalau aku emang lagi terluka? Gak mungkin, ini gak mungkin!" seru Laila berkali-kali menyangkal.

"Eh, Cyiiin! Asal tau aja ya jelas aja gak sakit, kan kamu udah jadi hantu. So welcome to the club, Cyin…," ucap si hantu kuntilanak itu.

"Aku hantu?" Laila menunjuk dirinya sendiri.

"Tepatnya kamu itu hantu kuntilanak seperti aku. Ya, cuma gaun kita aja sih tampak beda, hihihihihi … tapi cantiknya sama, kok,” kata si Kunti dengan tawa cekikikannya yang khas.

"Tapi, Say… cantik dia lah ke mana-mana," sahut si pocong menunjuk ke arah Laila.

Hantu kuntilanak tadi melotot dan menarik ikatan pocong kawannya itu.

Sekali lagi Laila mengamati dirinya di permukaan air. Buliran yang basah jatuh di pipinya. Namun perlahan ia menyadari kalau buliran tersebut berwarna merah.

"TIDAAAAAAKKKK...!!!"

Teriakan Laila mengiringi dan membawanya kembali ke beberapa waktu yang lalu saat dirinya masih hidup. Dia masih ingat dengan namanya sendiri. Laila kuncoro, gadis remaja berusia 17 tahun yang baru saja lulus dari sekolah menengah atas di salah satu sekolah favorit dan termahal di kota Lurik Ayu. Sekolah milik kerabat ayahnya yang baru berjalan lima tahun.

SMA Lurik Ayu Satu itu selalu mencetak juara olimpiade sains maupun matematika mewakili kotanya. Hampir semua murid di sekolah itu mau tak mau suka tak suka harus pintar dan cepat tanggap dalam mengikuti pelajaran.

Laila yang merupakan gadis pintar nan cantik juga merupakan anak dari pengusaha batik terkaya di kotanya yang bernama Agus Kuncoro. Tuan Agus Kuncoro sendiri merupakan seorang duda keren, berparas rupawan, kaya raya dan masih muda. Karena di usianya yang menginjak 35 tahun ini, Papi Laila sudah mempunyai seratus industri batik rumahan yang bergerak di bidang pembuatan kain batik. Tuan Agus Kuncoro juga termasuk dalam lima besar orang terkaya di kota Lurik Ayu. Beliau memegang Penghargaan Pengusaha Muda yang sukses selama tiga kali berturut-turut setiap tahun.

Akan tetapi, sebelum kesuksesan itu datang, Tuan Kuncoro itu cuma berandal yang selalu menyusahkan Opa dan Omanya Laila. Saat Papinya Laila kelas tiga SMA, dia sudah membuat maminya Laila hamil di luar nikah. Sungguh aib yang memalukan bagi seluruh keluarga besar. Parahnya lagi Tuan Agus Kuncoro harus kehilangan ayahnya karena serangan jantung.

Berlanjut ke Mami Laila yang bernama Kayla Larasati. Dari hasil perbuatannya dengan Tuan Agus Kuncoro lahirlah Laila. Laila lahir setelah enam bulan pernikahan, artinya Papi Laila sudah menabung embrionya Laila selama tiga bulan lebih sebelum menikah. Tuan Kuncoro harus bertanggung jawab dan bekerja keras demi menghidupi anak dan istrinya. Pria tampan itu sukses mengembangkan industri perumahan batik milik Opa yang tadinya hanya berjumlah dua puluh, kini sudah menjadi seratus Industri perumahan beserta anak industri lainnya di pelosok kota.

Mami Kayla Larasati, sayangnya kini sudah meninggal karena mengalami kecelakaan saat Laila berusia sepuluh tahun. Lebih nahasnya lagi, hari di mana sang mami meninggal itu bertepatan dengan hari ulang tahun Laila yang ke sepuluh.

Sang mami sangat bersusah payah mencari kado sesuai keinginan Laila. Bahkan demi membawa boneka panda besar dengan tinggi satu setengah meter asli dari China untuk Laila pada hari ulang tahunnya itu, ia rela terhimpit boneka panda besar itu dalam mobilnya. Sayangnya mobil milik Nyonya Kaila mengalami pecah ban sehingga menyebabkan dia dan sang sopir terluka.

Saat terjadi kecelakaan ibunya tak bisa menghindari takdir. Saat perjalannya dari bandara sang ibu mengalami kecelakaan di ruas tol karena mobil yang dikendarainya mengalami pecah ban. Lalu mobil yang di kendarai mami dan seorang supir itu berguling jatuh ke jurang. Ibu dan sang sopir tewas seketika meninggalkan keluarga tersayang mereka saat itu juga.

Tangis kesedihan pun langsung menyeruak ditengah meriahnya pesta ulang tahun Laila saat itu kala oma Murni menerima panggilan telepon yang menjelaskan mengenai kecelakaan yang menimpa mamanya.

Laila langsung memeluk sang nenek sambil menangis sejadi-jadinya. Saat upacara pemakaman laila sering tak sadarkan diri karena tak kuat menahan kesedihannya ketika pemakaman sang ibu berlangsung.

******

Bersambung…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status