Jerat Cinta Wanita Pengganti

Jerat Cinta Wanita Pengganti

By:  IKYURA  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
26Chapters
249views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Berawal dari keengganan Priya Zaneeta yang menolak untuk diajak menikah lantaran Priya sedang berada di puncak karirnya, membuat hidup seorang Senandika Antasena berubah menjadi rumit. Desakan orang tuanya, membuat Antasena semakin frustasi. Terlebih saat orangtuanya tidak merestui hubungannya dengan Priya. Sampai akhirnya tercetus ide gila dari Priya untuk mencarikan Antasena seorang perempuan yang mau dibayar untuk menjadi istri pura-puranya. Pradnya Sahira—sosok perempuan yang membutuhkan banyak uang untuk biaya pengobatan ayahnya, rela menukar hidupnya dengan berpura-pura menjadi istri pria lain dengan sebuah perjanjian. Namun apa jadinya jika Antasena melanggar perjanjian itu sendiri? Apakah Antasena bisa untuk tidak jatuh cinta dengan Pradnya sementara mereka telah melakukan kesalahan besar? Akankah Antasena segera mengakhiri hubungannya dengan Pradnya sebelum kesalahannya semakin memburuk? Atau dia justru membiarkan dirinya jatuh cinta kepada Pradnya dan meninggalkan Priya?

View More
Jerat Cinta Wanita Pengganti Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
26 Chapters
1. Ajakan Menikah
"More faster, Sen," desis Priya saat berada di bawah sana. Antasena semakin mempercepat gerakannya, mendesakkan tubuhnya semakin dalam. Membuat Priya menjeritkan namanya berulang-ulang. "I love you, Ya. I love you." Lalu dalam sekali sentakan, Antasena sudah meledak di dalam sana. Masih dengan napasnya yang terengah-engah, Antasena menarik diri. Dia turun dari tempat tidurnya untuk melepaskan pengaman yang sempat dikenakannya tadi, lalu membuangnya ke tempat sampah. Tak berselang lama pria itu sudah kembali. Naik ke atas ranjang, lalu menarik Priya ke dalam pelukannya. Untuk selama beberapa saat, ada keheningan yang mengambil alih. Bukankah seharusnya Antasena merasa lega? Namun saat pikirannya sibuk memikirkan banyak hal, pria itu justru terlihat kalut. “Kamu harus segera menikah, Sen. Kamu tahu beban yang Kakek Sandiaga limpahkan ke Papa kamu, bukan tanggung jawab yang bisa digampangkan.” “Ma…” “Kamu tahu kalau Kakekmu nggak pernah main-main, kan? Kakek hanya ingin ada orang
Read more
2. Desakan Orang Tua
ANTASENA mengayunkan langkahnya melewati ruang tamu kediaman orang tuanya. Tidak ada tanda-tanda orang yang ada di sana, lalu pria itu melangkah ke dalam dan melihat ibunya tengah termenung di taman belakang."Ma…"Shinta yang tadinya sibuk tenggelam dalam lamunannya, lantas menoleh. Perempuan itu menerbitkan senyumannya, lalu bangkit saat melihat Antasena. Tangannya meletakkan secangkir teh yang tadinya ada di atas pangkuannya, kemudian mendekati putra sulungnya."Mama lagi ngapain sendirian di sini?"Shinta tak langsung menjawab. Perempuan itu justru melontarkan pertanyaan lain kepada Antasena. "Kamu baru pulang dari kantor?""Iya, Ma.""Udah makan belum? Mau temenin Mama makan malam, Sayang?"Antasena tidak menjawab. Shinta lantas menggandeng putra sulungnya itu, mengajak pria itu menuju ruang makan. Ada beberapa hidangan yang sudah tersaji di atas meja."Satya sama Papa ke mana, Ma?""Mereka pergi ke acara gala dinner kolega bisnisnya Papa," jawab Shinta sembari mengangsurkan piri
Read more
3. Kekacauan Pradnya
"Nya?""ANYA!"Suara teguran Lyra sontak membuat Pradnya yang sejak tadi sibuk melamun, lantas mengerjap.Perempuan itu lantas menoleh, lalu terkejut saat mendapati seorang pelanggan sudah berdiri di hadapannya."Eh, maaf, Mas. Mau pesan apa?" tanya Pradnya diiringi dengan senyuman."Saya mau pesan hot americano satu.""Ada tambahan lagi, Mas? Kali aja mau ditambah croissant-nya? Ada rasa keju atau rasa coklat. Mumpung lagi promo?""Nggak, Mbak. Itu saja.""Oke. Jadi totalnya lima puluh ribu."Pria itu lantas menjulurkan selembar seratus ribuan ke arah Pradnya. "Mohon ditunggu, ya Mas. Pesanannya nanti saya antar.""Thank you, Anya," ujarnya sembari mengedipkan satu matanya ke arah Pradnya, yang dibalasnya dengan senyuman.Pradnya bergerak mendekati mesin kopi, lalu mulai membuatkan pesanan dari pelanggannya itu."Lagi mikirin apa, sih Nya?""Tau, nih Ra." Pradnya menekan tombol pada mesin kopinya sambil bersungut-sungut. "Bentar, aku anterin pesanan ini dulu, ya."Lyra mengangguk, me
Read more
4. Pertemuan Mereka
"Lo kencan sama cewek siapa lagi, Sen? Udah putus sama Priya?"Suara Yudhistira sontak membuat Antasena yang hampir saja menjangkau mobilnya, lantas menghentikan langkahnya, lalu menoleh."Rumit, D. Nyokap gue udah ngejar-ngejar gue buat nikah, sementara Priya nggak mau diajak nikah.""Alasannya?"Antasena mengedikkan bahu. "Kayak nggak tahu dia gimana aja, sih D? Gue bertahun-tahun backstreet sama dia, udah hafal gimana kelakuannya. Apalagi dia supermodel yang baru naik daun sekarang, dia nggak mau pernikahan ini menghancurkan karirnya.""Terus cewek yang mau lo temuin ini? Bukan Priya?" tanya Yudhistira memastikan.Antasena menggeleng. "Cewek yang diminta Priya untuk menggantikan posisinya di sisi gue, selagi dia fokus sama karirnya.""Fuck! Priya sejak dulu emang gila, ya? Tapi lo lebih gila karena jatuh cinta sama cewek ajaib macam dia.""Udah males gue, D. Sayangnya aja gue cinta sama dia. Gue jalan dulu." Antasena menoleh ke arah Julia. "Jul, duluan.""Hati-hati, Pak."Antasena
Read more
5. Langkah Pertama Antasena
"Heh, Babi. Mau ke mana lo jam segini udah balik kanan?"Suara vokal Bayusuta membuat Antasena yang tadinya fokus dengan ponselnya, lantas membuat langkahnya terhenti, lalu menoleh ke belakang."Gue ada acara keluarga," jawab Antasena saat melihat Bayusuta berjalan menghampirinya."Kayak udah berkeluarga aja lo, sok-sokan! Kemarin jadi ketemu sama cewek itu?""Hm-mm."Pria itu seketika membelalak. "Serius?""Iya. Tadinya ragu, cuma gue benar-benar butuh bantuan dia.""Sialan! Lo embat juga jadinya. Cakep, nggak?""Otak lo isinya selangkangan doang, Njing. Kambing digincuin juga lo bilang cantik.""Bacot lo ah! Cantik, nggak?" desak Bayusuta dengan cepat. "Percuma kalau nggak cakep, gue punya koleksi banyak dan goyangannya mantap. Kali aja lo butuh yang—""No thank you. Gue nggak segila lo, by the way." Sementara Bayusuta hanya tergelak mendengar ucapan Antasena. "Gue balik dulu.""Oke, hati-hati, Nyet."Antasena mengacungkan tangannya ke udara, dan bergegas meninggalkan gedung Diamond
Read more
6. Pertemuan Keluarga Antasena
[Mama: Jangan lupa nanti malam, Sen. Mama tunggu di rumahnya Kakek.]Antasena menghela napas panjang begitu membaca pesan dari ibunya. Pria itu menyimpan kembali ponselnya, enggan membalas pesan dari Shinta. Bersamaan dengan suara pintu yang dibuka seseorang, membuat Antasena lantas membalikkan badan, kemudian tertegun.Jeda selama beberapa saat Antasena terdiam. Tatapannya tertuju pada sosok perempuan yang saat ini tengah berdiri di samping Disha. Langkahnya agak sedikit terseok lantaran Pradnya tidak terbiasa mengenakan high heels. "Gimana, Mas?"Suara Dhisa kontan membuat Antasena mengerjap dengan cepat. Pria itu lantas bangkit berdiri, lalu berjalan mendekati mereka.“Seperti yang Mas minta tadi, saya hanya memberikan polesan natural di wajahnya. Dan sedikit menata rambutnya biar sedikit rapi saja. Saya juga menambahkan anting buat dia. Kalau menurut saya, sih nggak berlebihan, ya? Mas Sena gimana?”Pradnya menundukkan wajahnya, memindai penampilannya yang sedikit aneh menurutnya
Read more
7. Pradnya dan Keluarga Sena
"Nona Cappuccino?"Pradnya membelalakkan matanya, lalu menoleh ke arah Antasena yang kini menatapnya."Kamu… di sini?" tanyanya saat tak kunjung mendapatkan jawaban dari perempuan itu."Hai, Mas Satya. Apa kabar?" tanya Pradnya dengan gugup."Anya kenal sama Satya juga?"Pradnya menoleh ke arah Shinta, lalu mengangguk. "Iy-ya, Tante. Saya sempat ketemu sama Mas Satya sebelumnya.""Mama mau ke dalam nemuin Kakek sama Papa? Sekalian aku mau ngenalin Anya sama mereka," sahut Antasena dengan cepat."Jadi… Nona Cappuccino ini cewek baru lo, Bang?""Hm-mm. Lebih tepatnya calon istri gue," ujar Antasena meralat ucapan adiknya."Wah, apa selama ini gue nggak ada di bumi, ya? Dari supermodel terkenal, kini selera lo menurun drastis. Bukan karena Nona Cappuccino ini nggak pantas buat lo, sih. Lebih tepatnya dia terlalu lugu untuk masuk dalam daftar cewek selera lo.""Lo nggak kenal dekat gue sayangnya, Sat. Jadi kalau lo nggak tahu apa-apa soal gue, mending lo nggak usah bicara.""Hebat sekali,
Read more
8. Pertanyaan Antasena
"Jadi… kamu beneran pacarnya Abang saya, ya?"Suara vokal Satya kontan membuat Pradnya yang tadinya tengah sibuk melahap udang dan cuminya, lantas menoleh.Perempuan itu menarik tissue yang ada di atas meja untuk mengusap mulutnya, lalu mengerjap."Mas Satya…""Kamu terlihat sangat berbeda, Nona.""Panggil saya Anya saja, Mas," ujar Pradnya dengan sungkan."Well, Anya. Saya nggak nyangka kalau dunia akan sesempit ini. Saya nggak tahu kalau kamu bisa kenal sama Bang Sena."Pradnya yang tampak kebingungan menjawabnya, lantas mengangguk. "Saya juga nggak menyangka, Mas.""Sejak kapan kamu kenal Bang Sena, Nya? Setahu saya… dia dulu pacaran sama Priya?""Sekitar enam bulan belakangan ini, Mas. Tapi kalau soal Mas Sena dengan Mbak Priya, saya nggak tahu menahu."Satya mengangguk-anggukkan kepalanya sembari menyantap sate udang yang baru saja selesai dipanggang di sana. "Padahal baru besok saya rencananya mampir ke kafe kamu, Nya. Saya pengen minum americano buatan kamu lagi," kata pria it
Read more
9. Usaha Antasena
"Ayah, habis selesai cuci darah nanti Anya pengen ngomong?"Tatapan Donny tertoleh ke arah putri sulungnya. "Ada apa, Sayang?""Nanti saja. Sekarang Ayah aku antar ke dalam, ya. Aku tunggu di depan kayak biasanya."Donny tak lagi bertanya. Menuruti perkataan Pradnya, keduanya melangkah menuju ke sebuah ruangan di mana ada seorang perawat yang telah menunggu mereka di sana."Tolong ya, Sus.""Baik, Mbak Anya," balas sang suster yang telah mengenal baik Pradnya.Donny digandeng oleh seorang perawat memasuki sebuah ruangan, sementara Pradnya menunggu di taman seperti biasanya.Hemodialisis biasanya memakan waktu kurang lebih tiga sampai empat jam. Biasanya Pradnya menghabiskan waktunya di taman rumah sakit. Hanya duduk termenung, tanpa ingin melakukan apa-apa di sana. Atau sesekali perempuan itu menghabiskan waktunya dengan berbincang dengan pasien rumah sakit yang kebetulan berada di taman.Pradnya menghela napas panjang. Semenjak dia memutuskan untuk menjadi istri pura-pura Antasena, p
Read more
10. Perjalanan Menuju Jogja
"Halo, Ya? Ada apa?""Kamu jadi ke Jogja malam ini?" tanya Priya dari seberang sana."Iya," jawab Antasena dengan singkat."Sama Anya?""Hm-mm."Terdengar helaan napas dari seberang sana. "Kenapa harus ngajak Anya? Bukannya dia harus kerja?""Dia calon istriku kalau kamu lupa," ralat Antasena dengan tatapannya fokus ke depan."Calon istri pura-pura lebih tepatnya," ralat Priya dari seberang sana."Kenapa? Kamu menyesal karena telah menyodorkan Anya untuk aku jadikan istri?""Sen… well, okay. Aku tahu kalau kamu masih marah sama aku. Tapi ingat sama janji kamu, kan? Kamu nggak akan pernah jatuh cinta sama dia!"Antasena menghela napas panjang. "Apa menurutmu dengan mengajakmu menikah, itu artinya aku nggak sayang sama kamu?"Sementara Priya tidak menjawab dari seberang sana."Aku lagi di jalan. Nanti aku telepon lagi kalau sampai di sana."Tanpa menunggu jawaban dari Priya di seberang sana, Antasena sudah lebih dulu mengakhiri panggilannya.Pria itu lantas membelokkan mobilnya menuju k
Read more
DMCA.com Protection Status