Share

Kembalinya Mama Muda Kaya Raya
Kembalinya Mama Muda Kaya Raya
Author: Ayu fatma

Thea Perterpeon

Suara ketukan pintu terdengar membuat Thea harus terbangun dari tidurnya, dengan perasaan kesal gadis yang telah melewati masa remaja itu membukakan pintu dengan kasar. Sepasang matanya langsung menangkap seorang gadis yang berusia sebaya dengannya.

"Hai kakak," sapanya. "Oh hai, Dira. Mengapa kau kemari?" tanya Thea. Kedatangan Dira sungguh tak biasa baginya. Meskipun tidak bermusuhan, biasanya mereka akan bertingkah tidak mengenal satu sama lain. Kedatangan Dira pada kamar Thea bukanlah hal yang dapat diduga.

"Apakah salah jika aku mengunjungi sepupuku?" tanya Dira dengan kedua bahu terangkat. Kemudian tanpa persetujuan dari pemilik ruangan terlebih dahulu, Dira menerobos masuk ke dalam kamar Thea.

Thea hanya bisa menghembuskan napas kasar saat merasakan Dira melewatinya, usia dan perilaku gadis itu tidaklah seimbang.

Thea Berbalik, kepalanya berdenyut sakit saat melihat Dira tengah mengacak-acak isi lemari miliknya, entah apa yang sedang gadis itu cari. Saat Thea hendak melangkahkan kaki untuk menghampiri Dira, sepupunya itu berbalik ke arahnya.

Tangan Dira memegang sebuah gaun berwarna merah maroon."Kak, apa kau mau menemaniku?" tanyanya dengan senyum yang merekah. Tangan Dira masih setia memegangi gaun kepunyaan Thea.

"Ke mana?" sahut Thea, lalu melangkahkan kakinya ke arah sofa yang diikuti langsung oleh Dira.

"Kakak temanku merayakan acara ulang tahun, bisakah kau datang bersamaku ke sana?" tanyanya dengan raut wajah penuh pengharapan, Thea berdecak tak suka.

"Bukankah kau memiliki banyak teman?" Alis kanan Thea terangkat ke atas, merupakan hal yang sangat aneh bahwa wanita sosialita seperti Dira tak memiliki teman untuk diajak ke pesta.

"Demi apa, mereka semua sok sibuk ... kumohon ikut denganku kak!" rayunya. Kedua tangan Dira dikatupkan, memohon. Thea merasa jengah, jika dia tak segera mengiakan perkataan Dira, entah sampai kapan gadis itu akan terus meminta.

"Ya, baiklah!" jawab Thea, lalu mengalihkan matanya dari tatapan Dira yang terus berbinar. Senyum Dira merekah lebar, "Serius?" tanya Dira seakan tak percaya.

"Karena kau telah setuju, bisakah kau memakai gaun ini saat datang ke pesta?" tanyanya sambil menunjukan gaun milik Thea yang telah dipegangnya sedari tadi, Thea hanya melirik sekilas lalu berdehem singkat, sebagai tanda persetujuan.

"Cepatlah bersiap, kita akan berangkat saat jam menunjukkan pukul 19.00!" pinta Dira. Thea melirik jam tangannya kemudian berucap, "Bukankah masih lama, sekarang baru pukul 17:00," sanggah Thea. Terlalu dini untuk bersiap!

Sejenak, raut wajah Dira yang awalnya cerah berubah masam, "Ayolah kak, seorang gadis membutuhkan banyak waktu untuk bersiap!" serunya enteng membuat Thea hampir menganga lebar. Ini masih tersisa tiga jam lagi sebelum waktu berangkat!

"Terserah!" Thea mengalihkan pandangan, Dira yang mendengar Thea mengatakan itu lantas mendengus kesal, dengan kaki yang di hentakan Dira meninggalkan kamar Thea. Gadis dengan pinggul lebar itu tak melirik ke arah Thea sedikitpun saat meninggalkan ruangan.

Pikiran Thea melayang, tak seperti biasanya Dira bersikap seperti itu. Tetapi sudahlah, bahkan jika Dira merencanakan sesuatu yang membuatnya mati, Thea yakin tidak akan ada anggota keluarganya yang peduli.

•••

18:30

Setelah selesai dengan riasan pada wajahnya, Thea bercermin menatap lekat gaun berwarna merah yang telah terpasang dengan indah di tubuhnya. Gaun merah maroon dengan potongan dada rendah terasa sangat cocok pada bentuk tubuh Thea yang menonjol.

Gaun itu memiliki renda transparan dari leher sampai sikunya, mempertegas bagian dada. Thea berdecak tak nyaman, memakai sebuah pakaian yang menonjolkan bagian-bagian tubuhnya bukanlah sebuah hal yang disukai oleh Thea.

Sembari menatap cermin yang memantulkan dirinya, Thea Perterpeon, gadis berkulit putih dengan rambut bergelombang sepinggang itu berdecak, baru sekarang ia menyesal karena menyetujui permintaan Dira. Meminta pembatalan janjipun sudah terlalu terlambat, Dira pasti tengah menunggunya sekarang.

Saat ia berjalan menuruni tangga pandangannya menangkap Dira telah siap dress putih ketat dengan belahan paha lebar, mempertegas bentuk tubuhnya. Beberapa perhiasan seperti kalung dan gelang juga melengkapi penampilan Dira yang glamor.

Thea berjalan menghampiri Dira, tak memperdulikan tatapan tajam dari anggota keluarga lain yang berada di sekitarnya. "Lihatlah pakaiannya, seperti haus dengan belaian!" cibir Diego, cucu kesayangan keluarga Perterpeon dengan suara keras, seakan mengundang orang lain untuk mengumpati Thea.

Thea hanya terus berjalan tanpa memperdulikan cibiran yang terus diberikan oleh Diego. Ia menyapa Dira saat telah sampai pada anak tangga terakhir, "Hai Dira, apa kau sudah siap?" sapa Thea berbasa-basi, "Tentu!" seru Dira bersemangat bersemangat. Kali ini rambut gadis itu tak diikat seperti biasanya, rambut lurus sedada itu digerai tanpa riasan sedikitpun.

"Jadi, kita berangkat sekarang?" tanya Thea saat menyadari tak ada tanda ajakan untuk berangkat dari Dira. Dira terhenyak, "Ya baiklah, aku akan menyuruh pelayan memanggil sopir terlebih dahulu," ucapnya agak kikuk, lalu kakinya mulai berjalan pergi meninggalkan tempatnya dan Thea berdiri.

"Tidak perlu!" seru Thea pada Dira saat gadis itu hendak keluar. "Tapi," Thea memotong ucapan Dira, "Kita naik Supercar milikku dan aku yang akan mengemudi," ucap Thea singkat. Kemudian berjalan, mendahului Dira ke arah garasi mobil.

Pemandangan kota sangat ramai saat ini, meskipun banyak kendaraan yang berlalu-lalang untung saja tak terjadi kemacetan. Kota tempatnya tinggal bukanlah sebuah tempat yang istimewa, hanya sebuah kota metropolitan yang mengandung banyak polusi udara dan suara.

Braak!

"Eh apa itu?" tanya Dira yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Thea. segera, Thea menghentikan laju kendaraannya saat merasakan tabrakan dari arah belakang, segera ia membuka pintu bersiap memaki manusia yang telah menabraknya.

Pengemudi mobil yang telah menabrak Thea lantas keluar dari dalam mobil saat melihat Thea menghampirinya. Thea menarik nafas kasar, bersiap untuk memaki.

"Hei! kau belum lulus ujian mengemudi ya?" ucap Thea dengan nada suara yang rendah. Pengemudi pria itu tersenyum canggung. Belum sempat pengemudi itu berucap, terdengar suara seorang pria matang dari dalam mobil. "Minta dia memberikan nomor rekeningnya!" teriak pria itu.

Wajah Thea memanas. Apakah dia tak tahu bagaimana cara meminta maaf dengan benar? apa dia mengira bahwa seluruh hal bisa diselesaikan dengan uang, hei apakah Thea tampak benar-benar seperti seorang yang kekurangan uang?

Emosi Thea memuncak, tanpa sadar kata makian keluar dari bibirnya, "Setidaknya keluarlah bajingan! apa kau tidak pernah diberi pembelajaran tata krama?" sarkas Thea. Segera ia menutup mulutnya saat sadar akan apa yang ia ucapkan.

Pintu mobil terbuka kasar, menampilkan sesosok pria jangkung dengan wajah yang tampak sombong. Dahi Thea mengkerut, dia sangat membenci manusia seperti pria ini.

"Aku sudah keluar, sekarang berikan nomor rekening milikmu!" seru pria itu membuat Thea frustasi, dengan emosi yang menggebu-gebu Thea melemparkan tatapan tajam kearah pria itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status