Share

Bab 5

"Apa kamu tidak mau membuat ibumu senang dalam keadaannya yang sakit?" tanya Panji pada Alina yang terdiam.

"Tapi tidak seperti ini caranya Tuan, apalah artinya jika sekarang ibu saya bahagia setelah saya akan menikah dengan tuan, akan tetapi suatu saat beliau akan tau jika semua ini adalah sebuah kebohongan yang akan terungkap nantinya!" kata Alina dengan suara yang bergetar dan airmata yang mengalir deras membasahi wajahnya yang putih mulus.

Alina tergugu membayangkan jika suatu hari nanti ibunya akan tau jika ia menjual rahimnya untuk sang majikan, apakah ibunya tidak akan merasa kecewa dengannya? Alina sangat terkejut saat Panji berusaha menarik tubuhnya ke dalam pelukanya untuk menenangkannya. Ia mencoba berontak akan tetapi ia tidak bisa melepaskan pelukan Panji sangat erat hingga ia pasrah dan menangis dalam pelukan pria yang masih berstatus majikannya.

Eheeem

Terdengar deheman dari seorang pria yang ternyata adalah paman Asep. ''Kalian baik baik saja?" tanya Paman Asep khawatir saat melihat pada pasangan muda mudik yang sedang berantem.

Alina langsung saja menghapus air matanya dan mencoba tersenyum. "Ada apa paman?" tanya Alina.

"Al, Paman pulang dulu ya, nanti Paman balik lagi," pamit Paman Asep yang kemudian masuk lagi ke dalam ruang perawatan Nina.

Alina dan Panji mengikuti Paman Asep dari belakang. Setelah di dalam paman Asep berpamitan pada Bu Nina untuk sementara pulang hanya untuk sekedar membersihkan diri dan berganti pakaian.

"Paman, tolong jangan lama ya, karena aku akan kembali lagi ke jakarta nanti jam 4 sore," kata Alina meminta pada paman Asep agar tidak lama saat pulang.

"Baiklah, Paman akan segera kembali," jawab paman Asep.

Setelah kepergian Paman Asep Alina menghampiri ranjang Bu Nina yang terlihat sedang bercanda ria dengan Panji. Entah apa yang mereka bahas.

"Al, kamu kenapa Nak? Ibu perhatiin kamu terlihat murung, ada apa, Nak?'' tanya Bu Nina dengan suara yang lembut dan menatap kedua manik mata Alina dan mencari kebohongan di sana.

Dengan tersenyum Alina menggenggam erat tangan Bu Nina, "Tidak ada apa-apa kok Bu, Ibu istirahat dulu ya biar cepat sembuh! aku akan ke kantin dulu sama Tuan Panji mencari makan siang." pamit Alina sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh lemah Bu Nina.

Setelah memastikan jika Ibunya sudah tertidur Alina keluar ruangan dengan diikuti oleh Panji dari belakang. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Alina berjalan melewati koridor rumah sakit yang terlihat rame karena merupakan jam kunjungan.

Ada rasa kesal di hati Panji akan sikap Alina yang mendiamkanya. Ingin sekali ia memarahi gadis itu dan menyeretnya ke atas ranjang untuk memberikan pelajaran manis yang tak akan pernah ia lupakan. Panji hanya bisa memperhatikan dalam diam.

******.

"Kamu masih seperti biasanya sayang, ni**at tiada duanya?" kata sang wanita pada pria yang bernama Riko

Ya wanita itu adalah Maria yang memanfaatkan waktu luangnya saat Panji sedang pergi mengantar Alina. Ia pun mengendap-endap keluar rumah tanpa sepengetahuan wanita tua yang ia sebut sebagai mertuanya.

"Kamu juga rasanya masih sama tidak ada yang beda," Sahut Maria yang mendaratkan kecupan singkat di bibir Riko. Iya lalu berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. 30 menit kemudian ia tidak selesai dan segera berganti pakaian karena ia harus segera pulang.

Riko mendekati Maria yang sedang menghias diri di depan cermin dan memeluknya dari belakang. "Jangan pulang dulu ya sayang!" pinta Riko pada Maria.

"Aku masih mau main satu kali lagi sama kamu, aku janji deh hari ini main cepet."kata Riko yang langsung mel*mat bibir Maria dengan rakusnya.

"Stop sayang, ini sudah sore aku harus segera pulang karena Panji mungkin sekarang sudah tiba di Jakarta." sahut Maria sambil membalas ci**an Riko. Dan dengan berat hati Riko pun melepaskan kepergian Maria. Iya pun segera berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Maria memang sangat pintar menyembunyikan perselingkuhannya dengan Riko, sejak 10 tahun yang lalu hingga kini. Awal pertemuan mereka saat Maria menghadiri acara fashion show dari butik langganannya yang kebetulan adalah milik sahabatnya.

Hanya Riko satu satunya pria yang tidak pernah menuntut Maria untuk mempunyai seorang anak.

Hingga Ia melakukan hal gila untuk suami yang sangat ia cintai menikahi wanita lain hanya demi untuk memiliki sebuah keturunan. Keturunan yang sangat diidam-idamkan oleh sang mertua.

Maria memacu kecepatan mobilnya lebih cepat dari biasanya karena jam sudah menunjukkan pukul 05.00 sore. Dan pastinya Panji dan Alina sudah kembali dari Surabaya. Ia juga tidak ingin jika mertuanya mengetahui skandal perselingkuhannya.

Saat sudah tiba di pintu gerbang Maria mengelakson mobil dengan sangat keras sehingga membuat dua orang satpam yang sedang berjaga di pintu gerbang terlonjak kaget saat mereka sedang menikmati secangkir kopi, salah satu diantara mereka sering sampai menyemburkan kopinya ke lantai.

"Jon, itu Nyonya Maria sudah pulang, Ayo sana cepat bukakan pintunya! Jangan sampai nanti Nyonya marah karena kita lama buka pintu gerbang." kata satpam yang bernama Udin.

Jono langsung lari tunggang langgang menuju pintu gerbang dan segera membukakan pintu untuk Nyonya Maria. Saat pintu sudah dibuka lebar Maria langsung masuk ke dalam dan memarkirkan mobilnya tepat di sebelah mobil Panji. "Panji sudah pulang?" gumam Maria mencoba bersikap sesantai mungkin. Saat masuk ke dalam rumah ia sudah disambut oleh Lisa dengan sorot mata yang tajam.

"Dari mana kamu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status