Share

Mobil di Rumah Susi

Aku makin kesal dengan kesombongan dan keangkuhan Dilla. Ia pikir hanya dirinya yang berpendidikan. Walau seorang TKW, aku murid berprestasi sejak Sekolah Dasar sampai SMA. Dilla benar-benar mengejekku.

"Iya, memang apa yang salah dengan TKW?"

"Nggak ada sih, salahnya cuma jadi pembantu kok," ia terkekeh.

Astaghfirullah ia mengejekku. Karena tak tahan diejek, aku mengajak anak-anak untuk langsung pulang tanpa memberitahukan Kang Rahman.

"Anak-anak, ayo kita pulang saja!" Mereka sedang bermain di area berbeda dengan Kang Rahman.

Kulihat ia sedang serius membaca diary itu. Lebih baik kutinggal saja, nanti tinggal aku kirimkan pesan.

Saat aku beranjak, kulihat ke belakang, Dilla sedang memegangi ponsel Kang Rahman. Ya, tadi ponselnya ia simpan begitu saja di meja. Perempuan itu memang tak punya adab. Mudah-mudahan aku tak bertemu lagi dengannya.

***

Hari ini, warungku kembali ramai. Kami menyediakan seratus porsi dan semuanya habis.

"Alhamdulillah ya sudah habis semua, Bi," ucapku pada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status