Share

Jerat Hasrat Mr. Presdir
Jerat Hasrat Mr. Presdir
Penulis: Baby Yangfa

Malam Panas Bersama Pria Asing

"Ah... Ah... Ah..."

Suara desahan demi desahan terdengar dari suatu kamar hotel bintang lima. Kedua sejoli tengah bergumul dengan panas di ranjang berbagi hasrat yang sudah meninggi diantara keduanya. Pakaian mereka teronggok tak berdaya di sudut ranjang menampilkan betapa liarnya seluruh permainan ini. Padahal mereka tidak saling mengenal, namun efek alkohol yang mereka tenggak membuat kepala mereka hampir tidak bisa mengenali situasi yang menimpa diri mereka saat ini.

"Ah sakit!"

Valeria Anderson meringis saat menyadari suatu benda keras hendak memasuki inti tubuhnya dengan paksa. Pria yang berada di atas tubuhnya terlihat terkejut bukan kepalang, ia mengerutkan alisnya, "Kau masih perawan?"

Valeria hanya mengangguk kecil dengan wajah malu-malu, sejenak pria itu hanya tertegun untuk kemudian mengecupi tubuh Valeria dengan kecupan-kecupan kembali. Hasratnya sudah teramat tinggi, tidak mungkin ia berhenti di tengah-tengah saat benda keras di bawah perutnya ini minta dipuaskan dahaganya.

Valeria terhenyak saat pria itu menghisap dengan kuat kedua dadanya bersamaan dengan benda keras itu menghentak inti tubuhnya sedikit demi sedikit.

"Ah!"

Valeria berteriak kuat saat benda itu berhasil masuk seluruhnya sementara pria itu menggeram rendah merasakan miliknya yang dijepit dengan nikmat di bawah sana. Permainan pun berlanjut, pria itu menggoyangkan pinggulnya dengan perlahan diselingi kecupan-kecupan manis di sekujur tubuh Valeria. Rasa perih yang melanda inti tubuhnya seketika berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa yang pernah Valeria rasakan. Rasanya seperti melayang tiap kali hentakan demi hentakan milik pria itu memasuki inti tubuhnya berkali-kali.

"Ahh... Aku... Rasanya aku–"

"Kenapa? Kau akan keluar?"

Valeria tidak memahami istilah dan kerja tubuhnya saat ini, jadi ia hanya mengangguk kecil mendengar pertanyaan yang diajukan pria itu.

"Kalau begitu kita lakukan bersama-sama."

Permainan pria itu semakin intens membuat jeritan dan desahan Valeria semakin tidak tertahankan, tidak lama kemudian tubuh Valeria bergetar dengan diikuti sesuatu yang meledak di bawah sana. Luar biasa apa sebenarnya itu?

"Ahh...!"

"Kau sungguh luar biasa nikmat," ucap pria itu memuji.

Valeria hanya terengah, merasa terpana dengan seluruh permainan luar biasa yang baru pertama kali ia rasakan ini. Peluh pria itu bercucuran membasahi tubuh dan kulitnya yang juga basah oleh peluh yang sama. Namun, hanya beberapa menit baginya untuk mengambil nafas, tiba-tiba pria itu sudah kembali mencumbunya lalu berbisik, "Mau ronde kedua?"

****

Valeria mengerjapkan matanya saat merasakan sinar mentari masuk melalui jendela kamar. Ia mengerang kecil merasakan seluruh tubuhnya yang terasa pegal dan sakit disana-sini. Saat matanya terbuka seluruhnya, Valeria tersentak saat merasakan tangan kukuh yang berada di atasnya. Ia melirik ke arah samping hampir menyuarakan sebuah jeritan saat melihat seorang pria dengan paras yang rupawan tengah tertidur di sampingnya dengan mata terpejam sempurna.

Astaga! Apa yang sudah ia lakukan sebenarnya? Valeria mengerjap beberapa kali mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi. Potongan demi potongan ingatan erotis mulai masuk ke dalam tempurung kepalanya. Gila! Jadi semalam ia dan pria asing ini menghabiskan malam bersama? Bagaimana bisa?

Valeria berdecak kuat. Ini semua gara-gara Rionandra Mahardika, kekasihnya yang ketahuan berselingkuh dengan Lucia, adik tirinya. Padahal ia dan Rionandra sudah merencakan suatu pernikahan, namun Rionandra malah mengkhianatinya dengan begitu kejam. Kecewa dengan seluruh situasinya, Valeria mampir ke suatu bar lalu mabuk-mabukan di sana. Namun, entah bagaimana jadinya ia dan pria ini bisa menghabiskan malam bersama padahal mereka tidak saling mengenal. Sungguh sial!

Ia harus melarikan diri! Ia tidak bisa terus merenung di sini dan membuat situasi kehidupannya lebih rumit lagi. Valeria segera menyingkirkan tangan kukuh itu dengan perlahan. Sesekali ia terlihat waspada, takut-takut pria itu akan terbangun karena gerakan halusnya.

Valeria segera mengambil dressnya yang tergeletak, namun terhenyak saat melihat dress itu sudah terkoyak tidak karuan. Matanya kemudian menangkap satu kemeja yang berada di sampingnya, kemeja ini pasti milik pria itu. Tanpa berpikir panjang Valeria memakai kemeja itu dengan cepat juga heels yang tergeletak tidak jauh dari sana. Meski perih yang melanda sekitar pahanya membuat ia kesulitan berjalan, Valeria tidak peduli ia terus berjalan dengan susah payah menuju pintu keluar. Sebelum pergi, ia menatap pria itu untuk terakhir kalinya lalu bergumam, "Siapapun dirimu, smoga kita tidak akan pernah bertemu lagi."

****

"Kau sudah mencari tahu siapa wanita yang bersamaku semalam?" tanya Revan Mahendra kepada Erik, tangan kanannya. Semalam ia yang mabuk parah karena desakan ayahnya untuk segera menikah membuat ia tanpa sadar menghabiskan malam bersama seorang wanita asing. Namun sial, sebelum ia membuka mata, wanita itu sudah melarikan diri. Bukan hanya itu, wanita misterius itu membawa kemejanya begitu saja hingga ia terpaksa menghubungi Erik untuk membawakan pakaian baru. Benar-benar wanita yang berani.

"Maaf Pak, saya sudah mencari ke seluruh tempat dan juga menanyai beberapa pegawai di bar yang Bapak maksudkan, namun tidak ada siapapun yang tahu identitasnya. Sepertinya dia hanya seorang tamu awam yang baru datang ke sana."

"Sial! Jadi kita tidak tahu siapa dia sama sekali?"

"Sekali lagi saya mohon maaf Pak, saya tidak dapat mengetahuinya."

Revan berdecak kuat mendengar penuturan Erik, terlebih saat ia mengancingkan kancing leher atasnya lalu melihat jejak-jejak cakaran kecil yang berada di sana. Jejak kemerahan itu membuat kepalanya kembali teringat dengan permainan hebat mereka semalam.

Revan merasa sangat frustasi, ia bahkan tidak tahu wajah dan juga identitas wanita itu, tapi sentuhan dan suara desahannya kini selalu terbayang di benaknya. Ia benar-benar penasaran.

"Kau harus mencari identitasnya sampai dapat, Erik!" ujar Revan dengan nada tegas. Ia kembali mengangkat sebuah benda berkilauan dari atas nakas, benda yang merupakan jejak terakhir yang ditinggalkan oleh wanita itu. Sepertinya benda itu terjatuh saat pergumulan hebat mereka semalam. Wanita itu bahkan tidak sadar ia sudah meninggalkan jejak yang begitu banyak untuk Revan.

"Pemilik anting ini, kau harus menemukan pemilik anting ini. Aku tidak mau wanita itu membuat masalah dan membuat ayah mengetahui hal ini. Kau mengerti, Erik?" Lanjut Revan.

Erik hanya bisa terperangah mendengar perintah yang sangat mustahil itu, namun melihat wajah tegas Revan, Erik hanya bisa mengangguk kecil. Revan tidak suka dibantah, perintahnya adalah mandat yang tidak bisa siapapun langgar begitu saja.

"Baik Pak, saya akan berusaha menemukannya."

Sekali lagi Revan menatap benda berkilauan itu lalu bergumam kecil, "Kita harus bertemu lagi apapun yang terjadi, pencuri kecil!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status