Share

Bab 12

Di tangan Rafael ada kantong berisikan es, dia awalnya bermaksud memberikan kompres itu kepada Karina. Dia tidak menduga, begitu dia keluar, dia melihat Karina perlahan-lahan berjalan menuju pintu depan.

'Apa yang ingin wanita ini lakukan lagi?'

'Bukankah dia ingin ada hubungan denganku lagi makanya bersusah payah seperti ini untuk bisa datang ke rumahku? Terus kenapa dia bersikap seperti sangat nggak menyukaiku? Apa dia ingin menggunakan trik jual mahal lagi?'

Rafael tahu bahwa pria mungkin sangat menyukai trik itu, tetapi jika berpikir bisa memikat hatinya dengan menggunakan trik ini secara berulang-ulang, Rafael hanya akan merasa wanita ini sangatlah bodoh. Jika si pria tidak peduli dengan si wanita, trik seperti itu hanyalah sebuah kekonyolan di mata si pria.

Rafael hanya melihat Karina berjalan ke pintu. Begitu Karina meletakkan tangannya di pegangan pintu, suara alarm rumah berbunyi.

Karina kaget sampai sangat ketakutan, seluruh bulu kuduknya bahkan berdiri. Dia melihat sekeliling dengan perasaan bersalah, mencoba menemukan tombol untuk mematikan alarm.

Suara alarm itu tiba-tiba berhenti, Karina pun tertegun sejenak, lalu segera berbalik. Dia melihat Rafael yang sedang bersandar di dinding sambil menatapnya dan samar-samar tersenyum.

Karina merasa sangat malu.

Karina seketika membeku di depan pintu, menyaksikan Rafael yang perlahan-lahan berjalan ke arahnya.

"Apa yang ingin kamu lakukan?" Rafael mendatangi Karina, membuat Karina terapit di antara dirinya dan pintu.

Karina dapat melihat jelas fitur wajah Rafael. Alis yang sedikit terangkat, batang hidung yang lurus naik dan bibir tipis yang sudutnya sedikit melengkung. Wajah Rafael tampak dingin, tetapi juga terlihat jahat. Saat ini, meskipun dia terlihat sangat berbahaya, tidak ada yang bisa menolak pesonanya.

Ketika ada wanita melihatnya, mereka pasti akan tergila-gila padanya.

Namun, Karina tidak punya waktu untuk menikmati wajah tampan yang langka itu. Dia sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya karena baru saja ketahuan melakukan kesalahan. Wajahnya yang semula pucat kini berubah menjadi merah seperti tomat.

Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak tahu harus berkata apa.

Padahal dia hanya ingin pulang, mengapa malah merasa bersalah? Karina secara naluriah ketakutan ketika berhadapan dengan Rafael.

"Aku ingin pulang," jawab Karina dengan jujur.

"Pulang?" Rafael mengangkat alisnya dan lanjut berkata, "Kamu nggak tahu cuaca di luar seperti apa sekarang?"

"Eh?"

Sebelum Karina sempat bereaksi, Rafael menariknya ke jendela kaca setinggi langit-langit, lalu membuka tirai jendela itu.

Karina menahan rasa sakit kakinya, tercekat dengan pemandangan di depannya. Di luar jendela, dunia terlihat seperti akan berakhir, angin kencang dan hujan lebat seperti akan menghancurkan segalanya. Bahkan ada beberapa pohon di luar sana sudah tumbang.

Keluar di tengah cuaca seperti itu sama saja dengan cari mati.

"Sore ini ada angin topan, kamu nggak tahu?" Rafael menatap Karina dengan dingin. Dia merasa anak kecil pun tahu hal ini, bagaimana mungkin orang dewasa tidak tahu.

Menurut Rafael, Karina sengaja menghentikan mobilnya di tengah jalan, lalu menggunakan alasan kaki yang terkilir untuk datang ke rumahnya. Selanjutnya, karena sore hari ada angin topan, Karina pun mempunyai alasan untuk tetap tinggal di rumah ini.

'Rencana yang sempurna. Wanita ini cukup licik, sungguh berbeda dengan penampilannya.'

Karina tidak mengetahui berita cuaca ini karena akhir-akhir ini pikirannya terganggu. Karina terus merasa gelisah sejak kejadian itu, jadi bagaimana mungkin dia punya waktu untuk memikirkan hal lain. Dia benar-benar tidak tahu hari ini ada angin topan.

Karina hendak menjelaskan, tetapi ketika melihat tatapan Rafael penuh dengan penghinaan, dia segera mengerti bahwa pria ini tidak akan memercayai perkataannya.

Di cuaca seperti ini sudah pasti tidak akan ada taksi dan sangat berbahaya untuk berjalan sendirian di luar. Meskipun begitu, Karina merasa itu lebih baik daripada berada di rumah pria asing yang menatapnya dengan sangat rendah.

"Maaf, bisakah kamu membukakan pintu untukku?" tanya Karina. Jika dia menyentuh pintu, alarm keamanan akan berbunyi lagi.

Rafael menatap wajah Karina dengan matanya yang tajam. Dia sedikit mengernyit dan bertanya, "Kamu ingin keluar?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status