Share

Bab 18

Bab 18

Setoran Bank

"Siapa, Mas?"

Aku bertanya pada Mas Wawan yang tengah berbicara di telepon.

Dia tak menjawabnya, mungkin penting hingga dia seperti meminta waktu. Aku yang dibuatnya penasaran, masih saja berdiri di ambang pintu. Ikut mendengarkan Mas Wawan berbicara.

Mas Wawan menutup telepon, dan menarik napas dalam, lalu membuangnya.

"Apa?" Aku berbisik pelan hingga hampir tak terdengar.

Mas Wawan keluar kamar, tanpa menjawab pertanyaanku.

"Aku lagi gak ada duit, Bu!"

Aku lega mendengar ucapan Mas Wawan. Bukannya pelit ataupun perhitungan dengan orang tua. Namun keadaan tidak memungkinkan, kami yang harus keluar uang seminggu sekali untuk membeli susu Hawa.

Belum juga beras dan kebutuhan lain.

Gaji Mas Wawan yang tidak seberapa, masih dipotong cicilan motor dan juga cicilan koperasi.

Kadang dengan terpaksa kami harus menjual emas yang aku miliki, dari cincin hingga kalung.

Miris ….Ya sangat miris, aku pikir dulu, jika sudah menikah akan lebih mudah. Tidak bekerja dan tidak per
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status