Share

Bab 3

Rizki hanya membawanya ke kamar mandi lalu pergi.

Alya terus menundukkan kepalanya di depan Rizki. Setelah Rizki pergi, barulah dia mengangkat kepalanya dan mengelap air mata di wajahnya dengan tangan.

Beberapa saat kemudian.

Alya mengunci pintu kamar mandi, lalu mengeluarkan laporan kehamilan yang diberikan rumah sakit dari sakunya.

Laporan tersebut sudah basah terkena hujan, tulisan di atasnya pun sudah menjadi kabur.

Awalnya dia berencana mengejutkan suaminya dengan ini, tetapi sekarang tampaknya itu tidak perlu.

Sebagai wanita yang telah menjadi pasangan Rizki selama 2 tahun, mana mungkin dia tidak tahu kalau Rizki adalah seseorang yang selalu memegang ponselnya.

Namun, Rizki sendiri tidak mungkin sengaja mengiriminya pesan yang menyuruhnya datang hanya untuk menyuruhnya pulang kembali. Rizki tidak sekanak-kanakan itu.

Pasti ada seseorang yang mengambil ponsel Rizki. Orang itu menggunakannya untuk mengirim pesan tersebut dan menjadikan Alya bahan lelucon.

Saat dia menunggu di lantai bawah sambil memegang payung, mungkin saja di lantai atas ada sekelompok orang yang menertawainya.

Alya menatap laporan kehamilannya dengan cukup lama. Setelah mentertawakan dirinya sendiri, dia perlahan merobeknya.

Setengah jam kemudian.

Alya dengan tenang berjalan keluar dari kamar mandi.

Rizki duduk di sofa dengan kaki panjangnya yang beristirahat di lantai. Di depannya terdapat sebuah laptop, tampaknya dia sedang bekerja.

Melihat Alya keluar dari kamar mandi, dia menunjuk semangkuk sup jahe di sampingnya.

"Makan sup jahenya."

"Ya."

Alya pun mengambil sup jahe itu, tetapi dia tidak memakannya dan malah memanggil nama suaminya.

"Rizki."

"Apa?" Nada bicaranya tak acuh dan pandangannya masih terfokus pada layar.

Alya menatap wajah Rizki yang sempurna, bibir pucat pria itu sedikit bergerak.

Rizki pun tidak sabar dan mendongak. Saat ini, pandangan mereka bertemu.

Setelah mandi, kulit Alya tampak lembut dan kemerahan, bibirnya juga tidak sepucat tadi. Namun, karena kehujanan, hari ini dia tampak kurang sehat. Wanita ini terasa begitu rapuh.

Hanya dengan satu lirikan, sebuah hasrat tertentu bangkit dalam diri Rizki.

Pikiran Alya sedang terlalu rumit, sehingga dia sama sekali tidak menyadari emosi Rizki. Sebaliknya, dia sedang memikirkan apa yang ingin dia katakan.

Akhirnya dia mengumpulkan keberanian dan membuka mulutnya, "Kamu ... ah."

Bibir pucatnya baru saja terbuka, tetapi Rizki seolah-olah tidak bisa menahan diri dan segera memegang dagunya untuk menciumnya.

Jari kasar pria itu segera membuat kulitnya memerah.

Napas Rizki panas seperti bola api, Alya hampir tidak bisa bernapas karena ciumannya. Ketika dia hendak mendorongnya, ponsel Rizki yang diletakkan di atas meja tiba-tiba berbunyi.

Tubuh pria itu membeku, seketika gairahnya pun memudar. Setelah beberapa saat pria itu akhirnya bangun. Dia merasa tidak puas dan mengecup ujung bibir Alya lagi.

Dengan suaranya yang serak dia berkata, "Makan sup jahenya, lalu tidurlah lebih awal."

Setelah itu dia berdiri dan membawa ponselnya keluar.

Dia sedang membuat panggilan telepon.

Pintu balkonnya ditutup.

Alya masih merasa agak linglung setelah dicium. Dia duduk sebentar sebelum akhirnya berdiri.

Namun, dia tidak pergi ke kamar tidur dan malah berjalan ke dekat balkon.

Pintu kacanya hanya setengah tertutup, membiarkan angin malam yang sejuk memasuki ruangan bersama dengan suara Rizki.

"Ya, aku nggak akan pergi."

"Apa maksudmu? Menurutlah dan pergi tidur."

Suara Rizki begitu lembut bagaikan angin.

Alya berdiri di sana sambil mendengarkan, lalu dia tertawa dengan lemah.

Ternyata pria itu juga bisa selembut ini. Sayangnya, yang menerima kelembutan itu bukanlah dirinya.

Alya pun berbalik dan masuk ke kamar tidur. Dia hanya duduk di tepi tempat tidur dengan wajah tanpa ekspresi.

Sebenarnya, pernikahan mereka adalah sebuah kesalahan dan hanya sebuah transaksi.

Dua tahun yang lalu, Keluarga Kartika mengalami kebangkrutan. Dalam satu malam, dia menjadi bahan tertawaan seluruh Kota Suryaloka.

Keluarga Kartika dulunya amat terkemuka dan memiliki banyak musuh. Setelah kejatuhan mereka, banyak orang yang ingin menertawai mereka.

Beberapa orang bahkan terang-terangan berkata, "Dia bisa membayarkan utang Keluarga Kartika, tentu saja, asalkan Nona Besar Keluarga Kartika mau menyerahkan dirinya pada pria itu."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kemampuan si alya cuma mengangkang!! bagaimana bisa seorang berassl dari keluarga kaya raya walaupun kemudian bangkrut bisa tolol dan sedungu ini. panyas aja jadi bahan lelucon.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status