Share

Bab 7

Jonny adalah orang yang sangat cerdik dan tipikal orang yang mementingkan keuntungan. Karena pemikiran ini, dia merasa Karina yang tidak mau cek punya tujuan lain.

Dia berpikir, bagaimana mungkin seorang wanita tidak mau kompensasi sama sekali setelah kejadian seperti itu.

Ini pasti hanya trik seorang wanita untuk mendapatkan pria kaya.

Jonny samar-samar tersenyum sinis. Menurutnya, wanita zaman sekarang sangatlah cerdik. Mereka sengaja jual mahal untuk menarik perhatian pria. Dia merasa Karina cukup menakutkan jika juga menggunakan trik seperti itu.

Karina yang tidak menginginkan cek tersebut pasti akan menarik perhatian Rafael. Jika hal ini terjadi, kejadian yang sebenarnya pasti akan terungkap dan ini bukan hal yang dia inginkan.

Dia bisa saja merahasiakan cek yang tidak diinginkan Karina dari Rafael, tetapi dia takut Karina akan membuat keributan di depan Rafael.

Masalahnya sekarang adalah Karina tidak ingin cek tersebut dan dia tidak bisa memaksanya.

Saat Jonny tidak tahu harus bagaimana, Karina berbicara lagi, "Aku nggak ingin cek ini, tapi bisakah kamu menjanjikan sesuatu padaku?"

"Oh?" Mata Jonny berbinar, dia mengira Karina akhirnya mengatakan keinginan sebenarnya.

Dia tersenyum tipis dan berkata dengan sopan, "Katakan saja."

Karina berkata dengan ragu-ragu, "Bisakah kamu nggak memberi tahu masalah ini pada siapa pun?"

"Ah?"

Karina mengatup-ngatupkan bibirnya, dia menunduk malu dan berkata dengan suara kecil, "Kejadian ini adalah aib bagiku, aku nggak ingin keluarga dan teman-temanku tahu. Aku akan dalam masalah kalau kamu menyebarkannya."

Bagi Jonny, ini adalah kejutan yang tidak terduga.

Dia awalnya khawatir Karina akan memperbesar masalah ini dan kemudian akan tersebar sampai ke telinga Rafael. Jika seperti ini, dia pasti akan mendapatkan masalah. Namun, dia tidak menyangka bahwa Karina begitu tahu diri.

Jonny tersenyum sambil mengangguk, dia menjawab dengan sangat riang, "Kamu nggak perlu khawatir tentang hal ini, aku janji nggak akan memberi tahu siapa pun, tapi ...." Jonny mengangkat alisnya dan lanjut berkata, "Kamu jangan pernah menghubungi pria itu lagi."

"Itulah yang kuinginkan."

Karina tidak pernah berpikir untuk terlibat dengan orang-orang seperti mereka.

Tetap pada saat ini, tidak jauh dari mereka. "Karina?" panggil seseorang yang suaranya terdengar sedikit terkejut.

Karina sontak terkejut, menoleh ke arah suara itu datang. Yang terlihat olehnya adalah seorang pria tampan mengenakan kemeja hitam pas badan berdiri tidak jauh.

"Pak ... Pak Neo! Bukankah kamu sedang dalam perjalanan bisnis?" tanya Karina sambil langsung berdiri. Dia terlihat gugup sampai terus menggenggam ujung pakaiannya, seakan-akan tepergok sudah melakukan kesalahan.

"Aku baru saja kembali hari ini." Pria bernama Neo Pedro itu melirik ke arah Karina lalu ke arah Jonny, dia tertawa kecil dan berkata, "Lagi kencan dengan pacarmu?"

'Pacar? Jonny?'

Karina melirik Jonny sejenak, lalu buru-buru menyangkal, "Bukan, dia bukan pacarku."

Setelah itu, Karina menundukkan kepalanya dan tidak lanjut menjelaskan lagi.

Dalam situasi seperti ini, terlalu banyak penjelasan hanya akan terlihat seperti menutup-nutupi. Karina menoleh ke Jonny, berharap Jonny bisa mengatakan sesuatu.

Namun, Jonny malah diam saja.

"Aku ingat kamu masih ada kelas hari ini, nggak baik kalau kamu bolos hanya untuk pergi berkencan. Setidaknya, aku harap siswa yang aku banggakan nggak seperti itu," ujar Neo yang bertingkah seperti dosen yang serius.

Karina seperti siswa yang telah melakukan kesalahan. Kepalanya masih menunduk dan wajahnya memerah. Dia terus mengangguk kecil dan minta maaf.

Melihat pemandangan ini, Jonny merasa penasaran akan sikap Karina yang berubah dengan sangat cepat.

"Kebetulan kamu sedang di luar, bagaimana kalau sekalian ke rumahku untuk ambil materi yang kamu perlukan," ujar Neo sambil melirik jam tangan Vacheron Constantin di pergelangan tangannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status