Share

Bab 9

Sang sopir tidak menyangka ada orang yang tiba-tiba menyeberang. Dia segera menginjak rem, tetapi karena jarak yang terlalu dekat, penyeberang itu pun jatuh ke tanah.

Rem mendadak ini membuat mobil berguncang kuat, pria yang duduk di jok belakang terkejut dan bertanya, "Apa yang terjadi?"

Keringat dingin mengucur di dahi sopir. Dia berbalik dengan gugup dan menjawab, "Tuan Muda, sepertinya saya sudah menabrak seseorang."

Selesai berbicara, sopir itu segera keluar dari mobil untuk mengecek.

Pria yang duduk di belakang sedikit mengernyit, menyingkirkan dokumen-dokumen di tangannya dan ikut keluar dari mobil.

Hujan lebat disertai angin kencang tidak berhenti menerpa.

Sepatu kulit yang mengkilap seperti baru langsung ternodai air hujan, tetapi si pemiliknya, pria itu, tidak peduli. Pria itu melihat ke arah penyeberang jalan yang jatuh berlutut di tanah. Begitu dia melihat wajah si penyeberang, muncul kerutan di tengah-tengah alisnya.

Suaranya yang tidak ada emosi apa pun itu terdengar di tengah hujan, "Kenapa kamu lagi?"

Karina duduk berlutut di tanah. Air hujan tidak berhenti menerpa wajahnya, membuatnya hampir tidak bisa membuka matanya. Dia segera menutupi dahinya dengan tangannya, mendongak, mendapati pria jangkung di depannya sedang menatap dirinya.

Karena hujan deras, wajah pria itu sedikit buram, tetapi samar-samar dapat terlihat ketampanannya.

Meskipun demikian, wajah inilah yang seketika membuat Karina membeku di tempat.

'Pria itu!'

Potongan-potongan ingatan yang ingin dia lupakan kembali memenuhi benaknya.

Menggila.

Intens.

Wajah Karina tiba-tiba menjadi pucat. Begitu melihat Rafael, seluruh tubuhnya tidak bisa berhenti gemetar.

Dia tidak ingin bertemu pria ini lagi!

Lari!

Reaksi pertama Karina adalah lari!

Dia berjuang untuk bangkit dari tanah, tetapi baru bangkit sedikit, lututnya kembali menghantam dengan keras ke tanah. Di saat bersamaan, rasa sakit yang luar biasa dari pergelangan kakinya mulai terasa.

Mobil sudah berhenti sebelum mengenai dirinya, tetapi rasa kaget membuatnya kehilangan keseimbangan dan kakinya terkilir ketika dia jatuh.

Dia menundukkan kepalanya dan memegangi pergelangan kakinya, mencoba untuk berdiri lagi. Melihat ini, sopir itu dengan cepat membantunya dan bertanya dengan gugup, "Nona, kamu baik-baik saja, 'kan?"

Karina tetap menunduk dan menggelengkan kepalanya.

Suara dingin pria itu tiba-tiba terdengar lagi, "Kenapa kamu ada di sini?"

Karina terus menggelengkan kepalanya dan tidak menjawab. Dia takut dan membenci pria di depannya ini. Dia berpikir, jika bukan karena pria ini, hidupnya tidak akan menjadi kacau seperti ini.

Karina merasa konyol dengan dirinya yang berandai seperti itu, dia juga merasa kesal dengan ketidakmampuan dirinya sendiri.

Rafael mengernyit. Dia tidak menyangka Karina akan muncul lagi di hadapannya dan dengan cara yang cukup unik, berlari ke depan mobilnya.

'Apa Jonny masih belum menangani masalah ini?'

Dengan bantuan si sopir, Karina akhirnya berdiri. Namun, pergelangan kaki kanannya sudah bengkak dan terasa sangat sakit begitu menginjak tanah. Oleh karena itu, dia terpaksa berdiri dengan satu kaki.

Setelah berterima kasih kepada si sopir, Karina langsung berbalik dan hendak pergi. Namun, begitu dia berbalik, dia melihat Neo yang memegang payung berjalan ke arahnya sambil celingak-celinguk, seperti sedang mencari sesuatu.

Karina panik, dia tidak ingin Neo melihat penampilannya yang memalukan ini.

Dia mundur selangkah dan bersembunyi di balik sudut. Ketika dia melihat Rafael yang belum pergi, dia langsung membuat keputusan. Dia berjalan mendekat, meraih lengan baju Rafael dan memohon, "Bawa aku pergi."

Rafael tidak tahu bahwa Karina hanya ingin bersembunyi dari Neo. Dia bahkan mencurigai motif kemunculan Karina yang tiba-tiba ini.

Namun, setelah melihat tingkah laku Karina saat ini, dia yakin Karina memang sengaja muncul di hadapannya.

Emosi yang tidak biasa muncul sekilas di matanya. Meskipun demikian, dia tetap memerintahkan sopir untuk membantu Karina masuk ke dalam mobil. Begitu pula dengan dirinya yang kembali masuk ke mobil.

Tepat pada saat mesin mobil dinyalakan, Neo tiba di dekat mobil. Karina dapat melihat wajah Neo yang sedikit cemas itu melalui kaca mobil. Perasaannya menjadi sangat kacau, dia ingin keluar menemuinya, tetapi juga tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Neo.

Karina menundukkan kepalanya sambil memegang map dokumen erat-erat di pelukannya. Seluruh tubuhnya gemetar dan air mata mengalir di pipinya.

Neo tidak memperhatikan bagian dalam mobil di depannya, langsung berjalan melewatinya.

Mobil hitam itu bergerak berlawanan arah dengan Neo.

Karina masih menundukkan kepalanya, tetapi dia tahu bahwa Neo ada tepat di belakangnya dan semakin menjauh darinya.

Tidak ada yang tahu apakah dua orang yang mengambil arah berlawanan ini akan bisa bertemu lagi atau tidak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status