Share

Bab 2

Vincen merasa dadanya sesak ketika melihat adegan di depan mata. Tidak ada bayangan sedikit pun dalam benaknya bahwa Lidia, sang istri tercinta, sedang bermesraan dengan pria lain. Dengan sangat intim pula!

"Lidia!" seru Vincen lantang, selagi tubuhnya bergetar penuh amarah. Berjalan masuk ke dalam rumah tersebut, menarik perhatian semua orang di ruangan itu.

Pria yang sedang bersama Lidia menoleh, menyipitkan matanya menatap Vincen yang mengenakan seragam kurir. Senyum sinis tersungging di wajahnya.

"Lidia, lihat siapa yang datang," ujar pria itu dengan suara lembut.

Lidia yang telah mabuk, wajahnya merah, tampak kesal saat pria itu menghentikan aktivitasnya. "Ada apa sih?" gerutunya. Namun begitu melihat sosok Vincen yang sudah ada di hadapannya, mata Lidia membulat kaget, "V-Vincen, kenapa kau ada di sini?!"

Meski hati hancur, cinta Vincen untuk Istrinya masih sangat kuat. Dengan langkah tegap dia menghampiri sang istri, meraih tangannya.

"Ayo kita pulang, Lidia," bisik Vincen seraya menahan rasa sakit di hatinya dan amarah yang mendalam.

Akan tetapi Lidia langsung menghempaskan tangan Vincen begitu saja, membuat Vincen terkejut.

"Tidak Vincen!"

Alis Vincen tertaut. "Apa?"

"Karena kau sudah tahu, maka aku tidak perlu menyembunyikan lagi. Lebih baik hubungan kita sampai di sini saja, aku sudah muak hidup miskin denganmu!" teriak Lidia dengan suara lantang.

Wanita itu lalu mengambil tasnya, mengeluarkan amplop besar berwarna coklat, dan melemparkannya ke wajah Vincen.

"Aku sudah menandatanganinya, jadi mulai sekarang kita resmi bercerai, Vincen Adama!" serunya dengan suara lantang. Dia pun duduk di pangkuan pria yang tengah bersamanya tadi, lalu menambahkan, "Sekarang aku sudah menemukan pria yang tepat untukku."

Vincen mengambil amplop coklat tersebut dan terlihat tulisan yang menunjukan kalau amplop tersebut berasal dari pengadilan. Tangannya bergetar.

"Lidia, ini pasti bohong kan? Kita bisa bicarakan ini baik-baik," ucap Vincen masih mencoba untuk tetap percaya dengan Lidia, air mata mulai menggenangi pelupuk matanya, menjatuhkan amplop coklat di tangannya.

"Kamu hanya sedang mabuk, jadi tidak bisa berpikir jernih! Itu alasannya kamu mengatakan semua ini. Ayo, pulang denganku sekarang," ucap Vincen lagi dengan suara bergetar. Dia memaksakan senyum, mencoba menyampaikan sebuah berita bahagia, "Aku akan segera dipromosikan dan tas mewah yang kamu mau, akan segera aku belikan."

Mendengar perkataan Vincen, Lidia tertawa terbahak-bahak. Dia beranjak dari pangkuan pria itu dan berdiri tepat di depan Vincen, menatap dengan pandangan sinis.

"Kamu pikir aku menginginkan tas itu? Asal kamu tahu saja...." Lidia meraih tangan pria yang bersamanya, lalu merangkul lengannya dengan manja, "Marko bisa membelikan apa pun yang aku mau, dimana pun dan kapan pun, tidak seperti kamu yang miskin!"

Seketika dunia Vincen terasa hancur mendengar kata-kata sang Istri, wajahnya berubah pucat. Dia masih tidak mempercayai apa yang didengarnya.

Di saat itu juga, Marko merangkul pinggang Lidia, senyum sinis melukis di wajahnya. "Kamu dengar sendiri, bukan? Wanita secantik Lidia tidak pantas mendapatkan pria miskin sepertimu, lebih baik kau terima saja kenyataan dan pergi saja dari sini," usir Marko keji.

Vincen mengepalkan tangan, menahan amarah yang mulai membuncah. "Lidia... kenapa kau tega melakukan ini padaku?" tanyanya dengan ekspresi putus asa.

"Apa masih belum jelas? Ya karena kamu miskin dan tidak berguna! Beda dari Marko!" seru Lidia seraya memeluk tangan Marko, menempelkan dadanya dengan sensual ke lengan pria tersebut.

Tahu tidak ada lagi yang perlu dibicarakan antara pasangan Suami-istri itu, Marko langsung menurunkan perintah, "siapa pun, seret dia keluar!"

Seketika, sejumlah orang berusaha menyeret Vincen keluar, tapi pria itu masih memberontak. "Lidia! jangan seperti ini padaku," pintanya.

Melihat usaha Vincen. Marko pun mendekatinya dengan langkah angkuh. "Masih tidak mau pergi?" Ia mengambil sebuah kondom dari kotak paket Vincen, lalu membukanya. "Apa kau ingin melihat kami berhubungan terlebih dahulu, sebelum pergi dari sini?" tanyanya sembari menyeringai jahat.

Vincen menggertakkan giginya, emosinya memuncak. "Brengsek kau...." Dia berusaha untuk melepaskan diri menyerang Marko. Namun, orang-orang yang menahannya langsung menyeret Vincen keluar.

"Tunggu!" seru Lidia.

Suaranya membuat seisi ruangan terdiam sejenak. Teman-teman Marko berhenti, dan Vincen yang mendengar Lidia berteriak menatap penuh harap, dia pikir istrinya berubah pikiran.

Namun, Lidia hanya memberikan amplop coklat dan surat cerai yang terjatuh di lantai kepada Vincen. "Kau melupakan ini!" tegurnya dengan suara yang lirih namun tegas.

Wajah Vincen memerah oleh rasa kecewa, malu dan hina tak terkira. Saat Vincen akhirnya dihempas keluar, salah satu teman Marko dan Lida juga melemparkan surat cerai ke wajahnya.

"Berhenti mempermalukan dirimu sendiri dan enyah dari sini!" hardik Lidia.

"Sudah miskin, bodoh pula. Malah mengantarkan kondom untuk istrinya dan pria lain!" sahut salah satu dari mereka.

"Kalau aku jadi dia, lebih baik melompat dari gedung. agar tak perlu menanggung malu seumur hidup!" timpal seorang pria lain.

Tawa dan cemoohan terus berkumandang di telinga Vincen, menusuk ke hatinya. Sampai akhirnya pintu pun terbanting menutup, saat Vincen sudah dilemparkan keluar dari rumah tersebut, meninggalkan Vincen dalam kegelapan malam yang menenggelamkan.

Di pinggir jalan tidak jauh dari Vincen mengirimkan paket tadi, tampak dia sedang duduk sambil menitikkan air matanya. Tidak dia sangka, kesetiaan dan pengorbanan yang selama ini dia lakukan untuk Lidia semuanya tidak berguna.

Memang, sedari awal bisa menikah dengan Lidia saja sudah seperti berkah baginya yang hidup sederhana selama ini. Itu alasan dia begitu menghargai sang Istri dan berusaha yang terbaik untuknya. Namun, siapa yang menyangka... wanita itu malah mengkhianatinya dengan begitu keji.

Selagi Vincen sedang meratapi nasibnya., ponselnya tiba-tiba berdering. Itu dari manajernya.

Cepat-cepat Vincen mengangkatnya. "Halo Tuan...."

"Apa kau bodoh Vincen!" maki sang manajer dengan suara memekakkan telinga. "Kenapa kau menyinggung Tuan Marko Helas?"

Vincen terdiam. Marko Helas, Marko ... itu pasti pria yang tadi bersama dengan Lidia. Pria yang memesan paket dari tempatnya bekerja.

"Tuan, saya bisa menjelas—"

"Tutu mulutmu!" potong sang manajer dengan marah. "Aku tidak peduli omong kosongmu, mulai hari ini kau dipecat!"

Mata Vincen membelalak. "T-Tuan, tolong, saya bisa ...." Vincen baru saja akan menjelaskan, tapi panggilan sudah dimatikan oleh manajer.

"Argh!" Vincen berteriak marah dan frustasi, berniat membanting ponselnya. Namun, Vincen tahu tindakan konyol itu hanya akan merugikannya, jadi dia menahan diri dan kembali duduk di pinggir jalan.

"Sial...," gerutu Vincen seraya menutup wajah dengan kedua tangannya.

Sekarang Vincen sadar. Semua sepertinya sudah direncanakan oleh Marko. Dia tahu identitas Vincen untuk mengantar paket tersebut ke tempatnya. Sampai di sana ... Vincen pun terpaksa melihat perselingkuhan istrinya dengan Marko.

"Bajingan!" Vincen mengepalkan tangannya, lalu berdiri. Dia menatap rumah Marko sebentar, sebelum akhirnya menghampiri motornya dan pergi dari tempat tersebut dengan wajah putus asa.

Saat Vincen sampai disebuah jalanan sepi, motornya yang selama ini menjadi teman kerjanya tiba-tiba mogok.

"Argh, sial, sial, sial!" gerutu Vincen kesal. Dia mendongak ke atas. "Tuhan! apakah Engkau tidak bisa memberikanku kebahagiaan sejati?!" serunya lantang sambil menitikkan air mata.

Saat Vincen sedang meratapi nasibnya sendiri, tiba-tiba sebuah mobil Rolls-Royce berhenti tepat di depan motornya.

Vincen yang sedang kesal Menggertakan giginya dan menoleh, "Apa lagi sekarang, apa dia juga akan menghinaku?" gerutunya kesal sembari turun menatap tajam ke mobil tersebut.

Namun, tiba-tiba sopir turun dari mobil dan membukakan pintu untuk seorang pria sepuh. Pria sepuh itu keluar dengan tongkat dengan ukiran Naga, tubuhnya dibalut jas mewah, menunjukkan identitas yang tidak biasa.

Vincen yang melihat hal itu mengerutkan kening, sebelum akhirnya dia membelalakkan mata terkejut, mengenali pria tua tersebut.

Pria tua itu berjalan menghampiri Vincen, berdiri dihadapannya, lantas bertanya, "Apa kau akan terus bersembunyi, Vincenzo Clark Adama?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status