Share

20. Bukan Keinginan Pradnya

PRADNYA menggeliat di atas tempat tidurnya. Alarm ponselnya yang menyala-nyala membuat perempuan itu lantas mengerjapkan mata.

Pradnya lantas membalikkan badan, meraih ponselnya yang berada di atas nakas, kemudian mematikannya. Dia kemudian menoleh ke samping. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Antasena di sana.

Seharusnya Pradnya menuruti ucapan pria itu. Tidak menghabiskan waktu semalaman hanya untuk mengharapkan tiba-tiba Antasena kembali ke kamar mereka.

Bukankah Antasena sudah memintanya untuk tidak menunggu? Yang bodohnya perempuan itu tetap menunggunya.

Menghela napas panjang, Pradnya mengubah posisinya menjadi duduk. Dia melirik ke arah ponselnya, bahkan tidak ada pesan apapun dari pria itu.

"Astaga, Nya. Kamu berharap apa, sih?"

Bukankah perempuan itu tidak seharusnya bersikap seolah-olah semua ini nyata? Seharusnya Pradnya tahu jika semua ini sandiwara. Anehnya, dia merasa tak senang saat mendengar pria itu pergi bersama kekasihnya.

"Wajar, kan kalau Mas Sena ketemu sama Mbak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status