Share

Kebangkitan Pewaris Tertindas
Kebangkitan Pewaris Tertindas
Penulis: Pein

Bab 1

Vincen Adama, baru saja kembali dari mengantarkan paket dengan kemeja yang basah oleh keringat. Meski lelah, ia tetap terlihat bersemangat.

"Vincen! Aku ingin kamu segera mengirimkan paket ini!" Manajer meninggikan suaranya, dia tidak peduli jika Vincen baru saja kembali dan masih basah kuyup oleh keringat.

"Baik Pak," jawab Vincen langsung, walau dia lelah tetapi berusaha untuk tetap produktif.

"Paket ini untuk pelanggan VIP, jika kamu bisa memuaskan mereka, aku akan mempertimbangkan untuk memberi kamu promosi!" Kata manajer itu sambil menyerahkan sebuah kotak paket.

Mata Vincen berbinar dan dipenuhi harapan. "Anda yakin Pak?" tanyanya memastikan.

“Tentu saja! Kapan aku pernah berbohong padamu?” Manajer itu menjawab sambil tersenyum.

"Terima kasih Pak!" ucap Vincen bersemangat, lalu bergegas mengantarkan paket tersebut. Meski baru kembali, dia tetap ingin menjalankan perintah dengan baik.

Dalam hatinya, Vincen tidak peduli dengan promosi. Alasan antusiasmenya adalah karena setelah dipromosikan, ia dapat membeli tas bermerek untuk istrinya lebih cepat dari yang ia rencanakan.

Vincen memang sangat mencintai Lidia, sang Istri yang di nikahinya setelah menjalin asmara selama mereka menjalani studi bersama di sebuah Universitas.

Selama lima tahun kuliah bersama, Vincen sadar betul, Lidia adalah seorang sosialita, dia menyukai merek-merek fashion ternama dan memiliki teman-teman dengan kehidupan Glamor.

Namun, Vincen tidak mempermasalahkan hal tersebut, dia berusaha memberikan apa pun yang Lidia mau. Bahkan Vincen rela memberikan seluruh gajinya kepada sang Istri setelah mereka menikah, agar Lidia bisa terus bergaul dengan teman-teman sosialitanya.

Perlakuan Vincen jelas membuat Lidia merasa nyaman, sehingga tanpa memikirkan rasa cinta yang sebenarnya, dia pun mau menikahi Vincen.

Memikirkan bagaimana dirinya bisa membuat Lidia bahagia. Vincen begitu bersemangat, bergegas menuju alamat yang tertera di paket.

Tak lama, tepatnya saat senja perlahan turun di cakrawala, dia telah memasuki lingkungan tempat tinggal semua orang kaya di kota.

Ketika Vincen sudah tiba di tempat tujuannya, ia segera membunyikan bel pintu rumah. Suara subwoofer samar terdengar dari dalam.

Pasti menyenangkan menjadi kaya, berpesta sepanjang hari tanpa mempedulikan dunia. Pikir Vincen dalam hati saat mendengar suara bising di dalam rumah tersebut.

Sadar melamun, Vincen dengan cepat menghilangkan pemikiran itu dan mengetuk pintu. "Paket!" serunya lantang.

Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan seorang wanita muncul dengan segelas wine di tangannya. raut wajah wanita itu terlihat senang sekaligus sinis, sedangkan pipinya memerah karena pengaruh alkohol.

“Akhirnya, Vincen Adama telah tiba!” serunya sambil tersenyum sinis.

Vincen terkejut saat mengenali wanita yang ternyata adalah Sarah, salah satu teman istrinya. Dia ingat jelas wanita ini pernah beberapa kali menjemput Istrinya untuk pergi jalan.

Walau bingung mengenai alasan kenapa Sarah ada di sana, tapi Vincen tetap fokus pada tugasnya dan mempertahankan sikap profesional. Semua demi ulasan baik dari pelanggannya!

“Selamat malam Nona. Ini paketnya,” ucap Vincen sopan seraya mengulurkan kotak paket di tangan.

Wanita itu memandang Vincen dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kemudian, terlihat senyuman mencemooh terlukis di wajahnya.

"Sungguh menggelikan," maki Sarah dengan ekspresi mengejek. "Hanya seorang kurir seperti ini, bagaimana mungkin istrimu bisa menyombongkan diri, bahwa kamu akan membelikannya tas edisi terbatas untuknya?"

Mendengar ucapan tajam wanita itu, Vincen hanya bisa menghela nafas. Hal seperti ini tidak jarang terjadi, terutama karena mayoritas teman-teman istrinya kaya, jadi memang mereka sering mengolok-olok pekerjaannya.

"Nona, mohon tanda tangan di sini," ucap Vincen, mengabaikan ejekan tersebut. Dia tahu tidak boleh mencampurkan perasaan pribadi dan pekerjaannya.

Sayangnya, saat Vincen meminta tanda tangan sekaligus bayaran, wanita itu semakin gencar menggodanya.

“Apakah kamu tidak penasaran dengan apa yang ada di dalam paket ini?” Sarah bertanya dengan senyum nakal di wajahnya.

Vincen masih berusaha menjaga sikap profesionalnya sambil menarik napas dalam-dalam dan menyerahkan paket kepada wanita itu.

Vincen menarik napas dalam-dalam, berusaha sabar dan sekali lagi mencoba menyerahkan paket kepada wanita itu. "Silahkan terima paketnya Non—!"

Tepat saat Vincen memberikan paket tersebut kepada sang wanita, tangan Vincen tanpa sengaja menyenggol gelas wine di tangan si wanita. Seketika, isi dalam gelas tumpah ke gaun mewah wanita itu.

"Argh! Sial, tahukah kamu berapa harga gaun ini?!" bentak wanita itu, amarah membara di matanya saat dia menatap gaunnya yang basah oleh Wine.

“M-Maaf Nona, saya akan bertanggung jawab penuh. Saya akan menggantinya dengan yang baru, saya janji.” Vincen berkata dengan suara gemetar.

Kacau! Kalau masalah ini berakhir dengan ulasan satu bintang, bisa gagal kesempatan Vincen untuk dipromosikan!

"Menggantinya? Tahukah kamu berapa harga gaun ini?! Bahkan gaji tahunanmu pun tidak akan cukup untuk membelinya!" bentak wanita itu sekali lagi, matanya menatap tajam ke arahnya, menambah rasa takut yang menyelimuti hati pria tersebut.

Saat menyadari keributan di luar, beberapa wanita yang berada di dalam langsung bergegas keluar.

"Ada apa, Sarah?" tanya salah seorang wanita.

"Ya ampun! Gaunmu rusak!" seru wanita satunya, matanya terbuka lebar.

“Orang bodoh ini menumpahkan anggur ke bajuku!” Sarah menunjuk ke arah Vincen sambil menunjukkan wajah kesal bercampur sedih yang rumit, agar teman-temannya merasa iba.

Tatapan mata kedua teman Sarah tertuju pada Vincen, bersiap marah. Namun, mereka lebih terkejut saat mengenalinya, sang menantu rendahan di keluarga Adama!

"Astaga! Ternyata menantu tak berguna keluarga Adama!?" seru salah satu teman Sarah. "Pantas! Sudah miskin, ternyata dia bodoh juga?!," imbuhnya, sambil menyilangkan tangan di depan dada.

"Pria tidak berguna ini tidak mungkin memberikan kompensasi atas pakaianmu, meskipun dia bekerja seumur hidupnya," timpal teman satunya.

Di tengah gempuran makian, Vincen tetap berusaha bersabar. Dia tahu akan sangat beresiko jika berhadapan dengan wanita-wanita kaya itu.

"Nona, saya akan berusaha menggantinya, bahkan bila harus mencicil, percayalah...," jelas Vincen.

Sarah naik pitam, merasa Vincen meremehkan gaunnya dengan mengatakan 'cicil'. "Cicil katamu? Memang aku bersedia menunggumu, hah?!" Terprovokasi, Sarah langsung meraih gelas wine salah seorang temannya dan menyiramkan isinya ke kepala Vincen. "Dasar rendahan, pantas saja Lidia lebih suka tidur sama laki-laki lain demi mendapatkan uang. Atau jangan-jangan kamu juga impoten?!"

Mendengar ucapan Sarah, Vincen seketika membeku. Dia yang awalnya berniat mempertahankan sikap profesionalnya, bahkan setelah disiram oleh Wine seperti itu, sekarang berubah dingin.

"Kamu bilang apa?" tanya Vincen dengan tangan mengepal. "Jangan bicara sembarangan mengenai Istriku," peringat pria itu dengan wajah menggelap.

Mendengar itu Sarah tersenyum sinis. "Oh, kamu tidak tahu?" Dia pun meraih paket itu dan membuka isinya. Sejumlah kondom terlihat, membuat Vincen mengerutkan kening, tak mengerti apa yang wanita itu ingin lakukan. "Benda ini bukan dipesan olehku, tapi Istrimu!"

Sarah memiringkan tubuhnya, membuat Vincen bisa melihat ke dalam dengan jelas, hingga tatapan matanya tertuju pada pasangan di sudut ruangan.

Seketika, tubuh Vincen membeku. Matanya membesar saat melihat sepasang pria dan wanita sedang berpelukan mesra di sudut ruangan. Mencumbu dan mengeksplorasi satu sama lain dengan penuh semangat dan gairah. Tak sedikit pun keduanya memedulikan kehadiran orang-orang di sekitar ruang pesta.

Jantung Vincen seperti berhenti. Dia yakin mengenali wanita yang sedang bersama pria itu, bahkan sangat mengenalinya.

Dengan ekspresi terluka dan tangan mengepal kuat, Vincen menyebut satu nama. "L-Lidia....?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status