Share

03. Aku mencintaimu, Liam

"Aku mencintaimu sejak dulu. Bahkan sebelum kamu mengenal Bella," ucap Alesya parau.

Liam terdiam sejenak, detik berikutnya tertawa sinis. "Cinta? Hah! Aku menikah denganmu karena terpaksa." 

Liam mengangkat tangan menahan Alesya yang hendak mendekatinya, seakan berkata jika di antara mereka berdua harus ada jarak.

"Kamu hanya beban yang harus aku tanggung."

Alesya merasakan hatinya hancur berkeping-keping mendengar kata-kata suaminya. Ia mencoba mencari kekuatan untuk bangkit, namun Liam kembali menghujatnya.

"Kamu tidak akan bisa menjadi istri yang baik. Kamu hanya menambah penderitaan dalam hidupku."

Tak mampu menahan rasa sakit hatinya, Alesya menatapnya sambil berujar," Liam, seharusnya kamu tahu, orang yang mendonorkannya padamu itu…"

"Ada apa ini?" Bella datang mendekat, memotong ucapan Alesya dan mencoba melerai pertengkaran yang terjadi. "Alesya, kenapa kamu menangis seperti itu?"

Alesya tersenyum samar, menghapus air mata yang sedari tadi tak mau berhenti. "Kebetulan ada kamu, Bella. Aku ingin mengatakan bahwa wanita yang mendonorkan..."

"Ah, itu… Iya aku lupa jika Liam meminta bukti padaku. Jadi aku baru saja mengambil laporan terkait hasil tes kecocokan sumsum tulang belakang dan beberapa prosedur sebelum operasi yang dilakukan tiga tahun lalu. Ini berkasnya, Liam."

Bella tiba-tiba memotong kata-kata Alesya dan menyerahkan sebuah map coklat pada Liam.

Diterima dan dibuka secara kasar berkas yang diinginkan Liam itu. Semua hasil mengacu pada keberhasilan operasi dan nama pendonor adalah Bella.

Srekh.

Dengan tatapan tak acuh, Liam mengarahkan berkas itu pada Alesya yang langsung mengambilnya.

Dengan cepat Alesya mengambil dan membacanya, "Ini tidak mungkin."

"Bukti itu akurat. Apanya yang tidak mungkin? Akulah pendonornya yang berarti akulah malaikat penolongmu. Benarkan Liam?"

Liam diam tak bergeming membuat Alesya tak mengerti. "Apa ini motif yang kamu rencanakan untuk kembali mengambil hati Liam, hah?"

Mendengar cacian dari adiknya sendiri, Bella menunduk sedih, berpura pura menjadi korban disini. Bella berusaha mendapatkan simpati dari Liam yang mulai terpengaruh permainannya.

Alesya kembali mendekati Liam, menatapnya dan berharap ia tahu jika ia begitu mencintainya, bahkan ketika cintanya tak sedikitpun dibalas oleh Liam.

Selama tiga tahun ia berusaha menjadi sosok istri yang baik di hadapan Liam. Mengobati kepedihannya setelah ditinggal kakaknya dengan lelaki lain dan mengorbankan segalanya demi membuat lelaki itu bahagia kembali.

Tahu jika tindakan apapun akan sia-sia, Alesya mengusap lembut mata Liam sambil tersenyum kecil. Usapan penuh cinta, membuat Liam terbuai sesaat. Namun detik berikutnya…

“Singkirkan tanganmu dari wajahku, Alesya!"

Ucapan Liam seperti belati yang menusuk hatinya. Senyum Alesya seketika pudar, ia kemudian mundur beberapa langkah dari hadapan Liam.

Bella segera mendekati Liam, yang langsung merangkul pria itu dengan manja. Pemandangan di depannya membuat mata Alesya seketika panas. "Aku sudah mengetahui semuanya, Alesya."

Alesya mengernyit bingung, berusaha keras mencerna ucapan Liam. "A–apa maksudmu, Liam?"

"Aku menemui Dokter yang mengoperasiku tiga tahun lalu. Dia mengatakan jika wanita pendonornya adalah B-E-L-L-A."

Dieja satu persatu huruf pada nama Bella memberi ketegasan. "Ya, Bella. Kenapa kamu masih meragukannya"

"Apa?"

Liam segera pergi dengan Bella menuju parkiran mobil, meninggalkan Alesya yang masih membeku menatap kepergia dua orang itu dari hadapannya.

Sementara Liam masih belum bisa melepaskan tatapan Alesya dari pikirannya. 

Walaupun bukti-bukti sudah terpampang nyata di hadapannya, hatinya masih bimbang. Tatapan Alesya padanya begitu berbeda dari tatapan yang Bella berikan padanya.

Tangan yang semula bergelayut manja kini dihempas kasar oleh Liam membuat Bella seketika pias.

"Hentikan drama ini."

"Liam, aku sudah memberi bukti nyata padamu. Apa yang membuatmu masih meragukanku?" tanya Bella kecewa. Dia tahu betul seorang Liam tak akan mudah memaafkan siapapun yang telah menyakitinya.

Perselingkuhan adalah hal yang paling dibenci Liam. Sekalipun Bella sudah mengakui kesalahannya, tetap saja Liam belum bisa memaafkan. Goresan luka itu akan terus membekas di hati paling dalam.

"Kita bicara lagi nanti. Aku pergi dulu."

Mobil Liam melaju kencang, meninggalkan Bella yang masih terpaku atas sikap suaminya. Dulu Liam sangat memuja dirinya namun sekarang Liam begitu membencinya.

Semua memang sepadan dengan apa yang dilakukan Bella pada Liam. 

"Semua ini pasti karena Ale. Mungkin saja selama tiga tahun ini dia sudah meluluhkan hati Liam," gerutu Bella.

Di sisi lain, Tubuh Alesya merosot ke lantai, mencoba menahan rasa sakit yang mendera hatinya. Air mata mengalir deras di pipi, mencoba mencari jalan keluar dari hati yang terluka.

Liam telah memilih percaya dan pergi bersama Bella. Kakaknya itu telah berhasil menghasut Liam untuk mendengarkan omongan penuh tipu muslihatnya ketimbang percaya kebenaran dari Alesya sendiri.

Tubuh Alesya terasa lemah, tak ada tenaga yang tersisa di dalam dirinya. Apakah ini rasanya dikhianati oleh orang yang paling dicintai? Alesya menunduk, mengepalkan kedua tangannya erat-erat, mencoba menahan amarah yang mulai memuncak.

"Tidak, semua ini tak boleh terjadi," gumam Alesya sambil beranjak pergi. Ada satu tempat yang harus dikunjungi saat ini yaitu Rumah Sakit.

Butuh waktu 30 menit menuju Rumah sakit. Sampai disana Alesya langsung bergegas ke bagian resepsionis.

"Aku mencari Dokter Roy," ucap Alesya pada resepsionis.

"Maaf Nyonya, Dokter Roy baru saja mengundurkan diri. Dia membawa semua barangnya keluar Rumah Sakit barusan."

"Apa?"

"Jika tak percaya, Anda bisa pergi ke ruangan Dokter Roy untuk memastikannya," jelas resepsionis.

"Baiklah."

Alesya diantar menuju ruangan Dokter Roy. "Dokter!"

"Dokter Roy!"

Alesya berteriak, mencari di setiap sudut ruangan yang terlihat kosong tak berpenghuni. Dicari terus, berharap ada petunjuk yang bisa Alesya dapatkan namun kosong.

Alesya harus menelan pil kekecewaan. Orang satu satunya saksi kejadian tiga tahun lalu itu telah pergi. Semua terasa janggal bagi Alesya tapi dia tak bisa menemukan titik temu dari kepergian Dokter Roy.

Kenapa semua terjadi secara kebetulan? Bella tiba-tiba mendapatkan berkas yang berkata dialah pendonor sumsum tulang belakang untuk Liam. Dan sekarang, dokter Roy yang menangani operasi itu tiba-tiba pergi dari rumah sakit?

Kepergian dokter Roy yang membuat Alesya tak berdaya. Tak ada lagi yang bisa membantu Alesya. Apa jangan-jangan ini semua adalah bagian dari rencana Bella?

Alesya pun memutuskan untuk pulang. Memikirkan masalah ini membuat kepala terasa hampir pecah. 'Apa yang kamu inginkan, Bella?'

Dan untuk Liam, Alesya tak habis pikir dia bisa dengan mudah terpengaruh oleh Bella. 'Apakah rasa cinta bisa menghancurkan benteng kebencian yang telah dibangun selama tiga tahun ini?'

Alesya menghembuskan nafas kasar, dada kembang kempis, kebingungan diantara dua pilihan, menguatkan hati untuk berjuang mempertahankan cinta atau berhenti karena semua terasa sia sia.

Krekh.

Alesya masuk ke dalam Istana megah namun terasa hampa milik Roderick. Langkah kaki Alesya terhenti saat menuju lantai dua, lambat laun dia mendengar pembicaraan Bella dengan seseorang.

Merasa penasaran, Alesya mendekat lagi dan bersandar di balik pintu, memasang dengar telinganya pada pembicaraan itu.

"Semua sudah beres. Aku telah menyingkirkan Dokter Roy. Kamu tahu betapa hebatnya kekuasaanku kan? Bagiku, Liam adalah tujuan utama hidupku. Selama tiga tahun ini aku benar benar bodoh."

Bella terkekeh, membiarkan suara di seberang sana menertawakan dirinya.

"Sudahlah berhenti tertawa dan dengarkan langkahku selanjutnya. Aku akan menarik perhatian Liam kembali tapi sepertinya lelaki itu cukup sulit ditaklukan. Mungkin karena ada Alesya di sisinya. Jadi aku akan menyingkirkan Alesya terlebih dahulu."

Alesya membungkam mulutnya sendiri, sungguh tak percaya dengan ucapan Bella, kakak kandungnya sendiri.

'Sebenarnya siapa yang ditelepon Bella?'

"Alesya adalah batu kerikil yang menghalangi jalanku jadi sebaiknya aku sapu saja."

"Bella!?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status