Share

22. Kolam Hangat

TIDAK ada yang berani bersuara setelah mendengar pertengkaran Antasena tadi. Pun begitu ketika mereka berada di dalam satu meja untuk menikmati makan malam.

Pradnya bahkan kehilangan nyalinya untuk sekadar bersuara. Meskipun dia tahu bagaimana kacaunya Antasena saat ini, perempuan itu tidak ingin mencampuri urusannya. Kecuali jika pria itu yang meminta.

"Nya…"

Pradnya lantas mengangkat wajah. "Ya Mas?"

"Maaf."

Pradnya mulai bosan mendengar ucapan 'maaf' dari bibir Antasena. Tapi dia juga sama sekali tidak berhak melarangnya. Perempuan itu tahu jika kini pria itu benar-benar kacau sekarang.

"Mas mau saya buatkan sesuatu… teh mungkin?"

Antasena menatap datar Pradnya, sebelum akhirnya dia mengangguk. "Boleh."

"Sebentar, ya."

Pradnya bangkit berdiri sembari membereskan sisa piring di meja makan, lalu melangkah menuju ke dapur untuk membuat teh di sana.

Saat perempuan itu sibuk di dapur, Bi Ummi datang menghampirinya.

"Neng, biar Bibi saja yang beresin. Neng Anya mau bikin apa?"

"Saya mau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status